Menyongsong Pilgub 2018 banyak identitas dan karakteristik yang coba ditonjolkan figur tokoh yang ingin berpentas. Tujuan sederhana, agar semakin dikenal dan populer sehingga terlihat lebih �membumi� dengan kita (baca masyarakat kebanyakan). Salah-satunya beronda.
Saya sangat menghargai dan menaruh rasa hormat yang tinggi terhadap mereka yang ingin meronda.� Karena disaat kodratnya makhluk hidup harus beristirahat setelah lelah beraktifitas, namun disisi lain ada yang rela berkorban untuk meronda. Keliling kampung melawan gelap dan dingin cuaca. Niat mulia menjaga keamanan warga.
Jujur ini hal yang berat. Sangat tidak mungkin saya sanggup melakukannya. Kecuali tentunya hanya untuk kepentingan pribadi. Itupun terpaksa disaat menjaga si buah hati yang sedang demam dicoba Yang Maha Kuasa dengan rasa sakit.
Bicara ronda,� saya teringat dengan kisah Khalifah Umar Bin Khattab. Konon saat �beronda� sang Khalifah yang terkenal dengan ketegasan dan keberaniannya tersebut mendapati seorang ibu dan anaknya yang kelaparan. Mirisnya sang ibu pun harus berpura memasak hanya untuk menipu sang anak biar terkecoh dan tertidur sehingga lupa dengan kelaparannya. �Sungguh tak pantas jika Umar menjadi pemimpin. Dia telah menelantarkan kami,� tegas sang ibu.
Mendengar celoteh sang ibu, Khalifah Umar Bin Khattab pun menangis dan langsung pulang.� Sesampainya, beliau pun kemudian lantas mengambil sekarung gandum dan memikulnya sendiri untuk diserahkan kepada sang ibu yang malang tersebut sambil menghiba ampunan dari Sang Illahi atas �kecerobohan� yang telah diperbuatnya. Meski tanpa ada niat dan kesengajaan.
Tentu saya tidak terlalu berharap, meskipun saya selalu berdoa agar ronda oleh figur tokoh kita menjelang pilgub dapat �mendekati� dan mempunyai “niat mulia” dengan ronda yang dilakukan Khalifah Umar bin Khattab. Bukan semata menjaga keamanan. Apalagi untuk �nampang dan gaya-gayaan�. Guna di upload dan dishare di media sosial atau di iklankan di media cetak dan media elektronik agar mendapat koment dan sanjungan dari khalayak ramai. Supaya dikatakan seolah-olah pemimpin yang dekat dengan rakyatnya. Pemimpin yang peduli dengan rakyatnya sehingga pantas di pilih untuk menjadi memimpin Provinsi Lampung lima tahun mendatang.
Tapi ronda yang dilakukan hendaknya di karenakan adanya panggilan hati, rasa kewajiban dan tanggungjawab. Ronda yang harusnya ditujukan lebih untuk memastikan adanya ketercukupan di tengah masyarakatnya. Sehingga jangan sampai terjadi lagi kasus �busung lapar�, misalnya. Sebab, tidak mungkin terjadi tindak kejahatan bila memang tidak ada kesenjangan. Mewujudkan kesejahteraan tentunya lebih penting guna menciptakan rasa aman itu sendiri.
Inilah sebenarnya yang harus menjadi perhatian, konsentrasi dan pekerjaan rumah kita semua. Kalau ini terjadi, maka saya akan sangat bangga dan berbahagia. Mengapa ? Karena kedepan tidak perlu lagi ada ronda, suatu aktifitas yang sangat berat untuk saya jalani, kecuali dalam keadaan terpaksa.(wassalam)