Bergabung dengan sahabat-sahabat lama guna menerbitkan media yang ada ditangan anda ini, saya menemui berbagai kendala. Salah satunya adalah mental. Saya kerap mendapat pertanyaan siapa pemilik modal dalam menerbitkan dan mencetak koran nantinya. Tentu saja ada pertanyaan yang sifatnya polos berisi kekhawatiran bila nanti saya akan malu jika gagal. Tapi banyak juga pertanyaan yang penuh selidik seperti penyidik, serta bertendensi sangat negatif. Bahkan penilaian perasaan saya ada yang sedikit sinis.
Tudingannya pun tidak main-main. Seperti bahwa media ini diadakan dan dibayar seseorang/ kelompok dengan tujuan untuk menjatuhkan citra seseorang/ kelompok lain.
Saya tidak ingin membantah. Tapi juga tidak ingin mengiyakan. Saya ingat pesan teman, yang mengutip pernyataan tokoh Islam diera Rasulullah Muhammad SAW, Ali Bin Abi Thalib. Dalam pesannya “Sang Khalifah” menegaskan “ Tak perlu engkau jelaskan dirimu kepada siapapun karena yang menyukaimu tidak butuh itu, dan yang membencimu tidak percaya itu. Suatu pesan yang sangat elok dan efisien sehingga tidak menghabiskan energi dan waktu guna berdebat yang tidak perlu.
Tapi ternyata ini belum menjawab kegundahan. Saya perlu katakan, niat awal media ini ada karena adanya kegelisahan.
Kegelisahan ini muncul disaat saya dan teman-teman mendengar berbagai macam kasus, informasi, peristiwa ataupun fakta yang “tingkatannya” sangat layak untuk disampaikan. Tapi mirisnya, saat kami mencari di media yang sangat-sangat terkenal keesokan harinya, ternyata beritanya “menghilang”. Kami tunggu dengan sabar hingga berminggu hingga berbulan, ternyata tetap tidak mendapat “tempat” untuk diberitakan.
Seperti ada “kekuatan besar” yang bisa membuat perusahaan media massa terkenal sekalipun untuk “bermain sulap” dengan menghilangkan kasus, informasi ataupun fakta, agar tidak disampaikan ke masyarakat. Tentunya ini tidak semua media. Meskipun sudut pandang subjektif saya, belum optimal dan terkesan melakukan “klarifikasi dan pembelaan”. Dan yang rugi, adalah kita karena tidak mendapat informasi yang benar dan berimbang.
Dasar inilah yang membuat saya kemudian harus merogok tabungan yang tidak seberapa. Ditambah lagi dengan meminjam perhiasan sang istri agar media ini bisa ada dan dibaca anda semua.
Ternyata kebebasan berekspresi itu diatas segalanya. Dia bisa sebagai obat untuk mengatasi kegelisahan dan ketidakadilan, yang bisa saya tuangkan dalam berbagai tulisan di media ini yang tidak mungkin bisa direalisasikan dengan surat kabar atau media milik orang lain.
Kedepan bagaimana ? Saya tidak khawatir. Karena saya sangat yakin rezeki sudah ada yang menyiapkan. Dia ada yang mengatur dan membaginya sesuai dengan kadar kepercayaan dan keoptimisan terhadap adanya kekuasan- NYA. Selain itu, saya pun yakin, kebebasan berekspresi dan ingin mendapat informasi yang sejelas-jelasnya (meskipun belum tentu kebenarannya), juga menjadi keinginan, kegelisahan dan kegundahan sebagian besar dari anda. Untuk itu saya butuh anda (teman dan sahabat) dalam menjaga dan merawat media ini. Partisipasi tersebut berupa peran aktif dalam menyampaikan informasi (baik atau buruk), tulisan, ataupun iklan dan pariwara. Dan yang terakhir jujur saya tegaskan sangat penting dalam mengawal agar koran ini tetap ada. Meskipun tentunya tidak harus saya lakukan dengan cara mengemis.
Mengapa ? Sebab saya tidak ingin anak-anak saya nanti disaat sudah besar dan mulai mengerti, mereka mendengar bahwa ayahnya pernah mengemis dan meminta-minta.
Apalagi saya yakin bahwa diatas kita semua ada yang lebih berkuasa, dan pantas untuk saya meminta. Ya Rabb… itu nama indah yang selalu saya ajarkan kepada anak-anak untuk memohon, mengemis, menangis atau meratap sekalipun. (wassalam)