LAMPUNG -Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Provinsi Lampung mengkonfirmasi bahwa fenomena ribuan ikan yang naik ke daratan di Pantai Selaki, Lampung Selatan bukan peristiwa yang patut dikhawatirkan.
Melalui akun instagram @bmkglampung dijelaskan, hal tersebut dipicu penurunan muka air laut di daerah setempat.
Peristiwa itu, kata BMKG, merupakan kejadian normal karena proses surutnya air laut tidak tiba-tiba.
Terkait fenomena itu, BMKG Lampung mempunyai beberapa analisa.
Pertama karena gelap bulan, dimana ikan akan senang menghampiri sumber cahaya yang terdapat di pinggir pantai atau dermaga.
Kedua, karena adanya upwelling atau arus naik dari dasar ke permukaan laut, yang menyebabkan ikan ikut naik ke permukaan.
“Fenomena ini tidak ada kaitannya dengan gempa bumi atau tsunami. Tidak ada penelitian yang menunjukkan ikan-ikan ke permukaan laut merupakan tanda bahaya gempa bumi atau tsunami,” tulis akun @bmkglampung.
Sebelumnya, ribuan ikan tiba-tiba naik ke daratan di kawasan Pantai Tanjung Selaki, Tarahan, Lampung Selatan, Jumat (7/10/2022) malam.
Fenomena alam ini kemudian viral di beberapa platform media sosial. Videonya pun dengan cepat menyebar melalu pesan berantai di sejumlah grup WhatsAap.
Ikan-ikan berukuran kecil itu berlompatan ke darat dengan jumlah yang luar biasa banyak, sehingga menarik perhatian warga setempat.
Banyak warga yang kemudian memungutinya untuk dibagi-bagikan ke warga yang lain, atau pun diolah sendiri.
Informasinya, ikan-ikan itu naik sekitar pukul 20.00 WIB. Tidak berlangsung lama, karena sekitar pukul 21.00 WIB, sudah tidak ada lagi ikan yang berlompatan ke darat.
Ada yang menyebut, naiknya ikan-ikan itu ke pantai karena mabuk lantaran kehabisan oksigen.
Sebab, ikan-ikan itu jumlahnya memang luar biasa banyak, berkumpul jadi satu di lokasi dimana ada cahaya lampu.
Keterangan para nelayan di daerah setempat, tidak ada unsur limbah yang mengakibatkan ikan tersebut mabuk.
“Sudah hampir 2 minggu ini nelayan Rangai, terutama nelayan bagan congkel, panen ikan cekong. Sampai-sampai tidak ada harganya. Bahkan sampai dibuang atau dilepasin kembali ke laut,” terang Agus, warga setempat.� (sdc)