BEBERAPA hari ini tim dokter yang tergabung dalam IDI (Ikatan Dokter Indonesia) Provinsi Lampung, BNN (Badan Narkotika Nasional), HIMPSI (Himpunan Psikologi) bekerjasama dengan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Lampung akan disibukkan dengan pemeriksaan Pasangan Calon (Paslon) Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah yang akan mengikuti Pilkada serentak di Lampung, 27 Juni mendatang.
Untuk Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Lampung, ada empat paslon yang menjalani tes kesehatan. Mereka, Mustafa-Jajuli, Herman HN-Sutono, Arinal Djunaidi-Chusnunia dan Ridho Ficardo-Bachtiar Basri.
Lalu untuk Pemilihan Bupati (Pilbup) dan Wakil Bupati (Wabup) Tanggamus ada dua paslon. Yakni Dewi Handajani-AM Syafii dan Syamsul Hadi-Nuzul Irsan. Terakhir Pilbup dan Wabup Lampung Utara. Ada 3 paslon yang menjalani pemeriksaan kesehatan. Mereka, Agung Ilmu Mangkunegara-Budi Utomo, Aprozi Alam- Ice Suryana dan Zainal Abidin- M. Yusrizal
DEFINISI sehat versi WHO mengandung pengertian sehat itu bukan saja tidak ada penyakit atau kecacatan. Tapi mencakup hal lebih luas yaitu sehat fisik, mental dan sosial.
Karenanya, sudah semestinya KPU, Bawaslu dan “KITA” semua harus dapat melakukan pengawasan “super ekstra”. Jangan sampai nanti kita salah memilih Pemimpin Lampung yang “Tidak Sehat”.
Untuk diketahui, tes kesehatan meliputi pemeriksaan fisik oleh tim dokter. Ini termasuk kesehatan jiwa oleh psikiater, pemeriksan psikis oleh tim psikologi dan pemeriksaan narkoba oleh tim BNN.
Dalam melakukan tugasnya, tim dokter harus berani merekomendasikan temuannya dengan sebenar-benarnya. Pemeriksaan fisik, misalnya. Tim dokter harus memastikan Calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah yang diperiksa benar-benar sehat.
Sebab saya tidak pernah ingin pemimpin di Lampung nantinya akan sakit berat bahkan mengalami kematian sewaktu menjadi kepala daerah dan wakil kepala daerah. Saya ingin mereka tetap sehat hingga 5 tahun, bahkan puluhan tahun kedepan.
Kemudian bila ada indikasi pemakai narkoba, untuk meyakinkan kembali bila perlu tim dokter dan BNN membuat terobosan melakukan tes rambut dan pemeriksaan darah. Tidak semata rutinitas tes “urine”. Sebab kami tidak ingin nantinya memiliki pemimpin yang Pencandu. Apalagi bisa overdosis dan mati sia-sia akibat narkoba.
Dan yang tak kalah penting adalah tes kejiwaan dan psikologi. Tim dokter harus bisa menggali “kepribadian” sang calon dengan sebenar-benarnya. Ini urgent karena berhubungan perilaku disaat mereka terpilih nanti.
Harus dibedah khusus kondisi psikisnya maupun jiwa sosialnya. Misalnya kecenderungan untuk “mencuri”. Sebab bagaimanapun Pemimpin yang sehat “jiwanya” pasti berpikir dua kali untuk merampas uang rakyatnya.
Lalu menyangkut kepemimpinan. Harus bisa dideteksi tingkat emosi dan gaya kepemimpinan sang calon. Jangan sampai pemimpin yang cenderung berkepribadian emosional, mudah tersinggung, arogan, kasar dan brutal, sadis, sering berbohong, dapat lolos.
Tim dokter harus bisa memastikan bahwa tes ini bisa mendeteksi dan menyaring para pemimpin yang memiliki ketenangan dan tidak mudah marah. Memiliki pendirian yang kuat, namun bisa bersifat fleksibel dan terbuka dengan pandangan atau pendapat orang lain. Memiliki ketegasan, namun juga mempunyai rasa sensitif dan empati untuk masalah orang banyak.
Akhir kata, mari Kita Pilih Pemimpin Lampung yang SEHAT dengan sebenar-benarnya. (wassalam)