LAMPUNG � Kekerasan dan intimidasi pada wartawan kembali terjadi. Kontributor Metro TV di Lampung Timur nyaris ditikam dan bahkan diancam akan dibakar rumahnya oleh oknum aparat desa.
Ketua Jaringan Media Siber Indonesia (JMSI) Lampung Herman Batin Mangku berharap kepolisian segera memproses aparat desa tersebut.
Pimpum Lampung.Poskota.co.id ini juga meminta kepolisian memastikan keamaman keluarga Ibnu, sang wartawan, dari ancaman pembakaran rumahnya oleh kepala desa setempat.
Herman BM prihatin masih sering terjadinya kekerasan verbal dan fisik terhadap jurnalis.
“Seharusnya tidak perlu terjadi, wartawan pasti akan mendengarkan hak jawab narasumber yang merasa dirugikan oleh pemberitaan,” ujarnya, Minggu (19/12).
Herman memuji Ketua Ikatan Wartawan Online (IWO) Lampung Timur Edi Arsadad yang bergerak cepat mendampingi Ibnu ke Mapolsek Way Jepara.
Edi meminta kepolisian mengusut hingga tuntas pelaku kekerasan terhadap wartawan. Dia juga telah memberikan pendampingan dan koordinasi dengan LBH Pers Lampung dan LBH IWO Lampung.
�Kita kawal terus kasusnya hingga tuntas,� imbuhnya.
Kejadian ini, menurut Edi, berawal adanya keluhan warga atas dugaan pungutan oleh kepala dusun, Desa Sumur Bandung, Kecamatan Way Jepara yang hendak membuat domisili dan perubahan kartu keluarga (KK), Minggu (19/12).
Alih-alih mendapatkan konfirmasi dari aparat desa, sang wartawan malah dihujani kekerasan verbal bahkan hendak ditikam pisau. Untungnya, aparat desa lainnya menahan sang aparat desa tersebut.
�Orang tersebut sudah mengeluarkan pisau namun ditahan oleh beberapa perangkat desa yang lain dan saya diminta untuk keluar dari Balai Desa Sumur Bandung menjauh dari lokasi,� ujar Ibnu.
Selain ancaman pisau, kepala desa mengatakan akan membakar rumah Ibnu.
�Kamu tau kan Sumur Bandung, bisa-bisa rumah kamu habis dibakar,� katanya menirukan ucapan kepala desa.
Saat dipanggil ke balai desa, Ibnu sudah enggan hadir lantaran si penelpon menggunakan logat dan kalimat yang kasar. Namun tak berselang lama Kepala Desa Sumur Bandung yang memintanya datang.
�Karena Pak Kades yang telefon, saya akhirnya datang. Di sana, saya juga mengungkapkan kekecewaan keluarga saya atas pelayanan oleh pejabat desa setempat,� kata dia. (pkt)