Awal bulan lalu, tepatnya pagi-pagi sekali saya ada di tengah Kota Bandar lampung.� Ikut berbaur dengan ribuan warga, menyaksikan salah satu tokoh yang digadang-gadang kalangan tertentu untuk maju dalam kancah pertempuran Pilgub Lampung 2018. Acara yang dikemas dengan agenda senam bersama tersebut berjalan meriah.
Semua gratis.� Ada pembagian roti serta air mineral. Belum lagi ditambah goyangan seksi instruktur senam dan artis ibu kota membuat semakin panas suasana. Saya senang melihatnya, meskipun sang istri sedikit cemberut.
Dan yang ditunggu-tunggu, ada undian doorprize. Hadiahnya tidak tanggung-tanggung.� Ada mobil, ibadah umroh, motor, sepeda, kipas angin dan masih banyak lagi.� Wajarkan saya hadir. Tentunya motif saya ikut, sama dengan kalangan bawah. Siapa tahu jodoh, beruntung dapat hadiah. Saya tidak mimpi dapat hadiah mobil. Saya hanya sangat berharap bisa dapat berkah hadiah umroh gratis. Syukur pas umroh di bulan ramadhan. Saya pasti akan merasa menjadi umat muslim yang paling berbahagia di muka bumi. Untungnya dunia dan akhirat.
Tapi apes. Harapan tinggal harapan. Meski sudah berpanas-panasan dan bangun pagi-pagi sekali ternyata nama saya dan keluarga tentunya tak kunjung disebut. Padahal di waktu-waktu seperti itu, pas hari libur pula, biasanya saya masih tertidur.
Bosan dengan suasananya,� saya pun akhirnya jalan-jalan mendekati panggung utama. Dan saya kaget sekaligus takjub. Di sana ternyata saya melihat beberapa teman wartawan,� yang sudah sangat top tentunya, malah� seperti menjadi �panitia� kegiatan senam bersama sang tokoh.� Mereka terlihat sangat aktif dan sibuk. Ada yang berlari-lari. Ada yang memberi instruksi. Ada lagi yang mengecek sana-sini. Dan masih banyak lagi. Tidak jauh berbeda dengan kesibukan pengawal Raja Salman waktu pas berkunjung di Indonesia guna menjaga keselamatan �raja� nya.
Saya pun bangga dan terharu. Alangkah hebatnya tugas mereka. Disatu sisi bisa menjadi pemikir dengan menulis karya jurnalistik karena berprofesi mulia sebagai wartawan bersertifikasi. Tapi disisi lain, bisa nyambi bekerja fisik mengatur dan mengontrol jalannya acara. Tugas mereka inipun tidak kalah hebat dengan event organizer (EO)� yang saya tahu.
Mengapa saya bangga, terharu sekaligus kagum? Sebab saya sangat-sangat tidak bisa melakukan itu semua. Fisik dan pikiran saya tidak mampu untuk menjalani kedua tugas tersebut. Saya mungkin bisa mengoreksi konsep visi misi calon Bupati, Walikota atau Gubernur sekalipun. Itu pernah saya jalanin dulu. Meskipun calon yang saya jagokan akhirnya belum menang. Saya tidak menyebutnya kalah, karena kesempatan kedepan akan selalu ada. Kecuali calon yang bersangkutan �sudah diambil� oleh yang maha kuasa.
Tapi untuk kerja sekelas EO, saya benar-benar minta ampun dan menyerah. Dibutuhkan fisik, ilmu dan keterampilan yang mumpuni untuk menjalaninya. Itulah mengapa saya kagum, takjub dan hormat kepada wartawan yang bisa menyambi panitia.
Semoga apa yang ada di pikiran saya sama dengan pikiran anda. Namun meskipun berbeda, saya bermohon jangan menghina atau menghujat. Sebab, bisa saja di lain waktu, saya yang giliran diberikan kekuatan yang super ekstra untuk melakukan tugas yang sama. Dan kesempatan ini sudah sangat saya tunggu-tunggu waktunya. Yakni dipercaya oleh sang taipan, perusahaan, pemilik modal, tokoh politik atau apapun namanya untuk menjadi panitia.
Bahkan bisa saja suatu saat �naik kelas� dipercaya untuk maju dan menjadi calon pemimpin daerah. Dan bila itu terjadi saya mohon doa, semoga diberi kekuatan untuk bisa �objektif�. Yakni tetap lebih mengedepankan kepentingan �anda� daripada kepentingan mereka. (wassalam)