AHYA Mulya Bhakti berhasil mempersembahkan medali emas untuk kelas D Putra.

Pesilat muda yang kini kuliah di Fakultas Ilmu Keolahragaan dan Kesehatan Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) ini bangga bisa memberikan sesuatu pada tanah kelahirannya, Lampung.

Berikut petikan wawancara be1lampung.com dengan Ahya usai pengalungan medali di GOR Kalimutu Kudus.

Dipersembahkan untuk siapa medali emasnya?

Buat keluarga, orangtua.

Dari awal sudah yakin ya jadi juara?

Yang pasti, kita sudah melakukan persiapan. Enam bulan training centre di Pengprov IPSI Lampung. Dan sebelum ini memang sudah ikut Pomnas (Jateng)

Dan saya juga tidak memandang remeh lawan. Tapi (saya) yakin iuara 1. Jadi, siapa aja lawannya saya hajar.

Sejak kapan tertarik silat?

Dari kelas 2 SMP.

Siapa yang ngajak? Apakah ayah?

Bukan. Ayah saya bukan olahragawan. Mungkin karena (faktor) lingkungan aja ya. Temen-temen di kampung (Pringsewu) suka latihan bareng.

Mungkin juga karena dari kecil saya suka seni. seperti kesenian tradisional itu. Wayang kulit, tari-tarian.

Dan keluarga mendukung?

Iya. Ayah (Dedi Winarto) dan Ibu (Siti Arwani/Guru SMPN 2 Adiluwih) sangat mendukung. Mereka support saya di pencak silat ini.

Boleh disebut prestasi yang paling berkesan?

Saya pernah jadi juara 2 Pomnas Kalsel,
juara 3 PON Aceh Sumut dan juara 1 Pomnas Jateng 2025 dan sekarang (PON Beladiri Kudus). Tapi yang paling berkesan itu Pomnas Jateng.

Harapan di masa mendatang?

Saya ingin jadi atlet Pelatnas. Dan tentu saja dapat pekerjaan setelah nanti lulus kuliah. Semoga saja dapat diakomodir pemerintah daerah.

Bagaimana prospek silat di Lampung?

Lampung itu punya banyak potensi. Dan sejauh ini pembinaan sudah baik. Bahkan yang di kabupaten. Tinggal bagaimana mempertahankan dan meningkatkannya lagi aja.

Trimakasih Ahya. Sukses terus

Sama-sama.

(*)