BANDARLAMPUNG � Meski menjabat sebagai Bupati Lampung Timur (Lamtim) bukan jaminan bagi Chusnunia alias Nunik meraih suara dan simpatik warga setempat dalam momen Pemilihan Gubernur (Pilgub) dan Wakil Gubernur Lampung, 27 Juni mendatang. Pasalnya informasi terbaru, diketahui sebagian besar kyai dan ulama yang dulu mendukung dan solid mendukung Nunik dalam Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Lamtim beberapa waktu lalu, diketahui kini berbalik arah.

Mereka menyatakan tidak sependapat jika Nunik maju sebagai Calon Wakil Gubernur (Cawagub) Lampung berpasangan dengan Ketua DPD Partai Golkar Lampung, Arinal Djunaidi. Para kyai ini lebih berharap Nunik melanjutkan sisa masa jabatannya sebagai Bupati Lamtim sampai dengan selesai dengan husnul khotimah.

�Pesan para kyai dan alim ulama se-Lamtim ini pernah disampaikan ke Nunik dalam rapat bersama beberapa waktu lalu. Mereka dengan tegas menolak Nunik maju sebagai Cawagub Lampung. Ibarat keringat belum kering, tapi kok sudah maju lagi. Ibarat air belum habis, tapi sudah minta lagi,� terang salahsatu sumber koran ini yang dekat dengan kalangan PKB.

Menyikapi sikap para kyai dan alim ulama ini, Nunik pun menurut sumber koran ini hanya mengaku pasrah. Dia beralasan maju sebagai Cawagub Lampung semata menjalankan perintah partai.

Dikonfirmasi soal penolakan para kyai ini, Wakil Ketua DPW PKB Lampung, Jauharoh Haddad tidak menampiknya. Namun dia beranggapan bahwa hal ini terjadi semata karena adanya miss komunikasi dan cara pandang yang sedikit berbeda. Dimana tekad Nunik maju sebagai Cawagub Lampung karena melihat kepentingan yang lebih besar. Yakni jika terpilih, maka secara otomatis bisa membawa manfaat bagi masyarakat Lampung pada umumnnya dan membawa nama harum Kabupaten Lamtim khususnya.

�Jadi secara perlahan kami akan terus bersilaturahmi, sowan, berdiskusi dan tidak bosan-bosan mohon doa restu. Insya allah waktu yang ada sekarang masih memungkinkan untuk kami melakukan langkah-langkah tersebut,� tutur Jauharoh.

Menurut Jauharoh, perbedaan dikalangan umat lebih-lebih para kyai dan alim ulama adalah hal biasa. Dan ini menjadi anugerah dalam mensikapinya.

�Sekarang menjadi tugas kami dan mbak Nunik untuk meningkatkan silaturahmi dan komunikasi, memberi pengertian dan argumentasi mengapa memilih maju sebagai Cawagub Lampung. Sekali lagi, insya Allah, semua perbedaan pandangan yang ada bisa kami minimalisir bahkan kami hilangkan,� tutup Jauharoh.

Sebelumnya diberitakan adanya deklarasi pasangan Arinal Djunaidi- Chusnunia (Nunik) sebagai Bacagub dan Cawagub Lampung diprediksi membuat Keluarga Besar Nahdlatul Ulama (NU) khususnya di Lamtim terpecah. Misalnya terlihat Sabtu (30/12/2017).

Disaat pendiri sekaligus pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Darussalamah yang juga merupakan Kiyai Khos NU, Assyekh Almursyid KH. Achmad Shodiq bersama ribuan massa terlihat menyambut kedatangan Yustin Ficardo dan Ibu Agustina Fauzi Toha (Ibunda Gubernur Lampung, H. Muhammad Ridho Ficardo bersilaturahmi ke pesantren tersebut.

Disisi lain, Ketua Dewan Pertimbangan Partai Golkar Provinsi Lampung, M. Alzier Dianis Thabranie, S.E., S.H. yang juga mantan Ketua Kadin Lampung memprediksi hanya tiga pasangan cagub yang akan bersaing dalam pilkada 27 Juni 2018. Mereka petahana Ridho Ficardo, Herman HN dan Mustafa.

Lantas mengapa Arinal Djunaidi yang juga merupakan Ketua DPD Partai Golkar Provinsi Lampung tidak dihitung dalam konstelasi Pilgub Lampung ? Menurut Alzier ini lantaran situasi dan kondisi masyarakat sudah sangat jauh berbeda dibandingkan beberapa tahun silam. Dimana tingkat kecerdasan, daya kritis, dan kemampuan menelaah serta mengkaji berbagai informasi yang ada ditengah masyarakat, kini sudah semakin baik.

�Jadi saya jamin Arinal Djunaidi tidak akan menang karena kualitas sumber manusianya,� jelas Alzier.

Meskipun menggandeng Bupati Lamtim Nunik, menurut Alzier hal ini tidak berpengaruh mengangkat perolehan suara Arinal. �Nunik itu anak baru kemarin. Saya yakin tidak akan menang, saya jujur-jujur saja,� yakinnya.

Bukankah Arinal Djunaidi merupakan sosok yang memiliki kemampuan mumpuni dimana pernah menjabat sebagai Sekretaris Provinsi Lampung ? Alzier kembali menegaskan hal ini tidak terlalu berpengaruh menarik respon positif masyarakat untuk memilihnya. Sebab sumber daya manusia (SDM) itu bukan hanya karena kepintaran dia sebagai sarjana atau apa. Tapi juga harus dilihat dari cara komunikasi, dedikasi, loyalitas, �dan lain-lain.

�Jadi rakyat sekarang tidak buta. Mereka mengetahui mana kandidat yang disokong taipan. Masa ada mantan pensiunan, bisa menyewa helikopter kalau tidak ada yang menyewakan. Bawaslu ini yang tidak benar. Harusnya dari awal sudah ada pengawasan. Kalau Bawaslu tegas, pasti bisa, dan sekarang orang seluruh dunia tahu, masa mata masyarakat harus ditutup, ini yang harus dihitung Arinal,� papar Alzier.

�Sekarang ini rakyat Lampung masih banyak yang susah, betul-betul hidup melarat, kasihanilah mereka, jika nanti gubernurnya cupel, pelit dan tidak memikirkan nasib serta masa depan mereka, bisa mati mereka semua,� tutup Alzier. (red)