MESUJI � Statment Khamami yang meralat pernyataan mundurnya sebagai Bupati Mesuji terus menjadi cibiran. Selain dinilai tidak menjunjung adab dan etika berpolitik, langkah ini juga menjadi bahan tertawaan para penggiat media sosial. Pasalnya dengan melontarkan pernyataan mundur, Khamami dinilai hanya ingin menaikkan pamor dengan cara yang murah meriah. Yakni dengan melakukan sandiwara lama yang sudah terbaca dan menjadi bahan tertawaan se-Provinsi Lampung.

Untuk diketahui dalam beberapa hari ini ratusan masyarakat perwakilan beberapa desa mendatangi rumah dinas Bupati Mesuji dan meminta agar sang Bupati terus melanjutkan kepemimpinanya. Namun, informasi yang didapat dari salahsatu kepala desa (kades), kronologisnya sedikit berbeda. Menurutnya, dia mendapat pesan dari Bupati, dan isinya memerintahkan agar mengajak masyarakat ke rumah dinas dan mengatakan mendukung serta menolak Bupati Mesuji mengundurkan diri.

�Katanya mengundurkan diri, tapi kok saya selaku Kades disuruh ke rumah dinas Bupati dan mengajak masyarakat mengatakan masih mendukung dan menolak Bupati mengundurkan diri,� ujarnya.

Terpisah, pembatalan mundurnya Bupati Mesuji ini ternyata tidak membuat Aparatur Sipil Negara (ASN) terkejut. Salahsatu kepala dinas ketika dikonfirmasi menilai bahwa yang dilakukan Bupati Mesuji hanyalah sebuah sensasi politik. �Saya tidak kaget, �lihat saja apalagi sensasi yang akan dilakukannya nanti,� ucapnya (22/8).

Mundurnya Bupati Mesuji sebelumnya mendapat dukungan dari Pegawai Negeri Sipil (PNS). Menurut seorang PNS kepada media, hal ini disebabkan kebijakan Bupati Mesuji yang terkesan semaunya sendiri tanpa memperhitungkan aturan yang ada, ucapnya seperti dilansir lampungtoday.com. (21/8)

Ketika disinggung terkait tudingan Bupati Mesuji yang mengatakan bahwa hanya dua puluh persen ASN yang mendukungnya, ia menyampaikan kemungkinan benar.

“Pendapat saya sih ya memang begitu sepertinya. Kalau kami ini bekerja nyaman dan masih dalam koridor yang tidak bertentangan dengan aturan hukum, saya rasa seribu persen ASN akan mendukung. Tapi kalau di Mesuji ini, kami dibuat nyaman aja tidak, bagaimana diminta mendukung, logikanya dimana,� pungkasnya.

Seperti diberitakan sebelumnya Dr. Suwondo, MA, menilai Bupati Mesuji Khamami telah melanggar fatsoen politik. Ini terkait sikap plin-plan Khamami terkait dengan pernyataan yang diungkapkannya yang berencana mundur dari jabatannya sebagai bupati.

Menurut Sekretaris Program Pasca Sarjana Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisip) Universitas Lampung (Unila) ini, seorang pemimpin apalagi sekelas kepala daerah sudah semestinya menjunjung tinggi fatsoen politik. Yakni adab dan etika berpolitik. Dimana semua sikap, perbuatan dan perkataan harus mengacu pada proses atau aktifitas politik yang mengandung asas etika keadaban, tatakrama, dan tanggung jawab.

�Kalau dalam agama Islam kita mengenal istilah munafik. Secara umum menandakan seseorang yang tidak sesuai antara sikap dan perkataan dengan perbuatan atau perilaku. Jika dalam dunia politik, hal ini dikenal dengan namanya fatsoen politik,� tutur Dr. Suwondo, MA.

Dijelaskan Suwondo, sangat tidak etis seorang pemimpin bermain-main dengan ucapannya. Apapun alasannya, antara perkataan dan perilaku atau perbuatan seorang pemimpin sekelas kepala daerah, harus ada kesesuaian.

�Jadi bukan dimain-mainkan. Kalau memang ingin mundur ya mundur saja. Seorang pemimpin harus bisa menunjukan tauladan baik di mata rakyatnya. Perkataan seoarang pemimpin harus sesuai sikap dan perbuatan. Jangan plin-plan dan penuh kebohongan. Ini bisa memicu konflik. Jujur perilaku seperti ini sangat tidak beretika dan melanggar fatsoen politik,� tegasnya.

Untuk itu Suwondo berharap kedepan tidak ada lagi pemimpin di Lampung yang berprilaku negatif seperti ini. Yakni dengan melanggar fatsoen politik yang ada.

�Saya berharap kedepan setiap pemimpin di Lampung harus mengacu proses atau aktifitas politik yang mengandung etika, keadaban, tatakrama, dan tanggung jawab serta selalu menjunjung tinggi nilai dan prinsip demokrasi yang berbasiskan integritas moral dan konsistensi politik. Tidak boleh ada pemimpin yang plin-plan yang antara perkataan dan perbuatan saling bertentangan. Ini dalam agama kita lebih mengenal dengan istilah munafik. Tapi dalam politik istilah ini dikenal dengan sebutan fatsoen politik,� urainya lagi.

Seperti diketahui Khamami dalam status Facebook-nya mengungkapkan merencanakan mundur dari jabatan bupati. Padahal baru terpilih dan dilantik hasil pemilihan serentak gelombang kedua lalu. Alasannya, ingin mengurus ibundanya. Selain itu juga mengurus usaha yang sudah dirintisnya. Hal ini diungkapkan Khamami dalam status Facebook-nya di akun Khamamik untuk Mesuji.

“Keinginan saya mengundurkan diri telah saya sampaikan setelah Paripurna Istimewa di DPRD Mesuji tadi pagi di gedung baru DPRD Mesuji, dengan Ket DPRD Mesuji, Wakil Bupati Mesuji, Kapolres Mesuji, Dandim 426Tulangbawang, Inspektur Mesuji dan beberapa pejabat lainnya,” tulis Khamami.

Pernyataan ini langsung menuai respon dari perwakilan masyarakat yang mendatangi rumah dinas Bupati Mesuji meminta klarifikasi dan juga berharap agar Bupati Mesuji meneruskan kepemimpinannya. Kontroversi mundurnya Bupati Mesuji dari jabatann terus mengalir dan menjadi perbincangan dalam media sosial. Pro dan Kontra terlihat dari banyaknya netizen yang memberikan komentarnya.

Sebagian menyatakan ketidakrelaan masyarakat jika ditinggal Khamami. Tapi sebagian lagi meragukan kebenarannya. Mereka menilai sikap Khamami ini hanyalah sandiwara lama seorang politisi yang sudah terbaca dan sekedar mencari sensasi.

Dan ternyata akhirnya dugaan warga yang menilai sikap Khamami hanya sandiwara dan sekedar mencari sensasi, ternyata terbukti. Pasalnya Khamami kemudian meralat dan menyatakan tidak jadi mundur sebagai Bupati Mesuji.(red/dbs)