BANDARLAMPUNG – Sikap tegas H. Barlian Mansyur yang menyatakan mundur dari kepengurusan DPD Partai Golkar Provinsi Lampung lantaran kecewa dengan sosok Ketua DPD Partai Golkar Lampung, Arinal Djunaidi, mendapat dukungan dari rekan sejawatnya. Sikap Barlian ini dinilai sangat ksatria dan jauh dari “kemunafikan”. Selain itu menunjukan eksistensi Barlian sebagai politisi kawakan yang mempunyai pendirian dalam mempertahankan prinsip dan nilai kebenaran.
“Sekarang jarang ada politisi yang berani seperti Barlian Mansyur. Yang ramai politisi munafik. Yang enggan menyatakan kebenaran lantaran takut posisi atau jabatan terancam. Sehingga melakukan semua upaya, termasuk mengedepankan sikap “menjilat” sekalipun,” tutur Wakil Sekretaris DPD Partai Golkar Lampung, Asep Yani.
Karenanya Asep yang juga Sekretaris Depidar SOKSI Provinsi Lampung mendukung penuh sikap Barlian yang mundur karena merasa tidak cocok yang kepemimpinan Ketua DPD Partai Golkar Lampung, Arinal Djunaidi.
“Malah saran saya, saudara Barlian harus lebih berani lagi. Ungkap semua kebobrokan yang dia ketahui selama kepemimpinan Arinal Djunaidi. Termasuk soal carut marut Pilgub Lampung. Biar publik tahu. Katakan yang benar itu benar, meskipun pahit,” tandas Asep Yani.
Seperti diketahui, satu persatu kader Partai Golkar Lampung mundur. Ini seiring kekecewaan mereka pada Ketua DPD Partai Golkar Lampung, Arinal Djunaidi. Terbaru politisi yang juga anggota DPRD Kota Bandarlampung tiga periode, Barlian Mansyur menyatakan mundur dari kepengurusan DPD Partai Golkar Lampung.
“Cara berpolitiknya (Arinal,red) “kotor” dan tidak elegan. Saya sangat kecewa dengan cara kepemimpinannya. Karenanya saya memutuskan mundur,” tegas Barlian.
Menurut Barlian, ada instruksi yang tidak lazim oleh Arinal sebelum hari H pecoblosan Pilgub Lampung, 27 Juni 2018 lalu. Sayangnya Koordinator Pemenangan Wilayah I Kota Bandarlampung tidak menyebutkan instruksi yang dimaksud. ”Suatu saat pasti saya ungkap. Untuk masalah ini saya siap jadi saksi mahkota,” tegasnya lagi.
Dipaparlan Barlian, dirinya dituding tidak bekerja dalam pemenangan Arinal-Nunik di Kota Bandarlampung. Padahal di TPS (tempat pemungutan suara,red) yang bersangkutan sendiri kalah telak. Padahal semua upaya sudah dilakukan disana. “Tapi ya sudahlah, yang penting saya sudah pegang kartu AS-nya. Pasti nanti akan saya ungkap terkait carut marut pelaksanaan Pilgub Lampung, sehingga pasangan Arinal-Nunik ini bisa menang,” tutupnya.
Sebelumnya beberapa kader Partai Golkar sudah terlebih dulu mundur karena kecewa terhadap kepemimpinan Arinal di Golkar Lampung. Sebut saja. Hi. Kaswan Sanusi. Dia mundur sebagai Ketua DPD Partai Golkar Kabupaten Lampung Tengah (Lamteng).
“Saya mundur lantaran ketidakcocokan. Khususnya terhadap gaya kepemimpinan Arinal sebagai Ketua DPD Partai Golkar Lampung. Tidak etis kalau saya ungkapkan. Biarlah saya yang memutuskan mundur sehingga tidak ada pertentangan. Yang pasti perlu saya tegaskan, di partai ini saya semata mengabdi. Tanpa ingin menyombongkan diri, saya tidak mencari hidup di partai. Untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga, rezeki yang ada sangat berlimpah. Saya memiliki usaha dan penghasilan yang jelas, yang insya Allah lebih dari cukup,” tuturnya beberapa waktu lalu.
Selain Kaswan Sanusi, Miswan Rodi, anggota DPRD Lampung juga menyatakan mundur dari Partai Golkar. Miswan memilih bergabung Partai Nasdem. Miswan Rodi mengungkapkan alasan mundur lantaran kecewa dengan Arinal. Atas kekecewaan ini, Miswan memutuskan hengkang.
“Akibat sikap saya ini tak mengapa saya harus kehilangan jabatan dan status anggota DPRD Lampung,” tutur Miswan Rodi, Rabu (19/7/ 2017).
Menurut Miswan waktu itu, pada hakekatnya dia masih mencintai Partai Golkar. Bagaimanapun dia tidak lupa terhadap Partai Golkar yang telah menjadikannya sebagai anggota DPRD Lamteng selama dua periode serta anggota DPRD Lampung.
Namun kini kondisi Golkar Lampung semasa dipimpin Arinal berbeda. Gaya kepemimpinan yang bersangkutan seperti mengelola perusahaan. Saling menonjolkan ego dan rasa individualisme. Tidak ada rasa solidaritas dan setia kawan. Yang muncul sikap saling curiga dan tidak percaya antara satu dengan lainnya.
Mirisnya lagi tidak ada pembelaan yang dilakukan oleh Arinal terhadap kadernya yang tertimpa masalah hukum. Padahal diakuinya masalah hukum yang menimpa dia beserta Azwar Yacub serta Joni Cornie, semata-semata terjadi demi membela Partai Golkar.
“Padahal tidak terhitung beberapa biaya yang telah saya keluarkan untuk membesarkan Partai Golkar, semua murni dana pribadi. Tapi ternyata tidak ada apresiasi sama sekali. Inilah yang mendorong saya untuk mundur dari Partai Golkar,” urai dia.
Tak hanya Kaswan dan Miswan, kader Partai Golkar Lampung lainnya, Jauharoh Haddad juga memilih mundur semasa kepemimpinan Arinal Djunaidi. Kader perempuan yang aktif di berbagai organisasi ini, kini memilih bergabung di Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).(red)