Bukhori Muzzammil

PUBLIK kini digegerkan kembali dengan �drama� kasus Setya Novanto (Setnov). Ini menyusul ditetapkannya Ketua Umum DPP Partai Golkar tersebut oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sebagai tersangka korupsi E-KTP untuk yang kedua kalinya.

Entah mengapa saya sejak awal sudah menyatakan bahwa penetapan tersangka ini tak mungkin bisa dielakkan. Tanpa mendahului takdir Tuhan YME, �insting� saya sejak awal sudah memprediksi bahwa Ketua DPR RI ini pasti akan ditetapkan menjadi tersangka.

Mohon maaf, istilah saya seperti yang biasa saya ungkapkan sebelumnya seperti �hewan kurban�. Terserah kapan mau dipotongnya, tergantung momentumnya. Bisa tahun ini atau tahun depan atau kapan saja. Yang pasti �dia� pasti bakal dipotong.

Jadi ketika ada putusan PN Jakarta Selatan yang membebaskan status tersangka Setnov, saya yakin bahwa ini akan memantik KPK untuk bereaksi. Mereka pun mengumumkan kembali Setnov sebagai tersangka.

Dan kini momentumnya benar-benar tepat. Keputusan ini spontan mendapat dukungan publik. Muncul opini negatif yang kini menjadikan Setnov sebagai musuh bersama. Apapun yang terjadi dan menimpa Setnov, termasuk peristiwa kecelakaan lalulintas yang dialaminya, sudah terlanjur membuat publik tidak percaya. Malah muncul rasa antipati dan kekecewaan publik bahwa peristiwa ini hanya dianggap rekayasa seorang Setnov. Tidak ada rasa simpatik.

Karenanya menyikapi ini, saya hanya bisa berdoa hal yang terbaik kepada Setnov. Semoga diberi kekuatan oleh Tuhan YME dalam menghadapi guncangan hujatan yang terlanjur disematkan publik kepadanya.

Lalu bagaimana dengan Partai Golkar di Lampung? Hal sama juga sebenarnya menimpa terhadap Ketua DPD Partai Golkar Lampung, Arinal Djunaidi. Meski malu-malu, sebenarnya banyak kader dan pengurus partai berlambang pohon beringin ini yang sangat kecewa dengan sosok Calon Gubernur Lampung tersebut. Ini menyusul adanya beberapa �janji dan komitmen� bersangkutan yang tak kunjung dipenuhi. Mulai dari agenda diinternal partai yang tak kunjung terlaksana dan masih banyak lagi yang tak pantas saya ungkapkan disini.

Belum lagi dikalangan eksternal. Muncul juga kini gerakan massif untuk menolak Calon Gubernur Lampung tersebut. Mulai dari tokoh Partai Gerindra Lampung yang gencar melakukan penolakan. Lalu sikap yang sama juga terjadi pada tokoh Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).

Karenanya kini, kita tunggu saja babak selanjutnya. Jujur saja, jika dinamika konflik ini tidak dikelola dengan baik, maka bisa dipastikan, bukan hanya di DPP Partai Golkar yang santer isu permintaan dicopotnya Setnov. Tapi juga di Lampung, sangat deras rasa kekecewaan kader dan pengurus Partai Golkar terhadap sosok Arinal Djunaidi.

Jadi sekarang tinggal kita tunggu saja, kearah mana angin bertiup. Bisa saja usulan musdalub di Lampung sebagaimana wacana munaslub di DPP Partai Golkar juga kencang disuarakan. Ini semata guna mengangkat citra partai. (wassalam)