LAMPUNG SELATAN — Ratusan� warga di dermaga bom Kalianda� Lampung Selatan panik dan berhamburan menuju dataran tinggi. Mereka berlari untuk mencari posisi yang aman dari gulungan ombak laut.

Gempa yang berkekuatan 6,9 skala richter terjadi sekitar pukul 07.15 WIB dengan titik kordinat 6,51 LS, 102 BT kedalaman 10 km dengan pusat gempa di Wisata Kuliner Dermaga Bom Kalianda Kabupaten Lampung Selatan.
Akibat guncangan yang berkekuatan 6,9 skala richtar itu menimbulkan terjadi gelombang tsunami setinggi 10 meter. Hal tersebut membuat warga setempat berhamburan.

Pemerintah setempat dengan sigap, menerjunkan seluruh� mobil� ambulan guna, menjemput para korban yang berjatuhan akibat bencana gempa yang melanda kota kalianda.

Dengan� gabungan dari TNI/Polri, BNPB, personil BPBD, serta relawan yang siap mengevakuasi para korban serta� membersihkan puing-puing bangunan yang ada.

Dari pantauan dilokasi kejadian, banyak tempat tinggal warga yang mengalami rusak berat, bahkan kapal motor milik nelayan yang sandar di dermaga bom terhempas sekitar 12 kilometer.

Tak hanya itu 3 buah speed boat polri dikerahkan untuk mengevakuasi nelayan yang tenggelam akibat terjangan ombak yang mencapai ketinggian 10 meter tersebut.

Terlihat anggota Kodim 0421 yang sedang mengangkat para korban baik luka ringan maupun berat.

Lokasi paling parah yang memakan korban paling banyak merupakan Desa Banding, angkanya mencapai 50 orang mengalami luka-luka yang cukup serius. Sedangkan untuk keseluruhan koraban� stunami dan gempa mencapai 142 jiwa.

Dari 142 jiwa tersebut merupakan� pemeran simulasi gempa yang berpotensi terjadinya tsunami. Sedangkan para unsur yang berperan dan terlibat simulasi antara lain Senkom, Polisi, TNI,PMI,RAPI, Pramuka,SAR, dan Damkar Lamsel, serta� Tagana (taruna siaga bencana), yang diperkirakan berjumlah 400 orang terlibat dalam simulasi tersebut.

Plt, Bupati Lampung Selatan,� Nanang Ermanto mengapresiasi kegiatan ini.

“Kita tidak tau kapan dan bagai mana bencana akan datang. Dengan adanya kegiatan simulasi ini, setidaknya kita bersama dapat mengetahui apa yang harus kita perbuat saat bencana melanda, setidaknya hal dini apa yang harus kita perbuat,” jelas Nanang Ermanto.

Masih kata Nanang, Kabupaten Lamsel memiliki titik� kerawanan bencana,� banjir, longsor, gempa bumi,� jika bencana itu terjadi,� setidaknya kita paham bagaimana cara menyelamatkan diri.

“Kita harus siap menghadapi berbagai bencana yang kemungkinan timbul. Setidaknya kita bisa menanggulangi secara mandiri untuk meminimalisasi korban. Agar tidak banyak memakan koraban jiwa, untuk itu fahami filosofi bencana.” katanya.

” Amati jalur evakuasi serta rambu-rambu bencana yang sudah ada. Jika belum cukup maka perlu dipersiapkan oleh pemerintah daerah,” tambahnya.

Hal senanda diungkapkan� Dailami (52) warga Kalianda. Dirinya sangat senang terhadap apa yang telah dilakukan Pemkab Lamsel dalam menangani permasalahan bencana.

“Pemerintah harus di depan ketika ada bencana. Negara harus hadir ditengah masyarakat ketika terjadi musibah, melindungi segenap bangsa Indonesia.” tuturnya. (Erl)