BANDAR LAMPUNG – Meski sudah dibangun flyover, laju kereta api, khususnya Babaranjang, kerap membuat macet lalu lintas di Kota Bandar Lampung. Sebab, tidak semua jalur kereta yang bersilangan dengan jalan utama dibuatkan flyover.
Di jam-jam sibuk, lewatnya puluhan gerbong membuat kemacetan parah. Tak sedikit warga mengumpat. Karena perusahaan kereta dinilai tak memberi sumbangsih apa-apa pada warga selain kemacetan.
Walikota Bandar Lampung Eva Dwiana mengaku sudah meminta pihak PT Bukit Asam untuk mengalihkan jalur kereta, khususnya babaranjang ke pinggiran kota yang tidak padat kendaraan.
“Kita sedang diskusi dengan PT Bukit Asam untuk mempertimbangan agar kereta babaranjang dialihkan ke pinggiran (kota),” kata Eva, Minggu (12/3/2023).
Walikota perempuan pertama di Kota Bandar Lampung ini berharap PT Bukit Asam dapat mempertimbangkan usulan Pemkot Bandar Lampung.
“Karena ini kan untuk masyarakat ya, mudah-mudahan dapat dipertimbangkan,” katanya.
Sejumlah kepala daerah sebelumnya sesungguhnya sudah pernah mengeluhkan hal yang sama. Walikota sebelumnya, Herman HN juga pernah mengeluhkan kemacetan sebagai dampak dari jalur kereta ini.
Bahkan Gubernur sebelumnya, Ridho Ficardo menganalogikan lamanya waktu menunggu babaranjang lewat seperti menghabiskan sebatang rokok.
Di zaman era Ridho, Pemerintah Provinsi Lampung dan Direktorat Jenderal Perkertaapian Kementerian Perhubungan mengklaim kesepakatan pembangunan jalur shortcut kereta Rejosari-Tarahan, Kabupaten Lampung Selatan.
Dengan jalur baru itu, seluruh kereta industri seperti kereta batu bara rangkaian panjang (Babaranjang) tidak lagi melintasi Kota Bandar Lampung,” kata Gubernur Lampung M. Ridho Ficardo, pada Selasa 11 Juli 2017.
Dalam nota kesepahaman bersama (memorandum of understanding/MoU) antara Pemprov Lampung dan Ditjen Perkeretaapian, tertuang antara lain percepatan pembangunan jalur kereta Rejosari-Tarahan dan kewajiban Pemprov Lampung ikut membantu pembebasan lahan.
Gubernur Ridho juga menyampaikan keluhan warga Kota Bandar Lampung atas makin tingginya frekuensi perjalanan KA Babaranjang. “Saya menyampaikan aspirasi warga agar seluruh kereta industri tidak lagi lewat Kota Bandar Lampung,” kata Ridho.
Pemprov Lampung dan Ditjen Perkeretaapian juga sepakat shortcut jalur KA Rejosari-Tarahan tidak lagi wacana dan rencana, tapi ditargetkan pada tahun anggaran 2018 benar-benar terwujud di lapangan. Terbangun jalur kereta sepanjang 37 km tersebut, nantinya kereta Babaranjang tidak lagi lewat Stasiun Gedung Ratu, Labuhan Ratu, Tanjungkarang, Garuntang, dan Pidada.
“Seluruh kereta industri tidak lagi memasuki Kota Bandar Lampung. Jadi, dibuatkan jalur lingkar luar. Lahannya sebanyak mungkin menggunakan lahan yang dibebaskan oleh tim pembebasan lahan Jalan Tol Trans Sumatera agar biaya pembebasan lahan tidak terlalu besar,” kata Ridho pula.
Sayangnya, hingga kini tak pernah ada eksekusi pada MoU. Bahkan ketika gubernur sudah beralih pada Arinal Djunaidi.
Meski kritik dan caci warga datang silih berganti, Bukit Asam memang sungguh ‘sakti’. Dari sekian banyak protes, faktanya belum satu pun pemimpin yang bisa mewujudkan perpindahan jalan kereta ke areal pinggiran kota. Pun walau jumlah kendaraan sudah begitu membludak di Bandar Lampung.
Boleh jadi perusahaan ini pintar mengambil ‘hati’. Salah satunya dengan rajin memberikan bantuan. Seperti baru-baru ini memberikan bantuan dua truk sampah dan satu truk tinja kepada Pemkot Bandar Lampung.
“Terimakasih PT Bukit Asam atas bantuan CSR yang diberikan, jangan pernah bosan untuk membantu kami (Pemkot),” kata Walikota Eva Dwiana saat menerima bantuan tersebut.
Selain itu, PT BA juga akan memberikan bantuan 1.000 paket sembako. 1.000 paket tersebut dibagikan ke empat kecamatan di Bandar Lampung. Mulai dari Kecamatan Bumi Waras, Teluk Betung Timur, Teluk Betung Barat dan Tanjung Karang Pusat. (tbc)