BANDARLAMPUNG – Ketua DPD Partai Golkar Kota Bandarlampung, H. Yuhadi, SH.i, M.H, mengaku enggan menanggapi “manuver” anggota DPRD Lampung, Drs. H. Azwar Yacub. Ini terkait langkah Azwar Yacub mengundang 20 Pimpinan Kecamatan (PK) Partai Golkar se-Bandarlampung. Yakni sebagai buntut gagalnya Sekretaris Jenderal (Sekjen) DPP Partai Golkar Lodewijk F. Paulus dalam Pileg 14 Februari 2024.
“Ya kita gak mau nanggapin. Silakan aja para petinggi menilai. Jika di banding pemilu 2019, suara Golkar di Kota Bandarlampung mengalami peningkatan,” tegas anggota DPRD Kota Bandarlampung tersebut.
Seperti diketahui anggota DPRD Lampung, H. Drs. Azwar Yacub, Senin, 25 Maret 2024 mengundang 20 Pimpinan Kecamatan (PK) Partai Golkar se-Bandarlampung.
“Selain untuk berbuka puasa bersama, pertemuan ini diadakan dalam rangka mengevaluasi hasil Pileg dan dalam rangka menghadapi Pemilihan Walikota Bandarlampung. Yang menjadi point penting di pertemuan ini adalah mengapa Sekjen DPP Partai Golkar Lodewijk F. Paulus tidak berhasil duduk di DPR- RI. Ini berarti DPD Partai Golkar Kota Bandar Lampung tidak mampu memenangkan Partai Golkar,” tegas Azwar Yacub.
Menurut Azwar Yacub, acara ini dilakukan Kantor Depidar VII SOKSI Provinsi Lampung.
“Pertemuan dalam rangka evaluasi kinerja DPD Partai Golkar Kota Bandarlampung ini dilakukan atas petunjuk dan arahan DPP Partai Golkar. Sebab di Bandarlampung, perolehan suara Sekjen DPP Partai Golkar Lodewijk F. Paulus dalam Pileg beberapa waktu yang lalu sangat terpuruk, dibandingkan di DPD Partai Golkar Kabupaten/Kota lainnya yang ada di Dapil Lampung I,”ujar Wakil Ketua OKK DPD Partai Golkar Provinsi Lampung ini lagi.
Sebelumnya diberitakan Sekjen DPP Partai Golkar Lodewijk F. Paulus dipastikan terpental dari Senayan karena kalah dalam pertarungan Pileg di Dapil Lampung I. Ini lantaran suara Wakil Ketua DPR RI ini kalah dengan caleg internal, Rycko Menoza. Penyebab tersingkirnya Lodewijk F. Paulus adalah karena perolehannya suara kalah telak dengan Rycko Menoza di Kabupaten Lampung Selatan dan Kota Bandarlampung.
Di Lampung Selatan, Lodewijk F. Paulus hanya dapat 11.068 suara. Sementara Rycko Menoza memperoleh 24.346 suara. Begitu juga di Kota Bandarlampung. Lodewijk F. Paulus hanya dapat 9.044 suara, sementara Rycko Menoza memperoleh 18.580 suara.
Sedangkan di 6 Kabupaten/Kota lainnya , Lodewijk unggul atas Rycko. Seperti di Lampung Barat. Lodewijk dapat 2434 suara dan Rycko hanya dapat 1018 suara. Di Tanggamus, Lodewijk dapat 6476 suara dan Rycko hanya 2100 suara.
Lalu di Pesawaran Lodewijk dapat 5994 suara dan Rycko dapat 2323 suara. Di Pringsewu Lodewijk dapat 8441 suara dan Rycko dapat 3853 suara. Selanjutnya di Pesisir Barat, Lodewijk dapat 3492 suara dan Rycko hanya dapat 387 suara. Terakhir Kota Metro, Lodewijk dapat 3144 suara dan Rycko dapat 1206 suara.
Total perolehan suara Rycko yang juga mantan Bupati Lamsel sebanyak 53.813 suara. Sementara, Lodewijk yang merupakan caleg nomor urut 1 hanya meraih suara terbanyak kedua sebanyak 50.093 suara di DPR RI Dapil Lampung I.
Hasil pileg 2024 ini sendiri mendapat tanggapan mantan Ketua DPD Partai Golkar Provinsi Lampung, M. Alzier Dianis Thabranie.
“Ini jelas tragedi memalukan. Saya ikut prihatin. Dimana sosok Sekjen DPP Partai Golkar Lodewijk F. Paulus adalah marwah atau simbol partai,” ujar Alzier Dianis Thabranie.
Menurut Alzier, harusnya peristiwa ini tak mesti terjadi. Yakni bila semua pengurus Partai Golkar baik tingkat provinsi maupun tingkat Kabupaten/Kota khususnya yang ada di Dapil 1 bekerja maksimal. Seperti di kota Bandarlampung dan Kabupaten Lampung Selatan. Dimana di kedua daerah ini, Sekjen DPP Partai Golkar Lodewijk malah menderita kekalahan telak perolehan suaranya.
“Tapi yang terjadi sebaliknya. Perolehan suara Lodewijk tak maksimal. Ini artinya pengurus atau caleg di tingkat kabupaten/kota atau provinsi hanya “menyelamatkan” badannya masing-masing. Tidak peduli dengan pencalonan Sekjen DPP Partai Golkar,” ujarnya.
Untuk itu Alzier meminta agar secepat nya sebelum Munas Golkar tahun ini, DPP Partai Golkar segera mengevaluasi kepengurusan DPD Golkar Lampung.
“Untuk diketahui saja, zaman saya dulu ada 12 kursi di DPRD Provinsi Lampung. Sementara itu menurun. Artinya ada yang tidak benar,” tambahnya. (red)