TUBABA- Sejak 2016 Pemerintah Kabupaten Tulangbawang Barat (Tubaba) secara konsisten menggelar program pelatihan kesenian untuk warga.
Peserta aktif pada umumnya adalah pelajar usia 7 hingga 17 tahun, meliputi sastra, teater, seni rupa, tari dan tahun ini film. Program ini diturunkan dari filosofi Tubaba �Nemen, Nedes dan Nerimo� (Nenemo) yang berarti bekerja keras, konsisten dan ikhlas.
Tujuan pelatihan bukan untuk menjadikan peserta didik menjadi seniman. Tapi bagaimana melalui proses kesenian peserta diajak bekerja keras untuk menciptakan karya estetis. Yang semuanya harus dilalui secara konsisten dan pada gilirannya mesti diterima secara ikhlas saat orang lain menatap karya kita dengan pandangan berbeda atau bahkan kritik tajam sekalipun.
Nilai-nilai seperti respek, empati dan terbuka terhadap perbedaan adalah nilai-nilai yang terinternalisasikan melalui program ini. Sebagai contoh di dalam kerja kreasi �teater peserta didik yang telah berproses selama dua bulan dilatih seluruh piranti tubuh mereka seperti kelentukan, kelenturan, kekuatan, perasaan dan nalar mereka, lantas kekuatan setiap individu bertemu dengan individu lain; menghilangkan ego masing-masing; suka atau tidak suka pada yang lain tapi untuk menemukan satu nilai estetik apa-apa yang mengganjal dilenyapkan.
Edisi kali ini mengambil tema �Dari Masa Depan� sebuah metafor �tentang �visi �sebuah kota dari generasi muda. Maka visi tersebut akan kita lihat dalam presentasi karya mereka; di dalam seni rupa berbagai tematik dan teknik akan terurai dalam setiap karya rupa mereka, 6 grup teater yang meskipun masih menggunakan naskah-naskah lama tapi coba ditafsirkan oleh pikiran mereka yang milenial, sedangkan musik mencoba memainkan elemen pentatonik dan diatonik untuk mewujudkan musik kolaboratif. Sementara tari Nenemo akan menampilkan 75 penari untuk menabalkan filosofi �Nenemo� sebagai visi masa depan Tubaba.
Tentu saja penampilan kesenian dari generasi muda, bukan berarti melupakan kesenian yang telah lama tumbuh di masyarakat, akan disaksikan pula gitar klasik Lampung, Kulintang, Dzikir Lampung, Ngediao atau Bebandung, Reog, Jaipong dan Baleganjur. Sejumlah ekspresi seni tradisional yang juga menandakan multikulturalisme masyarakat Tubaba.
Aktor Joind Bayuwinanda dari Jakarta akan menampilkan monolog dengan tema pendidikan, sedangkan grup musik Amigdala akan memainkan komposisi ciamik. Dua seniman ini sebagai representasi dari seniman berpengalaman untuk dijadikan semacam referensi kekaryaan para peserta didik program pelatihan kesenian Tubaba.
Selain penampilan dan pameran kesenian, pada gelaran kali ini festival Tubaba mempunyai konten yang bisa dibilang istimewa, yakni launching �Kopi Tubaba�.
Disebut istimewa karena ternyata anggapan selama ini Tubaba tidak memiliki produk kopi yang bisa dinikmati keliru. Berdasarkan hasil percobaan ternyata kopi yang banyak tumbuh di pekarangan rumah warga Tubaba memiliki rasa yang cukup nikmat. Besar harapan setelah launching ini warga Tubaba bisa memproduksi kopi dari pekarangan rumahnya sendiri.
Seniman yang terlibat berjumlah sekira 300 orang. Festival ini digelar di empat venue: Kota Ulluan Nughik � Rumah Panggung�, Kota Ulluan Nughik �Rumah Baduy� keduanya di Rawa Kebo, Patung Empat Marga, letter S, Panaragan dan Sessat Agung Bumi Gayo Ragem Sai Mangi Wawai. Seluruh rangkaian acara berlangsung pada tanggal 29-31 Agustus 2019. (jaz)