KONFLIK di tubuh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Cabang Lampung belum lama ini agaknya membuat hati saya miris. Saya menilai jika wartawan saja berkonflik dan tidak kompak, saya pun bisa menerka-nerka bagaimana wajah dunia pers yang terjadi di Lampung selama ini. Karenanya tidak hanya wartawan, tapi kita semua masyarakat umum pun juga harus memberikan atensi dan perhatian terhadap konflik yang terjadi tersebut.

Terutama terhadap usulan beberapa wartawan yang menyarankan agar adanya islah antara Ketua PWI Cabang Lampung, Supriyadi Alfian dengan Ketua Bidang Pembelaan Wartawan PWI Cabang Lampung, Juniardi. Ini terkait keputusan Supriyadi yang kini tidak lagi mengizinkan saudara Juniardi untuk membuat berbagai pemberitaan yang mengatasnamakan PWI Cabang Lampung.

Tentunya saran islah ini sudah harus mendapat dukungan dari semua kelompok masyarakat terutama organisasi wartawan. Kedua belah pihak sudah seharusnya dapat bersikap lebih bijak dan mengedepankan rasa persaudaraan. Bila ada selama ini yang memang kurang pas, sudah semestinya diselesaikan dengan cara-cara kekeluargaan dan aturan-aturan organisasi.

Sebab bagaimana pun perbedaan pendapat sebenarnya merupakan dinamika yang lumrah terjadi dalam sebuah organisasi. Namun demikian yang namanya tekad guna menjaga marwah organisasi dan profesi wartawan harusnya bisa dapat lebih ditonjoklan. Daripada mengumbar konflik yang sangat tidak elok untuk dipertontonkan kepada publik.

Jujur saya sangat mengharapkan agar pribahasa �Jangan sampai pribahasa menepuk air di dulang, terpercik muka sendiri� ternyata terjadi di PWI Cabang Lampung. Dimana konflik yang terjadi justru sangat memalukan nama baik diri sendiri, lebih-lebih nama baik organisasi kewartawanan. Semoga ini jangan sampai terjadi. (wassalam)