METRO � Gabungan Pelaksana Konstruksi Nasional Indonesia (Gapensi) Kota Metro mensinyalir ada aksi Korupsi Kolusi dan Nepotisme (KKN) dalam lelang proyek.

Salah satunya adalah tindakan ULP Kota Metro yang menggugurkan peserta lelang proyek dengan alasan yang mengada-ada.

Bahkan ada satu kasus, yakni tidak dibeberkannya kekurangan peserta lelang sebuah proyek hingga membuat prosesnya ditunda. Lelang proyek diduga hanya formalitas.

Ketua Gapensi Kota Metro Erman Sanusi mengatakan, ada dugaan permainan dalam pemenang tender proyek di Kota Metro.

“Sepertinya ada upaya upaya pengkondisian terhadap paket-paket pekerjaan yang dilelang. Indikatornya bisa dilihat, contoh, gedung serba guna yang sudah dibangun. Itu pemenangnya adalah yang hanya turun satu persen dari pagu. Yang jauh dari pagu, malah digugurkan, dan ULP tidak membuka salahnya dimana,” ujarnya saat konferensi pers di Warkop WAW Cabang Metro, Rabu (10/7/2019).

Ia juga mencontohkan bahwa proses penawaran yang dinilai menguntungkan negara justru tidak menjadi prioritas. Ironisnya, penawaran yang lebih tinggi dan dinilai merugikan justru menjadi pemenang lelang.

�Salah satu contohnya adalah, penawaran kita lebih murah tapi kok yang dimenangkan yang penawarannya lebih mahal dari kita. Padahal asas diadakannya lelang adalah, agar lebih menguntungkan pemerintah. Tapi okey kita paham kalau mereka berharap pengerjaannya baik. Tapi seperti kita lihat proyek yang ada di Kota Metro? Sudah baik kah? Contohnya saja proyek flying fox yang saat ini jadi keluhan dan sorotan masyarakat,” cetusnya.

Sebagai warga Metro ia juga menginginkan bahwa setiap pekerjaan di Bumi Sai Wawai berlangsung baik dan sesuai harapan rakyat

“Kami ini orang asli Kota Metro, kalau bukan kita yang peduli dengan hal-hal seperti ini, siapa lagi. Kami sudah berani menawarkan hingga 30 persen dari pagu, dan menjamin pekerjaan, tapi masih digugurkan. Ada istilah yang populer saat ini adalah indikasi kocok bekem atau pengantinnya sudah ada, sehingga apa pun keunggulan yang kita punya tetap akan digugurkan dengan alasan yang tidak dijelaskan,” ujar Erman.

Tak hanya itu, Erman juga mempertanyakan atas penundaan proses lelang Jalan Khair Bras di Kelurahan Ganjar Asri, Kec. Metro Barat.

“Ini yang membuat kami kecewa sebagai rekanan. Salah satu yang kami pertanyakan lagi lelang proyek di Jalan Khair Bras, Kelurahan Ganjarasri, Kecamatan Metro Barat dengan pagu Rp2,4 miliar. Ada empat rekanan yang masuk dan menawarkan. Tiba tiba dinyatakan empat rekanan ini tidak ada yang memenuhi kriteria. Tapi kami tidak diberitahu apa kekurangan kami. Ini bagaimana ceritanya, tiba tiba dinyatakan ditunda. Ini bagaimana. Kita tanyakan ke ULP alasannya sibuk tidak ada waktu. Kami harus bagaimana,� keluh Erman.

Keluhan tak hanya datang dari Gapensi, sejumlah kontraktor lain juga menduga hal serupa. Seperti yang disampaikan Nizar Alfian, kontraktor CV Gunung Mulya tersebut mengaku digugurkan karena alasan tidak ada melampirkan SKT.

�Padahal lengkap sudah kita lampirkan semua. Ini kan bagaimana ya. Apa yang salah. Sepertinya sudah dipagar-pagari agar yang menang mengerucut ke pengantin yang dimaksud,� kata Nizar.

Sementara Ridwan Effendi atau yang akrab disapa Iwan Ghani menambahkan, ibarat makanan ada di tengah, siapa saja bisa mendapatkan makanan tersebut. Ini masalahnya makanan itu seperti sudah dipagari hanya untuk rekanan yang sudah dipesan.

�Kalau begitu ngapain dilelang. Sekalian aja kasihkan,� jelasnya.

Senada dengan Iwan Gani, Affandi Atma Negara Amir yang juga Ketua KNPI Kota Metro mengakui adanya praktik kocok bekem yang mencolok di Kota Metro. Hal itu sangat disayangkan karena merujuk pada pengerjaan proyek yang ada, kualitasnya masih memprihatinkan.

�Lelang itu kan terbuka. Dan mereka menggugurkan tanpa ada evaluasi dan klarifikasi. Menggugurkan hanya sebelah pihak,” katanya. (Arby)