SATU pekan ini saya merasa drop dan frustasi. Rasanya berat ingin berbuat apapun. Jangankan bekerja, sekedar menyantap makanan, saya malas-malasan. Parahnya lagi sikap ini diliputi rasa penyesalan. Andai boleh meminta, saya hanya ingin waktu dapat berputar berulang kembali.
Beberapa tahun lalu, saya sangat sibuk bekerja. Ego masih tinggi. Setiap peluang apapun yang bisa menghasilkan keuntungan, pasti saya kejar. Hasilnya, saya merasa cukup dan puas dengan keadaan yang ada. Meskipun ini harus saya tebus dengan sikap kebodohan, yang memilih waktu terbuang dengan melupakan orang-orang yang sangat saya cintai.
Tapi kini kondisi tersebut berbeda. Ternyata kepuasan tidak bisa diukur dengan �ketercukupan�. Akibat terlalu sibuk, saya tidak sempat memperhatikan dan membahagiakan kedua orangtua saya.
Kini orangtua saya yang laki-laki telah tiada. Beberapa tahun yang lalu, beliau meninggal dunia di saat saya sedang �nakal-nakalnya�. Jujur saya pun merasa teramat bersalah. Alangkah sering melawan dan membantah titahnya, tanpa saya pernah membalas kebaikannya. Saya tidak ingin memakai kata �dosa�. Pasalnya saya yakin seyakin-yakinnya, senakal apapun saya, senista-nistanya saya, pasti orang tua saya akan memaafkan dan mendoakan yang terbaik untuk saya.
Dan kini situasi serupa menimpa ibunda saya. Kondisinya sekarang sakit keras. Sudah beberapa hari hanya bisa terbaring di rumah sakit. Niat saya pun untuk membahagiakannya tak terkabul. Tak ada guna uang dan harta yang saya miliki, karena tidak bisa ibunda nikmati.
Jadi inilah yang membuat saya uring-uringan. Tiap hari saya hanya bisa menangis melihat kondisi sang ibunda. Meskipun terlihat tegar dimata teman atau staf, tapi itu sebenarnya hanya kepura-puraan. Hati saya hancur sehancur-hancurnya. Lagi-lagi karena kebodohan, yang membuat saya tidak sempat membahagiakannya di saat kondisinya masih sehat wal�afiat.
Karenanya saya mohon maaf, kepada pembaca setia koran ini. Selama satu pekan terakhir, ada kesan saya tidak �menggarap� media ini secara serius. Bahkan untuk edisi Selasa dan Rabu, saya memutuskan untuk tidak terbit dan menyapa pembaca semua.
Jujur saya tidak ingin diganggu. Saya hanya ingin semata fokus buat berdoa dan menemani, serta menghargai tiap detik waktu yang diberikan Allah SWT untuk sang ibunda. Saya tidak ingin ada penyesalan kembali.
Dan kepada teman/kolega/sahabat, janganlah tiru kebodohan saya. Andai kedua orangtua anda semua masih ada, jagalah, sayangilah dan hormatilah. Saran saya, jangan tiru kebodohan dan kecerobohan saya, yang sempat diperbudak pekerjaan yang membuat saya lupa pada mereka.
Sebab jika satu atau keduanya sudah tiada, apapun bentuk penyesalan, apapun yang kita pertaruhkan, takkan ada hasilnya. Semuanya tidak bisa mengembalikan mereka di pangkuan kita. Yang ada hanya air mata. Seperti saya, yang tiada gunanya.(wassalam)