METRO – Pengamat Safety Procedure Hendy Dwi Putra meragukan material Flyingfox Kota Metro. Dia menilai material yang terpasang di Flyingfox yang dibangun oleh pemerintah Kota Metro melalui Dinas Pemuda Oahraga dan Pariwisata (Disporapar) senilai lebih kurang Rp2 Miliar tersebut masih belum memenuhi standar.

Saat melihat langsung Flyingfox tersebut, dia meragukan material yang sudah tepasang di arena Flyingfox seputaran bukit perkemahan Sumbersari, Metro Selatan itu.

Menurutnya ada material yang masih belum memenuhi standar, diantaranya Wire Rope (kawat Flyingfox, red) pada rentang 700 meter, bahan pagar yang digunakan, dan perencanaan lantai yang kurang baik.

“Kalau yang bentang 200 meter dilihat dari ukurannya itu sudah sesuai dari jenis kawatnya juga sudah sesuai 7X19 IWRC dengan diameter 12mm. Tapi yang untuk bentangan 700 meter ini diameternya kurang besar, paling tidak yang ukuran 16mm untuk yang panjang 700 meter, ini hanya 12 mm,” kata Hendi saat dikonfirmasi awak media, Rabu (23/1/2019).

Untuk yang rentang 200 meter menurutnya sudah standar. “Kalau yang ini (200 meter, red) sudah standar, ukurannya 12 mm, jenis kawat juga sudah standar cara penyambungan kawat, klemnya juga sudah standar,” katanya.

Di samping itu material pagar dan lantai yang menurutnya tidak standar karena dinilai bisa menimbulkan keraguan dari calon pengguna wahana tersebut dikarenakan tidak kokoh dan goyang.

“Di sini yang kita pertanyakan justru di pagar pengaman, pagar pengaman ini galvanis yang sangat tipis, ini harusnya yang tebal, kemudian perencanaan kontruksi lantai, karena ini permainan yang tingkat tinggi resikonya, supaya yang menggunakan benar benar yakin, bahwa ini adalah aman, ini sebetulnya gak boleh terjadi ini kan mantul (saat diinjak, red) walaupun dari besi yang tebal ini kan mantul ini, dengan orang menginjak lantai mantul begini orang sudah gemetar duluan, karena kurang kerangka, harusnya ditambah lagi kerangka jangan terlalu lebar sehingga kerangka ini betul betul kokoh,” tegas Hendi.

Di samping itu dia juga meragukan tenaga pendamping yang akan dipekerjakan di Flyingfox tersebut. Menurut dia tenaga pendamping harus ahli di bidangnya dan bukan asal comot.

“Petugas petugas yang disiapkan di sini pun harus terlatih, bagaimana dia memeriksa peralatan yang terpasang, seperti hardness, bangunan, carabiner screwnya juga apakah sudah terkunci, nanti juga harus dilakukan pelatihan pelatihan sehingga pendampingnya nanti betul-betul memiliki pengetahuan, bukan asal comot,” tegasnya.

Dia juga mengingatkan, sebelum melakukan Grand Launching harus dilakukan lebih dulu uji kelayakan, apakah seluruh peralatannya sudah terpenuhi sesuai standar.

“Kemudian nanti jika dilakukan grand opening semestinya dilakukan uji kelayakan apakah seluruh peralatan ini sudah terpenuhi standarisasi yang tujuannya untuk safety procedure karena ini sudah menyangkut masalah nyawa,” tandasnya.

Dia juga menilai, untuk progres pengerjaan Flyingfox tersebut barulah mencapai 60% belum mencapai 90%.

“Kalau melihat dari progres pengerjaan ini masih sekitar 60%, ini (kawat Flyingfox, red) baru terpasang, parkir kendaraan baru perataan, kemudian tower yang di sana (finis, red) jalurnya, apakah ini panjangnya 700 meter kemudian kita buktikan bersama masyarakat Kota Metro,” tuntasnya. (Arby)