BANDAR LAMPUNG – Pandemi corona memaksa semua orang tinggal dirumah. Tak banyak bergerak menjadikan mereka mati gaya. Kondisi tersebut terkadang membuat tubuh semakin menua. Meski proses ini tidak bisa dihindari, namun penuaan sesungguhnya dapat ditunda.

�Menjadi tua adalah hal yang tak bisa kita hindari. Tapi, menua sebelum waktunya bisa saja terjadi pada kita, karena kebiasaan buruk yang tak kita sadari,� ujar dr. Olivia Julita, M. Biomed (AAM), owner Limonia Beauty Center di Bandar Lampung, Kamis (16/4/2020).

Menurut dr Olivia, banyak kebiasaan sehari-hari yang membuat kita menua sebelum waktunya.

�Hal semacam ini seringkali berdampak berat pada fisik, membuat kia tampak lebih tua dari usia kita yang sesungguhnya,� kata lulusan S1 Kedokteran Universitas Tarumanegara Tahun 2006 ini.

Proses penuaan terjadi pada seluruh organ tubuh, salah satunya adalah bagian kulit kita. �Kulit merupakan area yang luas dan paling luar dari tubuh kita sehingga kulit menjadi indikator tanda penuaan yang paling mudah dilihat,� katanya.

�Misalnya kulit kering, keriput, flek (hiperpigmentasi), dan lainnya. Penyebab penuaan dini, ditentukan faktor dari luar dan dalam. Faktor dari luar, yaitu polusi udara, asap rokok, radiasi sinar ultraviolet, kosmetik berbahaya, dan obat-obatan tertentu. Sedangkan faktor dari dalam, antara lain faktor genetik, hormonal, stress, pola makan yang tidak baik, dan pola tidur yang kurang,� jelas Dokter Estetika dan Anti Aging lulusan S2 Pasca Sarjana Biomedik kekhususan Anti Aging Medicine di Universitas Udayana, Bali ini.

Tidak dapat dipungkiri semua perempuan ingin berpenampilan lebih cantik dan menarik.

�Tapi jangan sampai keinginan tersebut membuat wanita terjebak dalam kemelut efek samping jangka panjang akibat menggunakan produk yang mengandung bahan berbahaya. Produk dengan bahan berbahaya dapat mengakibatkan efek samping yang buruk pada pemakainya dan janin yang di kandung bila digunakan pada saat kehamilan,� pesan isteri dari Dwipermana Putra Andhika Tirwandha dan ibu dari Renvigo Odinson Langi ini.

Sayangnya, masih banyak perempuan Indonesia yang menganggap bahwa kulit putih adalah simbol kecantikan sehingga banyak cara dilakukan untuk mendapatkan kulit putih. Hal ini pun dimanfaatkan produsen kosmetik untuk menjual krim pemutih wajah dengan kandungan bahan berbahaya, seperti merkuri. Padahal merkuri tidak boleh dipakaikan pada manusia, baik di tubuh bagian luar, apalagi dikonsumsi.

�Fenomena pemutih kulit di Indonesia merupakan sebagian kecil dari industri besar miliaran rupiah yang mendesak perempuan untuk menanggapi godaan memiliki kulit putih. Di Indonesia, kulit putih digembar-gemborkan sebagai pendorong kesuksesan, indikator status sosial, kekuasaan, kekayaan, dan kecantikan. Saya selalu mengarahkan pasien saya untuk menggunakan produk yang aman untuk jangka panjang, bukan yang instan tapi berbahaya. Meskipun sulit, saya tetap konsisten untuk memerangi produk-produk kosmetik berbahaya. Cantik tidak harus putih, putih belum tentu cantik. Yang penting adalah kulit dan tubuh yang sehat. Buat apa putih kalau tidak sehat. Itu yang selalu saya katakan ke pasien-pasien saya,� ungkap wanita kelahiran Baturaja, Sumsel 39 tahun yang lalu itu.

Untuk itu, melalui bidang keahliannya dalam dunia estetika, dr. Olivia ingin membagikan ilmu yang dimiliki untuk melindungi perempuan Indonesia dan generasi penerus bangsa agar terhindar dari efek samping penggunaan produk-produk berbahaya.

�Saya konsisten untuk terus mengedukasi pasien saya, baik perempuan ataupun laki-laki, remaja ataupun dewasa untuk selalu menggunakan produk yang aman. Apabila semua perempuan Indonesia sadar akan akibat buruk penggunaan bahan berbahaya tersebut dan menghentikannya, maka saya percaya tidak ada produsen dari produk kosmetik berbahaya lagi ke depannya,� tegas buah hati pasangan Sunaryanto dan Meliana ini. (red)