BANDARLAMPUNG � Adanya kasus dugaan pencabulan yang diduga dilakukan Ketua DPD Partai Amanat Nasional (PAN) Tulang Bawang Barat (Tubaba), Budiyanto, mendapat tanggapan H. Abah Fathonah Amrullah. Tokoh sepuh Muhammadiyah Tubaba ini mengaku menyesalkan dan merasa prihatin andai kasus tersebut benar terjadi.
Alasannya menurut Abah Fathonah Amrullah yang sebentar lagi genap berusia 80 tahun tersebut, kasus ini tidak hanya menyangkut diri pribadi Budiyanto sebagai anggota Fraksi PAN DPRD Tubaba. Tapi juga menyeret nama organisasi Muhammadiyah secara khusus dan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) serta lembaga DPRD Tubaba.
�Sebab bagaimanapun dan tidak bisa dipungkiri, PAN ini identik dengan nama organisasi Muhammadiyah. Karenanya saya mendukung yang bersangkutan untuk mengklarifikasi permasalahan ini supaya menjadi jernih,� tutur Abah Fathonah Amrullah.
Sementara itu sebagaimana dilansir dari situs www.lampungekspres-plus.com, di depan pengurus DPW PAN Lampung, Iswadi Handi Cahya, Agus Bakti Nugroho dan beberapa pengurus lain, Budiyanto bersama istrinya, menceritakan kronologis kejadian dan membantah telah melakukan pelecehan seksual terhadap adik iparnya TK yang sedang tidur di kamar rumahnya di jalan Pulau Sangiang, Sukarame, Bandarlampung, Selasa (17/10).
�Peristiwa itu tidak benar, itu fitnah. Bahkan saya tahu dari orang lain, jika ada berita di salah satu media online, dimana saya diduga melakukan pelecehan seksual terhadap adik ipar saya,� kata Budiyanto.
Peristiwa ini bermula, istrinya (Rani) minta adiknya TK untuk tinggal dan bantu-bantu di rumah sekaligus menemui anaknya selama setengah bulan sampai orang yang membantu pekerjaan rumah kembali ke rumahnya atau sudah ada penggantinya.
�Isteri saya merasa berat melakukan pekerjaan rumah sendirian. Jadi dia (Rani) meminta adiknya datang ke rumah,� ucapnya.
Kendati demikian, baru sekitar satu minggu, adik ipar TK sudah minta pulang, tetapi, belum ada tanggapan isteri Budi. Akhirnya, berdasarkan kesepakatan, adik ipar akan kembali ke rumah di Bandarjaya Selasa (17/10) pukul 12.30 WIB.
�Pagi harinya itu memang saya baru bangun tidur. Kemudian saya menelpon isteri yang sedang pergi agar pulang. Karena saya lapar,� ucapnya.
Tidak lama, saya beranjak kedepan memasukan kendaraan yang sedang terparkir di luar rumah. Namun sayangnya, sesaat kemudian, sang isteri datang mengendarai roda empat langsung menabraknya hingga terpental sampai jarak tujuh meter.
�Saya tidak tahu kenapa isteri menabrak. Yang saya tahu isteri saya langsung turun dari kendaraan dengan wajah kesal dan mendatangi saya yang saat itu tengah bercucuran darah, lalu langsung memukuli saya. Saat itu saya diam saja, karena tidak tahu alasannya dan tidak mau memperkeruh keadaannya,� ucapnya.
Hal senada disampaikan oleh Rani, istri Budi Yanto sekaligus kakak kandung terduga korban pelecehan seksual berinisial TK. Rani mengaku tidak percaya tuduhan dugaan pelecehan seksual oleh sang suami. Sebab, keadaan kamar dan rumah masih tersusun rapi seperti biasa.
�Kalau memang suami saya mau melakukan pelecehan seksual atau memperkosa adik kandung saya, sudah pasti mendapat perlawanan yang bisa menyebabkan rumah dalam kondisi berantakan. Tetapi kenyataannya kondisi rumah masih rapih seperti biasa,� ucapnya.
�Akhirnya saya menyimpulkan bahwa suami saya tidak melakukan perbuatan tersebut,� tambahnya.
Ia mengakui sempat kesal dengan suami (Budi Yanto) atas informasi dari adik kandungnya melalui via telepon yang menuding suami telah melakukan pelecehan seksual kepadanya.
�Sekitar pukul 09.00 Wib, saya menelpon adik saya dengan nada suara yang biasa untuk menanyakan apakah mau makan bubur. Namun, berselang beberapa menit tiba-tiba adik saya menjerit-jerit sambil ngomong tolong saya tolong saya, saya mau diperkosa oleh suami kamu,� ucapnya.
Mendengar hal itu, kemudian, ia mematikan telepon itu dan dalam keadaan kesal, langsung menancap gas untuk bergegas pulang ke rumah. Setibanya di depan rumah, ia mengaku melihat suaminya Budi Yanto yang saat itu hendak mau masuk ke dalam mobil terlihat seperti orang mau kabur.
�Melihat itu, saya yang saat itu sedang mengendarai mobil langsung menabrak suami saya hingga terpental beberapa meter. Kemudian, tanpa pikir panjang saya turun dari mobil dan langsung memukul suami saya,� ucapnya.
�Melihat suami diam saja saat saya pukuli seolah mengaku salah. Dari sana saya sempat mempercayai bahwa laporan itu benar,� tegasnya.
Setalah itu, ia mengaku beranjak ke kamar melihat kondisi adiknya yang mengaku akan diperkosa suami. Namun, keadaan di dalam rumah itu seolah tidak terjadi apa-apa karena semua dalam keadaan rapih.
�Akhirnya kami berembuk, dan permasalahan itu selesai secara kekeluargaan sekitar pukul 12.00 WIB,� tambahnya.
Sementara itu, Angga Raya, suami TK, mengaku pasrah. Warga Tubaba ini mengaku menyerahkan diri dan keluarganya ke pada Allah SWT. Alasannya dia pesimis kasus ini akan terus berlanjut hingga di meja hijau.
�Istri saya sudah membuat laporan. Terserah apa nanti di kemudian hari (yang terjadi,red) dengan kami. Tapi kami punya harga diri. Meskipun mereka (Budianto,red) banyak uang dan tidak mengaku. Tapi Allah SWT enggak tidur. Pasti yang DIATAS (Allah SWT,red) suatu saat tunjukkan kebenaran,� tutur Angga Jaya.
Seperti diberitakan Angga Raya, warga Tubaba kepada wartawan koran ini sebelumnya menguraikan kronologis peristiwa tersebut. Bermula ketika istrinya tiba di Bandarlampung menemui anaknya. Anak korban diketahui tinggal di rumah Budianto karena sedang menempuh pendidikan di Bandar Lampung.
Lantas, saat istri dan anaknya istirahat tidur dikamar tamu rumah, tiba-tiba Budianto masuk kamar dan diduga langsung menggerayangi korban. Caranya dengan menyentuh tubuh istrinya. Lantaran merasa ada yang menyentuh, korban pun bangun dan kaget.
�Peristiwanya terjadi pagi sekitar jam setengah 10 (Selasa, 17/10). Pelaku Budianto yang merupakan oknum anggota dewan dari PAN Tubaba masuk kamar dan langsung megang istri saya. Karena ketahuan, dia pun kabur menggunakan mobil dinasnya,� ujar Angga Raya, suami korban.
Menurut Angga, dirinya sebenarnya berat menceritakan masalah ini. Pasalnya selain masih ada hubungan kekerabatan dengan Budianto, kasus ini sangat sensitif dan bisa mencemarkan nama baik keluarganya.
�Yang saya syukuri pada Tuhan YME, peristiwa ini (dugaan pemerkosaan, red) belum sempat terjadi dan istri saya keburu bangun. Karenanya setelah pelaku (Budianto,red) lari, istri saya dengan ditemani salah satu kerabat lantas ke Polresta Bandarlampung untuk melapor. Tapi oleh petugas istri saya disarankan untuk melakukan visum et revertum di di rumah sakit,� papar Angga Raya.
Sementara dirinya lanjut Angga Raya memutuskan untuk mencari pelaku. Namun meski lelah mencari, hingga tadi malam, Budianto belum dia temukan.
�Yang pasti saya inginnya masalah ini berlanjut keranah hukum karena ini menyangkut masalah harga diri saya. Meski sebenarnya saya berat untuk mengungkapkannya karena ini aib keluarga. Tapi sekali lagi saya bersyukur peristiwa dugaan pemerkosaannya belum sempat terjadi,� tutur Angga Raya kembali.(red)