METRO – Bos Sugar Group Companies (SGC), Purwanti Lee atau Nyonya Lee, semakin menancapkan taji di kontestasi Pilgub Lampung 2018. Pemilik perusahaan penghasil gula di Lampung, kembali hadir menemani kampanye pasangan calon gubernur Arinal Djunaidi-Chusnunia Chalim (Nunik), di Lapangan Banjarsari, Kota Metro (5/5).
Menariknya, kali ini, kehadiran Vice Presiden perusahaan korporasi penyokong dana terbesar Arinal-Nunik turut didampingi Ketua PWI (Persatuan Wartawan Indonesia) Lampung Supriyadi Alfian, Ketua DPD Partai Golkar Bandarlampung, Yuhadi, tim pemenangan Arinal-Nunik, hingga Usatz Soleh Mahmud (Solmed).
Dari pantauan di lokasi, meski acara kampanye turut mengundang artis Ibu kota Via Vallen dimulai pukul 15.00 WIB. Polisi sudah siaga sejak pukul 08.00 WIB. Kabag Ops Polres Kota Metro Kompol Jamalluddin, turut memimpin apel pasukan dan memberikan arahan personil. Puluhan mobil PAM Polda Lampung terlihat turut siaga di area lokasi.
Untuk diketahui, meski menjadi salahsatu perusahaan terbesar, PT. SGC dinilai tidak memberikan dampak positif bagi kemajuan masyarakat. Khususnya masyarakat Kampung Ujung Gunung Ilir, Lingai, Kibang, Kampung Menggala, Bakung Ilir, Bakung Udik, Gedung Meneng, Dente, Gedung Aji, Penawar, Astra Ksetra dan Teladas serta umbul-umbul (Olok Sengiang, Cakat Ramah Tua, Genitek, Kapitan Kalung, Mengguk, Hi. Usin, Din Bajau, Cakat Ibrahim, Purus Graf, Mangga, Purus Tendou, Putro Batin, Kyu Lemai danTabu), yang lokasi kampungnya berada di tengah-tengah perusahaan.
Wajar saja bila, Akademisi Universitas Lampung (Unila), Dr. (Cand) Yusdianto, S.H., M.H., menilai keterlibatan perusahaan gula di kancah politik di Lampung bukan saja membajak demokrasi. Tapi juga disinyalir sebagai bentuk mengamankan perusahaan yang memiliki persoalan lahan dan lainnya.
�Saya cukup menyayangkan bila demokrasi yang nyatanya milik rakyat dibajak kepentingan korporasi, maka sudah sewajarnya publik marah dengan tidak memilih calon bersangkutan (Arinal-Nunik),� kata Yusdianto.
Disisi lain, sebelumnya Dewan Pers telah meminta Ketua PWI yang terlibat tim sukses (timses) calon kepala daerah mundur dari jabatannya. Hal ini mendapat tanggapan Dr. Dedy Hermawan. Dosen Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisip) Unila ini menegaskan sangat mendukung sikap tersebut.
Alasannya menurut Dedy Hermawan, sudah semestinya saat bekerja wartawan memiliki kepribadian dan integritas serta bersikap profesional sehingga tidak mudah tergoda menyalahgunakan profesi. Selain itu wartawan harus memahami dan taat asas. Misalnya asas demokratis, dimana harus bisa bersikap berimbang dan independen. Lalu asas profesionalitas dengan mengedepankan norma yang berlaku dan paham nilai filosofi profesi. Kemudian asas moralitas, Dimana media massa harus memberikan dampak sosial bagi tata nilai, kehidupan di masyarakat luas yang mengedepankan kepercayaan.
�Nah pertanyaan bagaimana sikap tersebut dapat diterapkan kalau dari awal sudah tidak bersikap independen dengan menjadi timses calon tertentu,� tuturnya beberapa waktu lalu.
PWI lanjut Dedy Hermawan sebagai salahsatu asosiasi pers harus mampu menegakkan prinsip independensi. Selain itu PWI juga harus memberi tauladan bahwa pers sebagai pilar demokrasi harus independen.
�Karenanya sekali lagi saya sangat mendukung sikap Dewan Pers. Wartawan harus mampu menjaga marwahnya. Dimana pers yang sering disebut pilar keempat demokrasi setelah eksekutif, legislatif, dan yudikatif, keberadaannya harus memiliki posisi strategis dalam informasi massa, pendidikan ke publik sekaligus sebagai alat kontrol sosial,� urai Dedy Hermawan kembali.(red/net)