BANDAR LAMPUNG – Ketua Forum Komunikasi Pondok Pesantren (FKPP) Bandar Lampung, KH Ismail Zilkarnain menilai sejauh ini masih ada pondok pesantren yang menjadikan santrinya alat marketing.

Artinya, para santri dijadikan alat atau tameng untuk mencari uang. Ironisnya lagi, ada yang dengan berpura-pura memelihara anak yatim, dan dengan sengaja menyewa tempat untuk membuat plang yatim piatu agar bisa mendapatkan bantuan.

“Bahkan ada yang sampai punya cabang, itu namanya penipuan mengatasnamakan anak yatim. Kita ini adalah dakwah dengan tujuan agar orang tidak menyepelekan anak yatim,�kalau ada tidak masalah, tapi ini kan tidak ada. Ini sama saja merusak citra anak yatim,” kata dia lagi.

Ismail Zulkarnain mengajak pondok pesantren lainnya yang ada di Provinsi Lampung untuk lebih intens menunjukkan prestasi anak yatim binaannya.

“Bukan keyatimannya atau kemiskinannya, tapi prestasinya. Ketika itu ditonjolkan, maka nanti umat yang akan datang,” kata dia, di Bandarlampung, Jumat (30/12/2022).

Menurut Ismail, kewajiban umat muslim adalah untuk menyantuni dan membahagiakan anak yatim�agar bisa mandiri. Karena itu, pengurus pondok pesantren diharapkan juga bisa menggali potensi mereka seperti mengaji, menghafal Alquran, ceramah, bela diri, dan menyekolahkan mereka sampai pada bangku kuliah hingga menjadi juara.

“Kalau kita punya konsep bagaimana di ponpes ini mereka bisa jadi orang yang intelektual tapi hafal Alquran,” kata dia pula.

Dalam menghafal Alquran, Ponpes�Riyadus Sholihin mempunyai cara tersendiri untuk anak didiknya. Bagi yang bisa menghafal Alquran sebanyak 30 juz, lanjut Ismail, akan mendapatkan hadiah untuk berangkat menunaikan ibadah umrah.

“Saya lakukan ini dalam rangka keprihatinan terhadap nasib anak yatim. Mereka hidup yatim bukan keinginannya, melainkan adalah takdir,” katanya. (ant)