BANDARLAMPUNG � Puisi yang dibacakan Sukmawati Soekarnoputri dalam acara 29 Tahun Anne Avantie Berkarya di Indonesia Fashion Week 2018, terus berbuntut. Tidak hanya menyangkut persoalan hukum. Namun berimbas masalah politis. Termasuk menggerus popularitas Calon Gubernur (Cagub) dan Wakil Gubernur (Wagub) yang diusung oleh PDI-Perjuangan.
�Semua sudah tahu bahwa Sukmawati Soekarnoputri adalah adik dari Megawati Sukarnoputri yang juga Ketua Umum DPP PDI-Perjuangan. Suka atau tidak, persoalan ini membuat sentimen negatif masyarakat pada keluarga besar Bung Karno termasuk juga PDI-Perjuangan,� terang Dosen Fakultas Hukum (FH) Universitas Lampung (Unila), Yhannu Setiawan, S.H., M.H.
Dijelaskan Yhannu, setiap sikap perilaku, tindak tanduk serta statement dari seorang politisi atau tokoh dipastikan menimbulkan dampak. Bisa negatif atau positif. Karenanya sudah sepantasnya apa yang dimunculkan di publik harus dipikir matang. Apakah merugikan dan memunculkan permusuhan atau menimbulkan simpati pertemanan.
�Jadi jika yang ditonjolkan sifatnya kontroversi yang membuat orang lain kurang respek dan tidak nyaman, yakin imbasnya sangat besar. Tidak hanya kepribadi atau keluarga besar. Tapi juga partai politik,� tandas Yhannu.
Diuraikan Yhannu, publik belum lupa jika PDI-Perjuangan selama ini diidentikan negatif dengan salahsatu kelompok. Bahkan pernah di labeli partai pembela �penista agama�. Sentimen ini dapat terlihat saat Pemilihan Gubernur (Pilgub) DKI Jakarta. Dimana beberapa kekuatan atau kelompok agama memilih bersatu melawan dan menggelar aksi.
�Luka ini belum sembuh benar. Ditambah lagi dengan adanya kasus Sukmawati Sukarnoputri. Meskipun berbeda, tapi mau tidak mau publik pasti mengaitkan dengan keluarga Bung Karno. Dimana salahsatu putrinya, yakni Megawati Sukarnoputri berstatus sebagai Ketum DPP PDI-Perjuangan,� terang mantan Komisioner Komisi Informasi (KI) Pusat ini lagi.
Untuk itu, Yhannu menyarankan agar PDI-Perjuangan segera mengklarifikasi. Termasuk intens bertemu tokoh-tokoh agama dan masyarakat guna mendudukan permasalahan yang sebenarnya.
�Jika tidak yakinlah, citra partai akan timbul sentimen negatif, termasuk juga berimbas pada citra dan elektabilitas calon kepala daerah yang diusung saat pilkada, baik itu Pilgub, atau Pilwakot dan Pilbup yang akan tergerus,� tutup Yhannu.
Seperti diketahui untuk Lampung, DPP PDI-Perjuangan sepakat mengusung Herman HN. Walikota Bandarlampung non-aktif ini diusung oleh DPP PDI-Perjuangan sebagai Cagub Lampung berpasangan dengan Sutono.
Sebelumnya diberitakan berbagai kelompok masyarakat merespon keras puisi yang dibacakan Sukmawati Soekarnoputri. Misalnya Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur telah memerintahkan badan �otonom yaitu Anshor menyampaikan surat aduan ke Polda terkait puisi yang dibacakan Sukmawati Soekarnoputri dalam acara 29 Tahun Anne Avantie Berkarya di Indonesia Fashion Week 2018. PWNU mengadukan Sukmawati lantaran puisi yang dibacakannya tersebut dianggap tidak menghormati agama Islam.
“Yang sangat kami sayangkan substansi daripada puisi itu. Di mana di situ menyebut idiom-idiom agama Islam seperti syariat, cadar, dan azan yang dibandingkan dengan budaya, terutama budaya Jawa. Dan isi daripada puisi itu tidak menghormati agama Islam,” kata Ketua PWNU Jatim Hasan Mutawakkil Alallah, saat menggelar konferensi pers di Kantor PWNU Jatim, Surabaya, Rabu (3/4).
Hasan juga berharap agar aduan ini bisa secepatnya direspons aparat kepolisian. Sementara itu, Hasan juga mengimbau masyarakat, utamanya warga NU untuk tidak mudah terprovokasi dan menyerahkan segala prosesnya kepada aparat kepolisian.
Sikap senada juga disampikan Ketua Umum Pengurus Besar Keluarga Besar Pelajar Islam Indonesia (KB PlI) Nasrullah Larada menyayangkan apa yang dikatakan Sukmawati dalam puisinya yang menginggung �cadar dan tusuk konde�. Bahkan, KB PII menyatakan pernyataan Sukmawati yang sudah tersebar di berbagai media sosial telah menistakan agama Islam.
�Kalau Sukmawati Soekarnoputri tidak paham syariat Islam, itu urusan dia. Namun Sukmawati jangan menghina keyakinan orang lain dan membuat marah marah umat Islam. Puisi yg dibacakan Sukmawati, bukan saja menistakan syariat Islam, namun juga meletupkan benih-benih perpecahan sosial atau SARA,�� kata Nasrullah, di Jakarta, Selasa (3/4).
Dengan demikian, lanjut Nasrullah, KBPII berharap pihak kepolisian segera mengusut tuntas kasus penistaan syariat Islam oleh Sukmawati. Dan jika pihak berwajib mendiamkan kasus ini, berarti polisi abai terhadap Pancasila.
��Saya sekarang bisa memahami bila ada kelompok yang akan melaporkan kasus puisi Sukmawati ke Mabes Polisi. Ini sudah jadi persoalan sosial dan hukum. Kami harap penegak hukum menindaklanjuti laporan tersebut,�� kata Nasrullah.
Disisi lain keluarga besar Presiden Pertama RI, Sukarno angkat bicara terkait puisi yang dibacakan Sukmawati Soekarnoputri. Guntur Soekarnoputra menyesalkan isi puisi yang dibacakan Sukmawati di gelaran Indonesia Fashion Week 2018 tersebut.
“Itu pendapat pribadi Sukmawati, tidak ada urusannya dengan pandangan dan sikap keluarga,” kata Guntur yang merupakan anak pertama Sukarno dalam keterangan tertulisnya, Selasa (3/4).
“Saya juga yakin puisi Sukma itu tidak mewakili sikap keimanannya sebagai seorang muslimah, dan saya ingin Sukma segera meluruskannya,” kata Guntur.Meski enggan mengomentari lebih jauh puisi adiknya itu, Guntur menegaskan puisi yang dibuat Sukmawati sama sekali tidak terkait pandangan dan sikap keluarga Bung Karno, mengenai ajaran agama Islam.
Guntur menambahkan sejak kecil, seluruh keluarga telah dididik serta diajarkan keagamaan sesuai syariat Islam oleh Bung Karno dan Fatmawati.
“Kami diajarkan syariat Islam dan Bung Karno pun menjalankan semua rukun Islam termasuk menunaikan ibadah haji” katanya.
Berikut puisi lengkap Sukmawati Soekarnoputri di Indonesia Fashion Week 2018:
Ibu Indonesia
Aku tak tahu Syariat Islam
Yang kutahu sari konde ibu Indonesia sangatlah indah
Lebih cantik dari cadar dirimu
Gerai tekukan rambutnya suci
Sesuci kain pembungkus ujudmu
Rasa ciptanya sangatlah beraneka
Menyatu dengan kodrat alam sekitar
Jari jemarinya berbau getah hutan
Peluh tersentuh angin laut
Lihatlah ibu Indonesia
Saat penglihatanmu semakin asing
Supaya kau dapat mengingat
Kecantikan asli dari bangsamu
Jika kau ingin menjadi cantik, sehat, berbudi, dan kreatif
Selamat datang di duniaku, bumi Ibu Indonesia
Aku tak tahu syariat Islam
Yang kutahu suara kidung Ibu Indonesia, sangatlah elok
Lebih merdu dari alunan azan mu
Gemulai gerak tarinya adalah ibadah
Semurni irama puja kepada Illahi
Nafas doanya berpadu cipta
Helai demi helai benang tertenun
Lelehan demi lelehan damar mengalun
Canting menggores ayat ayat alam surgawi
Pandanglah Ibu Indonesia
Saat pandanganmu semakin pudar
Supaya kau dapat mengetahui kemolekan sejati dari bangsamu
Sudah sejak dahulu kala riwayat bangsa beradab ini cinta dan hormat kepada ibu Indonesia dan kaumnya.(net)