SAYA ini bukan pengagum Ridho Ficardo, petahana yang ingin kembali menjajal nasib berkompetisi kembali dalam Pemilihan Gubernur (Pilgub) Lampung untuk periode kedua. Apalagi sebagai tim suksesnya dalam menyongsong pilkada serentak tahun 2018 mendatang.
Sebab percaya atau tidak, meski mengelola media ini, namun hingga kini saya tidak pernah bertatap muka dan bersapa dengan beliau. Beda dengan beberapa pimpinan media yang lain yang tak jarang diajak hingga keluar kota bahkan �keluar negeri� oleh sang Gubernur.
Beda juga dengan beberapa teman saya kuliah dulu. Bahkan dengan beberapa teman yang aktif di perguruan tinggi. Yang saya dengar suka bersenda-gurau bersama beliau.
Namun demikian meski bukan pendukung, untuk beberapa hal saya harus sportif untuk mengacungkan jempol tanda rasa kagum. Misalnya dalam hal rencana Gubernur Lampung sungguhan hingga tahun 2019 tersebut dalam membangun Taman Lansia yang berlokasi di Lapangan Gajah, Enggal, Bandarlampung. Taman yang bertujuan sebagai pusat kegiatan olahraga dan beraktivitas bagi para lansia. Bahkan bisa menjadi pemacu semangat para ibu-ibu lansia dan pensiunan untuk selalu bersilaturahmi.
Mengapa Ridho Ficardo saya sebut Gubernur Lampung sungguhan ? Karena kini ternyata banyak juga tokoh-tokoh yang sudah mengaku-ngaku sebagai Gubernur Lampung. Ini dapat kita lihat dalam iklan baliho atau banner mereka yang terpasang di jalan-jalan protokol di Kabupaten/Kota se-Lampung.
Padahal sang tokoh ini, jangankan menjadi Gubernur Lampung sungguhan, menjadi Calon Gubernur (Cagub) saja belum tentu terlaksana. Sebab penetapan sebagai cagub hingga kini belum pernah dilakukan oleh KPU, suatu badan yang memiliki otoritas.
Kembali lagi ke pembangunan Taman Lansia, saya berharap program pembangunannya dapat terus berlanjut dan berkesinambungan. Untuk itu saya memohon kepada pihak terkait dapat melakukan kajian dan perencanaan yang matang. Sehingga setelah jadi, Taman Lansia ini dapat bertahan secara berkelanjutan dan mengikuti perkembangan zaman.
Jangan sampai nanti, kalau misalnya ada pergantian pemimpin di Lampung lalu ganti juga kebijakan. Taman Lansia ini dihancurkan dan diganti lagi dengan proyek pembangunan lain yang disesuaikan dengan selera pemimpin yang baru.
Misalnya pernah terjadi pada pembangunan salahsatu tugu di Lampung Utara. Dulu ada tugu yang cukup artistik yaitu Tugu Kayu Aro.� Namun ganti pemerintahan diganti pula menjadi Tugu Payan Mas.
Lalu di Bandarlampug di era kepemimpinan Eddy Sutrisno � Kherlani sebagai Walikota dan Wakil Walikota Bandarlampung. Kawasan taman hutan kota di kawasan Wayhalim dulu telah difokuskan sebagai kawasan ruang terbuka hijau (RTH). Ada taman bermain, taman membaca dan kolam pemancingan. Namun begitu di zaman Herman HN sebagai Walikota Bandarlampung, tempat ini berubah lagi peruntukannya.
Dan saya berharap ini tidak terjadi dengan Taman Lansia. Sebab jika ini terjadi juga pada Taman Lansia yang ada di Taman Gajah, Enggal, maka sia-sialah anggaran miliaran rupiah yang sudah digelontorkan oleh Pemprov Lampung di era Ridho Ficardo. Dan yang lebih rugi para lansia, yang sudah tidak ada tempat lagi untuk beraktifitas. Semoga jangan.(wassalam)