Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Raden Intan Lampung adalah Perguruan Tinggi Agama Islam tertua dan terbesar di Lampung. Dalam perjalanan sejarahnya, IAIN Raden Intan melintasi beragam fase, mulai dari fase rintisan, kemudian fase pendirian dan pembangunan, lalu fase pengembangan dan bertransformasi menjadi Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Intan sehingga mencapai kemajuan dan perkembangan seperti sekarang ini.
Lantas mengapa IAIN Raden Intan berubah menjadi UIN Raden Intan dan bisa berkembang hingga masuk dalam lima besar Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) se-Indonesia dengan peminat atau pendaftar terbanyak seperti saat ini ? Bagaimana pula tantangan yang dihadapi dalam prosesnya saat menjadi UIN ? Dan apa yang menjadi cita-cita UIN Raden Intan kedepan ? Berikut wawancara Pemimpin Radaksi SKH BE I Lampung, Bukhori Muzzammil bersama Rektor UIN Raden Intan Prof. Dr. H. Moh. Mukri, MAg, di ruang kerjanya belum lama ini.
Assalamualaikum Prof. Mukri, semoga sehat selalu ?
Waalaikum Salam Wr.Wb. Alhamdulillah sehat.
Prof. Mukri dinilai sukses dalam mengembangkan IAIN Raden Intan lalu berubah menjadi UIN Raden Intan seperti sekarang. Bisa dijelaskan proses awalnya ?
Yang pasti kuncinya adanya kekompakan dan kebersamaan. Dan prosesnya panjang. Mulai pada periode pertama kepemimpinan (Rektor) IAIN Raden Intan dijabat H. Mochtar Hasan S.H. Kemudian dilanjutkan Drs. Ibrahim Bandung. Lalu Rektor ke-3 Letkol. Drs. H. Soewarno Achmady. Seterusnya Rektor ke-4 Drs. Muhammad Zein. Lalu kepemimpinan Drs. H. Busyairi Madjidi sebagai Rektor ke-5. Diteruskan Rektor ke-6 yang dijabat Drs. H. Pranoto Tahrir Fatoni. Kemudian dilanjutkan masa kepemimpinan Rektor ke-7 Drs. H.M Ghozi Badrie. Seterusnya Prof. Dr. H. M. Damrah Khair, MA. Sebagai Rektor ke-8. Selanjutnya Rektor ke-9, Prof. Dr. H.S. Noor Chozin Sufri. Diteruskan Rektor ke-10, Prof. Dr. KH. Musa Sueb, MA. Kemudian Rektor ke-11 saya saat ini.
Jadi prosesnya panjang. Semuanya terlibat dan mempunyai jasa dalam pengembangan IAIN Raden Intan sehingga menjadi UIN Raden Intan seperti yang bisa kita lihat dan rasakan sekarang.
Tapi harus jujur diakui dimasa Prof. Mukri lah IAIN bisa maju dan berkembang dengan pesat. Mulai dari jumlah mahasiswanya yang hanya berkisar 2500 sampai dengan 3000 sekitar tahun 2011-2012. Tapi kini di tahun 2017 meningkat menjadi 25000 mahasiswa. Peminat UIN Raden Intan pun kabarnya membeludak hingga mencapai 21000 pendaftar dengan formasi yang akan diterima sekitar 5000 mahasiswa/i. Ini masuk lima besar PTKIN se-Indonesia dengan peminat atau pendaftar terbanyak. Peminatnya pun bukan hanya mahasiswa/i Lampung tapi juga lintas provinsi bahkan dari negara lain, seperti Thailand, Malaysia dan lainnya. Ini tentunya prestasi yang luar biasa?
Silakan saja masyarakat luas menilai sendiri. Saya hanya ingin tekankan bahwa ini semua merupakan buah dan hasil adanya kerjasama, kekompakan dan kebersamaan. Mulai dari office Boy (OB), petugas kebersihan, dosen hingga pimpinan rektorat UIN Raden Intan. Dan saya harus mengapresiasi dan menghaturkan penghargaan serta ucapan ribuan terima kasih atas segala sumbangsih dan pengabdian yang telah diberikan oleh mereka semuanya.
Kini IAIN Raden Intan telah berubah menjadi UIN Raden Intan, bagaimana dengan standar mutu yang ada?
Perlu saya uraikan. Saat ini kami ada 31 program studi S-1 pada 5 fakultas (Tarbiyah dan Keguruan, Syariah, Ushuluddin, dan Dakwah dan Ilmu Komunikasi serta Ekonomi dan Bisnis Islam), serta 9 prodi S-2 dan 3 prodi S-3 pada Program Pascasarjana.
Mengenai mutu tak perlu diragukan. Para alumni kami mampu bersaing dan kini tersebar di berbagai lembaga negara. Mulai yang menjadi dosen, politisi, polisi, TNI, jaksa, hakim dan Aparatur Sipil Negara (ASN) serta berbagai profesi lainnya.
Bahkan untuk Program S-3 kami telah memiliki jurnal yang telah terakreditasi nasional dan sudah meluluskan sebanyak 27 Doktor. Kemudian dalam menjalankan layanan pendidikan ini kami didukung 608 SDM yang terdiri dari 310 dosen tetap (PNS 268 dan non-PNS 42), 187 tenaga kependidikan berstatus PNS, 15 tenaga administrasi non-PNS, 63 tenaga kebersihan, dan 33 tenaga keamanan. Semua ini nantinya bakal bertambah dan meningkat.
Lantas gimana dengan sarana dan prasarana sebagai penunjang kegiatan akademik UIN Raden Intan nantinya ?
Untuk hal ini UIN Raden Intan dilengkapi sarana dan prasarana yang memadai. Antara lain, lahan seluas 51,18 ha yang tersebar di 3 (tiga) lokasi dalam kota, sarana perkuliahan, sarana penunjang akademik, sarana administrasi dan perkantoran, sarana ibadah, sarana kegiatan mahasiswa, sarana umum, asrama mahasiswa, dan sarana olahraga.
Bahkan kampus UIN Raden Intan baru-baru ini mendapat penghargaan ECO CAMPUS AWARD 2014 oleh Kementerian Agama RI sebagai kampus hijau yang asri, bersih dan nyaman. Ini bisa disaksikan dan dinilai oleh masyarakat. Bagaimana bahwa UIN Raden Intan kini telah berubah. Belum lagi kedepan, semua sarana dan prasana yang ada akan terus kami tingkatkan menjadi kampus yang megah dan berwawasan lingkungan.
Maksudnya ?
Ya semua sarana dan prasana kampus akan bertambah. Baru-baru ini kami bekerja sama dengan Islamic Develovment Bank (IDB). Dan kami memperoleh dana sebesar Rp650 miliar untuk melakukan pembangunan dan peningkatan sarana dan prasarana serta peningkatan kualitas dan mutu pendidikan. Untuk mengawal proses ini semua kami bekerjasama dengan pihak aparat penegak hukum, mulai dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Kejaksaan hingga Kepolisian serta berbagai pihak lainnya. Saya benar-benar ingin hasil pembangunan nantinya benar-benar sesuai dengan perencanaan sehingga hasilnya bisa menjadi model atau icon bagi Provinsi Lampung. Jadi yakinlah nanti kawasan di sekitar kampus ini juga akan maju dengan pesat.
Tapi tentunya pembangunan yang akan dilakukan ini memperhatikan dan berwawasan lingkungan. Ini merupakan usaha UIN Raden Intan dalam rangka meningkatkan kualitas manusia secara bertahap dengan memperhatikan faktor lingkungan agar ekosistem lingkungan tidak terganggu dan tetap terjaga.
Belum lagi Insya Allah tahun depan, Masjid Safinatul Ulum telah selesai pembangunannya dan sudah bisa digunakan. Masjid yang menelan dana Rp37 miliar ini akan menjadi salah satu masjid termegah dan mampu menampung 6000 jamaah. Masjid ini dibangun dari hasil swadaya, dana corporate social responsibility (CSR) serta infaq dan sodaqah para mahasiswa, dosen dan pegawai yang insya Allah akan tercatat sebagai amal ibadah. Semua bisa melihat bahkan mengaudit penggunaan dananya.
Lalu apa kiat Prof Mukri dalam mengenalkan berbagai potensi dan keunggulan yang dimiliki UIN Raden Intan ketingkat nasional hingga mancanegara ?
Tahun lalu kami menjadi tuan rumah Konferensi Studi Islam Internasional atau Annual International Conference Islamic Studies (AICIS) ke-16. Kegiatan ini diikuti lebih dari 56 rektor dari PTKI dari seluruh dunia. Sejumlah tokoh dari 21 negara turut hadir. Dan lagi-lagi saya bersyukur. Sebab oleh Menteri Agama RI, Lukman Hakim Saifuddin mengatakan bahwa penyelenggaraan AICIS tahun 2016 lalu sebagai penyelenggaraan yang terbaik. Belum lagi kegiatan lain.
Bahkan dalam lima tahun terakhir kami aktif menjalin kerjasama dalam bentuk Memorandum of Intention (MoI), Memorandum of Understanding (MoU) hingga Memorandum of Agreement (MoA) , setidaknya dengan 14 lembaga dalam negeri maupun 11 lembaga pendidikan luar negeri. Yang terbaru kami baru saja MoU dengan Perguruan Tinggi se-Asean.
Bisa dijelaskan Prof. Mukri mengenai ide awal terhadap perubahan status IAIN menjadi UIN ?
Kalau ini menyangkut globalisasi yang terjadi sebagai dampak kemajuan sains dan teknologi di seluruh dunia. Pada tahap ini perubahan IAIN menjadi UIN merupakan langkah strategis guna berperan aktif dan berkompetisi di tengah perubahan masyarakat global. Dengan model keilmuan yang hanya bergerak pada satu bidang seperti studi Islam, posisi IAIN tidak bisa leluasa memainkan peran dan lulusannya tidak bisa dengan mudah merespons persoalan yang dihadapi masyarakat. Di sisi lain dengan alih status menjadi universitas, dapat menampung lebih banyak mahasiswa dari berbagai latar belakang. Melalui transformasi kelembagaan ini juga bisa meningkatkan keunggulan akademik civitas akademika serta meluaskan jangkauan pengabdian dan profesionalisme dalam pengkajian dan pengembangan tradisi dan peradaban Islam. Dan alhamdulillah, puji syukur kepada Allah SWT, berkat doa dan bantuan semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu-persatu, akhirnya IAIN Raden Intan bisa naik status menjadi UIN Raden Intan.
Terus setelah berubah menjadi UIN Raden Intan tentunya tantangan kedepan juga akan semakin terasa, cara Prof. Mukri menyiasatinya ?
Tentunya kami akan terus melakukan peningkatan baik standar akademik ataupun management dan pelayanan. Dalam konteks management dan pelayanan, sejak beberapa tahun yang lalu kampus ini ditetapkan sebagai lembaga pendidikan tinggi yang menerapkan pola pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum (BLU) berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan, nomor 277/KMK.05/2010 tanggal 5 Juli 2010. Lalu oleh Menteri Keuangan RI, UIN Raden Intan dinilai masuk empat besar yang pengelolaan keuangannya sangat sehat dan layak sehingga kami mampu memberikan remunerasi bagi seluruh pegawai dan dosen mulai dari pimpinan universitas hingga ke petugas kebersihan.
Dan untuk diketahui dari seluruh PTKIN se-Indonesia baru empat yang bisa memberikan remunerasi. Yakni UIN Syarif Hidatullah Jakarta, UIN Sunan Kalijaga Jogyakarta, UIN Sunan Ampel Surabaya dan UIN Raden Intan Lampung. Pemberian remunerasi ini tentunya sangat bermanfaat dan menjadi tantangan tersendiri bagi seluruh pegawai UIN Raden Intan untuk terus meningkatkan kinerja dan prestasi serta pelayanan kepada mahasiswa/i atau masyarakat umum lainnya.
Dengan berbagai capaian yang ada, apa sekarang yang hendak Prof. Mukri raih untuk kemajuan UIN kedepan ?
Jujur saya sangat berharap kampus ini menjadi pusat transformasi nilai-nilai kebaikan bagi semua. Saya ingin produk para mahasiswa/i UIN Raden Intan memiliki ilmu-ilmu ke-Islaman dan multi disipliner keilmuan yang unggul dan kompetitif serta memiliki ahklak karimah. (adv)