BANDARLAMPUNG � Mantan Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) DPP Partai Golkar, Octaviano kembali menegaskan sikapnya menjelang Munas Partai Golkar. Menurutnya, kritik yang disampaikan kepada DPP Cq Ketum Airlangga Hartarto dan Ketua DPD Partai Golkar Lampung, Arinal Djunaidi, semata karena kecintaannya terhadap Partai Golkar. Dia tidak ingin, citra Partai Golkar secara umum terlebih khusus lagi di Lampung menjadi terpuruk lantaran adanya manuver politik yang kurang etis dan� tidak mengedepankan etika dalam berpolitik.

�Saya merasa terpanggil jika ada manuver DPP soal aksi dukung-mendukung jelang munas ini. Jangan sampai Golkar Lampung tanpa disadari telah sarat kepentingan DPP pro Airlangga Hartarto. Jangan lagi ada manuver politik yang buat Golkar terpuruk seperti diera Aburizal Bakrie dan HR. Agung Laksono dahulu,� tegasnya.

Diuraikan Octaviano, tujuan manuver Airlangga Hartarto tersebut, jelas agar di Rapimnas DPP Partai Golkar nanti yang bersangkutan dapat mayoritas dukungan sehingga bisa terpilih secara aklamasi sebagai Ketum Umum (Ketum) Partai Golkar. Caranya dengan melakukan rekayasa supaya nanti di rapimnas dimasukkan usulan tata tertib yang mengatur syarat mencalonkan diri. Dimana calon yang maju harus dapat minimal dukungan 30 persen suara agar dapat maju sebagai calon.

�Ini yang tidak boleh dibiarkan. Ini sama saja Airlangga kembali menabur benih kehancuran Partai Golkar. Jangan sampai golkar terkotak-kotak. Harus diberi kesempatan seluas-luasnya ke semua kader maju menjadi calon. Mari kita sama-sama menyeleksi siapa kader terbaik,� tandasnya.

Dilanjutkan Octaviano, dari pandangan dirinya saat ini justru Bambang Soesatyo-lah yang merupakan kader terbaik. Dimana tidak banyak wartawan yang bisa menjadi Ketua DPR-RI seperti dirinya.

�Selain mendiang Adam Malik, hanya H. Harmoko dan Bambang Soesatyo yang bisa menjadi Ketua DPR-RI. Bedanya Harmoko diera orde baru, dimana ditunjuk oleh Presiden Suharto. Kalo Bambang Soesatyo di-era �reformasi yang relatif lebih sulit dan merupakan perjuangannya sendiri. Ini salahsatu bukti kongkrit prestasinya,� pungkas Octaviano.

Seperti diketahui Octaviano sebelumnya menentang keras sikap Arinal Djunaidi. Ini seiring adanya pernyataan sikap yang diutarakan Ketua DPD Partai Golkar Lampung itu yang menyatakan mendukung Ketum DPP Partai Golkar Airlangga Hartarto kembali maju dalam munas dan melanjutkan kepemimpinannya masa bakti 2019-2024.

�DPD II jangan mau tunduk perintah DPD I yang pakai cara mau mendukung Ketum Airlangga Hartarto kembali maju di munas melanjutkan kepemimpinannya masa bakti 2019-2024,� tegas Octaviano.

Menurut mantan Sekretaris DPD Partai Golkar Lampung, aksi dukung mendukung yang disampaikan DPD Partai Golkar Lampung terkesan merupakan cara yang bodoh. Mengapa ? Karena harusnya yang dilakukan DPD Partai Golkar Lampung mengevaluasi terlebih dahulu kepemimpinan Airlangga. Bukan hanya sekedar mendukung. Apalagi hasil pemilu legislatif 2019, suara perolehan Partai Golkar ada di nomor tiga. Dibawah PDI-Perjuangan dan Partai Gerindra. Persoalan ini seharusnya jadi perhatian utama, mengapa bisa terjadi,� tandas Ook, sapaan akrabnya.

Belum lagi masih adanya persoalan hukum yang menimpa Airlangga Hartarto�di kasus dugaan suap proyek pembangunan�PLTU Riau-1 pada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Dimana di kasus dugaan korupsi PLTU Riau-1, KPK telah menjerat beberapa tersangka. Yakni mantan Wakil Ketua Komisi VII DPR dari Fraksi Partai Golkar Eni Maulani Saragih, pemegang saham Blackgold Natural Recourses Limited Johannes B Kotjo, dan mantan Menteri Sosial dan Sekretaris Jenderal Golkar Idrus Marham.

�Harusnya permasalahan itu menjadi perhatian. Sehingga tidak jadi beban bagi partai. Karenanya sekali lagi saya himbau DPD II jangan mau tunduk perintah DPD I yang mendukung Airlangga Hartarto dengan memakai cara-cara bodoh. Lakukan dulu evaluasi. Langkah ini malah lebih elok,� tegas Octaviano.

Termasuk juga tentang janji-janji bantuan saksi baik dalam Pilkada maupun Pileg yang tidak ditepati.

�Sekarang sudah bukan jamannya Golkar membuat surat pernyataan dukungan seperti yang dilakukan DPD Partai Golkar Lampung.

Jangan ikuti saudara Agung Laksono yang atas nama Kosgoro mendukung Airlangga untuk menjadi ketum di Munas Golkar. Padahal selain ARB, dialah salahsatu petinggi golkar yang telah merusak partai ini. Dengan mengesampingkan persatuan, dia membuat golkar tandingan hanya untuk kepentingan pribadi,� paparnya.

Menurut Octaviano, kini sangat banyak kader Golkar yang berkwalitas. Seperti Bambang Soesatyo misalnya. Dia kader yang menapaki karir dari bawah sampai kini menjadi Ketua DPR-RI. Sedangkan Airlangga menjadi menteri atas usulan mantan Ketum DPP Partai Golkar Setya Novanto. Lalu menjadi Ketum Golkar-pun bukan karena perjuangan. Tapi lantaran situasi politik saat itu. Airlangga yang saat itu menjabat menteri dianggap orang yang paling dekat dengan presiden hingga dialah yang didukung saat itu.

�Kalau sekarang Presiden itu dekat dengan semua kader Golkar. Jadi ga ada lagi yang hanya dukung Airlangga. Karenanya saya menghimbau ke seluruh kader Golkar terutama DPD II jangan takut bersikap. Jangan takut ditekan. Tidak ada satu orang pun di Lampung ini yang boleh menekan kader Golkar untuk bersikap dalam pra munas. Kalau ada kader Golkar di Lampung yang mau menekan DPD II untuk mengambil sikap politik menghadapi munas, siapapun orang-nya dan apapun jabatannya, tentu akan saya lawan,� tantang Octaviano.(red)