BANDAR LAMPUNG – Di tengah sulitnya masyarakat memperoleh minyak goreng, faktanya ditemukan ada perusahaan menyimpan ratusan ribu liter minyak goreng di salah satu gudang di kelurahan Gubak, Kecamatan Panjang, Bandar Lampung, Selasa (22/2).

Mirisnya, hal ini baru terungkap setelah tim dari Mabes Polri turun langsung ke Lampung.

Lalu apa kata pemerintah? Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Provinsi Lampung terkesan mati-matian membela perusahaan agar terhindar dari tuduhan penimbunan minyak.

“Tadi kami lakukan monitoring, jadi kami dorong salah satu perusahaan tersebut untuk keluarkan stok lama. Sementara perusahaan tersebut sudah jual stoknya ke eksportir. Tapi tidak jadi karena ada Permendag tentang larangan ekspor keluar,” kata Kabid PDN Disperindag Provinsi Lampung, M Zimmi Skil.

Ia mengatakan bahwa tidak ada timbunan minyak goreng dalam perusahaan tersebut.

“Karena barang itu sudah dilaporkan ke Kementrian Perdagangan sejak Januari 2022, dimana pihak CV Sinar Jaya pada Januari melaporkan ketersediaan minyak dengan harga lama,” jelas dia.

Sehingga dengan kedatangan Satgas Pangan Mabes Polri dan Diskrimsus serta Pemprov Lampung ke perusahaan CV Sinar Jaya, tim tersebut memberikan solusi.

“Tadi Satgas Pangan Polri langsung telepon Kemendag menanyakan apa saja administrasi yang belum selesai sehingga belum bisa didistribusikan minyak yang di gudang tersebut,” katanya.

Selain itu juga, pihak eksportir juga sudah dihubungi Diskrimsus. “Setelah ada komunikasi dua arah akhirnya besok sudah bisa didistribusi, kalau tidak ada pihak Diskrimsus dan Satgas Pangan mungkin administrasinya masih akan lama dan tak didistribusi,” kata Zimmi.

Ia menerangkan, dalam produksi CV Sinar Laut bisa hasilkan 10 ton minyak goreng dalam sebulan, tetapi Sinar Laut tidak memiliki kebun.

“Jadi beli CPO namun harga lagi tinggi, sementara perusahaan harus jual Rp14 ribu sehingga sedang dicarikan solusi oleh Kemendag agar dapat harga CPO sesuai HET,” kata dia.

Yang menariknya lagi, kata Zimmi, sebelumnya Lampung tidak pernah langka minyak goreng karena produksi minyak banyak.

“Penyebab kondisi saat ini adalah pendistribusian yang lambat. Selain itu juga CPO bahan baku yang tinggi makanya lagi dicarikan solusi agar pabrik besar bisa mendapat harga HET,” katanya. (tbc)