JAKARTA � Perang dingin di internal partai sangat berpotensi membuat Golkar pecah. Jika� itu terjadi, ada dua partai yang bakal sangat diuntungkan. Dua partai itu adalah PDI Perjuangan dan Nasdem.

Bahkan, sejumlah pengamat politik Dedi Kurnia Syah memprediksi, Apabila Airlangga kembali terpilih, Partai Golkar akan mengalami kesulitan pada pemilu-pemilu selanjutnya. Apalagi di Pemilu 2019, partai berlambang beringin itu hanya mengantongi 85 kursi dari periode sebelumnya 91 kursi.

�Kondisi ini sangat mungkin disebabkan karena posisi Airlangga sebagai menteri, sehingga fokusnya terbagi dan konsolidasi Parpol berkurang,� kata Dedi seperti dilansir jpnn.com.

Dedi juga melihat, secara tidak langsung, Golkar punya potensi tertinggal kembali di 2024, dan Parpol lain yang mengincar posisi puncak, seperti Nasdem yang merupakan pecahan dari Golkar,� jelas dia.

Oleh karena itu, Dedi yang merupakan direktur eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) mendorong Airlangga untuk fokus membantu Jokowi membenahi persoalan ekonomi dan meninggalkan persoalan partai yang pelik.

�Harapannya urusan perekonomian negara berjalan lancar dan peningkatan elektabilitas Golkar bisa terealisasi. Biarkan Golkar memilih ketum baru,� jelas Dedi.

Sebelumnya, Politikus Partai Golkar Agun Gunandjar Sudarsa mengkhawatirkan parpol yang menaunginya bakal kembali dilanda perpecahan pascapelaksanaan musyawarah nasional (munas) awal Desember mendatang.

Menurutnya, aturan mewajibkan para pendaftar caketum mengantongi dukungan 30 persen dari dewan pimpinan daerah (DPD) pemilik suara di munas, sangat tidak demokratis.

Agun menginginkan ketentuan tersebut dihapus demi memberikan keleluasaan kepada pemilik suara.

Ia menilai cara-cara itu akan membawa Golkar rawan terpecah pascamunas.

�Kalau mekanismenya tidak demokratis, jangan salahkan akan banyak kader Partai Golkar yang akhirnya eksodus. Saya yakin akan terjadi (eksodus) besar-besaran kalau dipaksakan dengan cara seperti itu,� pungkasnya. (jp)