BANDARLAMPUNG�� Tokoh masyarakat Lampung, M. Alzier Dianis Thabranie berjanji memperjuangkan nasib guru. Terutama para guru honorer yang ada di Lampung.
�Minimnya penghasilan guru honorer di Lampung yang sebagian besar hanya digaji Rp200 ribu menjadi salahsatu keperihatinan sehingga saya maju mencalonkan diri sebagai calon anggota DPD RI dari daerah pemilihan Lampung,� terang Alzier.
Menurut mantan Ketua DPD Partai Golkar Provinsi Lampung ini, rendahnya penghasilan guru honor yang jauh dibawah UMR, harusnya menjadi perhatian semua pihak.
�Persoalan ini yang menjadi fokus untuk saya perjuangkan bila diberi amanah menjadi anggota DPD RI. Yakni bagaimana caranya mendesak pemerintah agar mengalokasikan anggaran untuk guru honor, minimal sama dengan UMR atau UMP,� tegasnya.
Tak hanya persoalan guru honorer. Alzier pun berjanji fokus pada masalah pertanian. Yakni bagaimana caranya meningkatkan nilai harga jual pertanian sehingga para petani yang ada di Lampung dapat lebih sejahtera.
�Coba cek dari tahun 2008 sampai dengan sekarang ini. Bisa dikatakan hasil pertanian di Lampung serta harganya terus menurun bahkan jeblok. Sebaliknya harga pupuk dan alat-alat pertanian yang dibutuhkan petani justru mahal dan bahkan sulit didapat. Permasalahan ini juga yang akan menjadi prioritas saya. Karenanya saya mohon doa dan dukungannya maju sebagai calon anggota DPD RI untuk mewakili masyarakat Lampung dalam Pemilu 17 April 2019 mendatang,� harapnya.
Pada kesempatan ini, Alzier mengaku prihatin dengan adanya pembangunan di Lampung. Karenanya dia mengajak semua kepala daerah baik itu Gubernur-Wakil Gubernur, Bupati-Wakil Bupati serta Walikota-Wakil Walikota, agar mulai membuka diri. Mulai kini, tidak boleh lagi berpikir hanya untuk kepentingan diri sendiri. Tapi harus lebih mengutamakan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat.
�Tapi memang semua susah, tapi kalau tidak dicoba, kapan lagi akan dimulai. Jangan sampai setelah di OTT (Operasi Tangkap Tangan) KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) baru timbul penyesalan,� himbau Alzier.
Contohnya lanjut Alzier di kampung halamannya Kabupaten Pesawaran. Dimana dalam pendiriannya dan pemekaran dari Kabupaten Lampung Selatan, dirinya beserta beberapa tokoh lainnya ikut andil.
�Tapi faktanya semua kocar-kacir. Pembangunan yang ada tidak karuan. Pemimpinnya terkesan bukan memikirkan pembangunan disana. Tapi justru mikirin bangun hotel pribadi. Lalu banyak juga kerjaan yang tidak sesuai. Akhirnya kabupaten hancur. Banyak anggaran yang disalahgunakan dan kurang bermanfaat,� tutur Alzier.
�Tapi kita mau ngomong apa. Faktanya begitu. Ini yang harus dibenahi. Masyarakat harus mulai mencari kualitas pemimpin yang bisa membenahi dan berpikir untuk kepentingan orang banyak. Jika tidak, ya sudah bisa dipastikan akan hancur,� tutupnya.(red)