//Minta Semua Timsel Diganti//
BANDARLAMPUNG � Kritik Herman HN., yang menuding beberapa nama Tim Seleksi (Timsel) anggota Bawaslu Lampung, terkesan tidak netral, didukung penuh M. Alzier Dianis Thabranie, S.E., S.H.
Menurutnya sikap yang ditunjukan Walikota Bandarlampung sudah benar. Dimana Herman melihat ada yang tidak beres dari proses rekruetmen Timsel Bawaslu Lampung. Yakni adanya ketertutupan dan terkesan tidak transparan dalam melakukan penjaringan nama yang duduk sebagai timsel saat ini.
�Malah kalau saya tidak hanya ingin semua masyarakat berpartisipasi melakukan pengawasan. Tapi saya justru ingin semua timsel yang ada diganti. Silakan LSM, Ormas, bakal calon gubernur (bacagub), perguruan tinggi atau elemen masyarakat membuat surat protes, saya pasti akan ikut menandatangani sebagai bentuk dukungan,� terang Ketua Dewan Pertimbangan (Wantim) DPD Partai Golkar Provinsi Lampung ini, kemarin.
Dikatakan Alzier, dia memiliki pengalaman buruk saat menjadi calon Gubernur (cagub) Lampung pada pilgub tahun 2014 lalu. Dimana banyak laporan kecurangan yang sudah jelas didepan mata, namun tidak ditindaklanjuti Bawaslu Lampung. Contoh ada pembagian gula dan sembako kepada masyarakat secara masif yang diduga dilakukan salahsatu pasangan calon. Namun demikian laporan ini menghilang dan tidak ada tindak lanjut dari Bawaslu Lampung.
�Ini ada apa, karenanya keberadaan Timsel Bawaslu sangat penting menciptakan pilgub jurdil. Untuk itu, saya minta Timsel Bawaslu yang ada sekarang diganti semua. Pilih orang yang jujur, berintegritas, dan kredible. Termasuk juga anggota Bawaslu Lampung periode sebelumnya. Jangan kasi kesempatan terpilih lagi. Karena rekam jejaknya tidak baik dalam menciptakan pilgub yang jurdil,� tegasnya.
Seperti diberitakan terbitnya Surat Keputusan (SK) nomor 0234 sampai dengan 0258/K BAWASLU/HK 01.01/V/2017 tanggal 24 Mei 2017 tentang penetapan anggota timsel calon anggota Bawaslu Provinsi masa jabatan 2017�2022 mendapat kritik dari Herman HN. Untuk itu, bakal calon gubernur (bacagub) yang telah mendaftarkan diri lewat PDI Perjuangan ini meminta elemen masyarakat berperan aktif mengawasi secara ketat kinerja timsel saat
melakukan penjaringan anggota Bawaslu Lampung.
�Saya ingin pilgub Lampung 2018 berjalan jurdil. Dan proses jurdil ini dapat dilihat dari komposisi anggota Bawaslu Lampung sebagai lembaga yang memiliki kewenangan melakukan pengawasan,� tutur Herman.
Namun demikian Herman sedikit ragu setelah melihat beberapa nama komposisi timsel yang terbentuk yang tugasnya menjaring anggota Bawaslu. Rata-rata mereka memiliki kedekatan dengan petahana dalam hal ini Gubernur Lampung, Ridho Ficardo. Bahkan disinyalir ada beberapa nama calon anggota Bawaslu yang telah diplot dan dititipi agar lolos meski proses penjaringan belum dilakukan.
�Apalagi dari beberapa nama timsel itu, mereka ini yang seperti kurang senang dengan saya. Suka mengkritik kebijakan saya sebagai Walikota Bandarlampung, tanpa argumen dan solusi yang jelas. Jujur saya ragu terhadap sikap independen dan kredibilitas mereka,� tegas Herman lagi.
Karenanya Herman mengajak semua elemen masyarakat, baik itu LSM, akademisi, kalangan legislatif, termasuk aparat penegak hukum, serta para bakal calon gubernur (bacagub) lain untuk bersikap kritis. Yang dengan mengawasi dan mengawal secara ketat proses seleksi Bawaslu nantinya. Jangan sampai himbau Herman, malah proses seleksi dijadikan bancakan (bagi-bagi) dan justru menjaring calon-calon yang tidak independen dan kredible.
�Kalau ini yang terjadi maka cita-cita Pilgub Lampung berjalan jurdil dapat kita raih. Tapi sebaliknya jika tidak, dia berpotensi menimbulkan protes, kegaduhan dan lain-lain. Ini yang harus kita cegah bersama-sama jangan sampai terjadi,� tambah Herman.
Seperti diketahui Ketua Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) RI, Abhan telah mengeluarkan surat keputusan tentang penetapan anggota tim seleksi (timsel) calon anggota bawaslu provinsi masa jabatan 2017�2022. Untuk Lampung sendiri, timsel calon anggota Bawaslu Lampung yaitu Budiono (akademisi), Rudi Lukman (akademisi), Ari Damastuti (tokoh masyarakat), Robi Cahyadi Kurniawan (Akademisi) dan Idrus Ruslan (akademisi).(red)