METRO – Lintas Organisasi Kepemudaan (OKP) Kota Metro menggelar diskusi publik bertema “Dimana Mahasiswa Hari Ini” yang berlangsung di Mama Kafe Kelurahan Metro Kecamatan Metro Pusat, Jumat (13/10/2018) malam. Diskusi publik dihadiri puluhan mahasiswa dari KMHDI, PMII, HMI, dan IMM Bumi Sai Wawai.

Diskusi publik yang berlangsung sekitar satu jam tersebut diarahkan oleh Adrori Mahasiswa IAIN Metro yang ditunjuk sebagai moderator. Empat pembicara dari Ketua empat OKP juga diminta mengupas tema pada Diskusi Publik yang kali pertama digelar oleh lintas OKP Kota Metro.

Topik-topik unik pun muncul dari para pemateri saat mengupas tema “Dimana Mahasiswa Hari Ini”. Seperti ML alias Mobile Legend game yang tengah viral dimainkan generasi milenial, anak-anak, hingga orang dewasa. GMTI atau kepanjangan dari Gerakan Mahasiswa Tidur Indonesia dan Kewarasan Mahasiswa.

Menurut para pemateri, tiga topik ini jadi salah satu �penyebab stagnan bahkan kemuduran gerakan mahasiswa saat ini. Hingga mahasiswa tak lagi peka juga lupa akan tugas seorang mahasiswa yang sejatinya harus ada ditengah dan menyuarakan keluh kesah masyarakat, Agen perubahan dan sosial kontrol.

Seperti dibeberkan Ketua PC PMII Kota Metro Galih Pangestu, ia memulai pemaparan tema dengan kata menjaga kewarasan dan intelektual mahasiswa harus menjadi niat kita bersama.

Baginya esensi mahasiswa adalah bagaimana harus merasakan kesulitan masyarakat.

“Tema hari ini menarik, dimana mahasiswa saat ini? Mungkin sedang dibiliaran atau di kosan mabar (ML alias Mobile Legend),” singgungnya melihat trend mahasiswa saat ini.

Menurutnya, ada makna tersirat dari tema “Dimana Mahasiswa Hari Ini”, dimana dulu mahasiswa dekat dengan masyarakat. Sekarang mahasiswa hedonis atau mabaris, lebih suka nongkrong di kafe diem-dieman sambil main game. Tidak lagi suka berbincang dengan masyarakat.

“Ternyata esensi mahasiswa sebagai yang paling pintar dan sebagainya tidak lagi seperti itu. Tidak lagi menjadi agen perubahan atau sosial kontrol. Kita di bungkam oleh kegiatan akademisi dan kegiatan lainnya,” tambahnya.

Hari ini sahabat yang ada di OKP sudah memiliki wadah, harusnya saudara tidak terkungkung dalam kegiatan akademi. Tetapi dapat mendalami keilmuan agama, sosial, atau lainya.

“Mahasiswa itu tidak mendapatkan ilmu tetapi menuntut ilmu. Artinya tidak harus di bangku kuliah saja kita bisa menuntut ilmu, tetapi disemua tempat. Kampus itu pembentukan mental. Mahasiswa itu identik dengan akademis, religius, sosial, dan insan mandiri. Legislatif, eksekutif, dan yudikatif saat ini adalah kader 10 tahun yang lalu. Nah kita ini kader yang akan menggantikan mereka,” tutupnya.

Sementara Ketua PC HMI Kota Metro Riki Sanjaya Alam yang diwakili Sekretaris M Rido Syahputra juga memunculkan sindiran akan tumpulnya gerakan mahasiswa saat ini. Menurutnya mahasiswa hari ini sudah membentuk paguyuban baru yaitu GMTI, Gerakan Mahasiswa Tidur Indonesia.

“Hari ini mahasiswa tidak peka terhadap sekitar. Tetapi malah memikirkan isu pusat isu nasional. Padahal hari ini pembangunan Kota Metro tidak benar. Visi misi Kota Metro sebagai Kota Pendidikan belum bisa dirasakan sepenuhnya. Sangat sedikit ruang literasi di Kota Metro. Jangan jauh-jauh, pikirkan isu daerah dulu jangan loncat terlalu jauh,” sesalnya.

Menurutnya yang terjadi saat ini terhadap mahasiswa bukan lagi stagnan tetapi kemunduran. Ada apa? Apa mahasiwa terbungkam lantaran dana hibah yang diberikan pemerintah?

“Hari ini memang HMI mendapatkan hibah terbesar, tetapi HMI tidak terbungkam, kami terus menyuarakan aspirasi masyarakat. Tetapi tidak serta merta turun ke jalan demo. Karena bisa menimbulkan persepsi negatif masyarakat terhadap mahasiswa. Kita bisa bersinergi dengan insan pers untuk menyuarakan aspirasi. Tidak selalu dengan demo dan demo. Dengan sedikit data yang kita rilis ke media sudah bisa mempengaruhi psikologi pemerintah,” imbuhnya.

Ia berharap kepada mahasiswa yang bukan asli Kota Metro pun dapat turut bersama berjuang membangun Kota Metro.

“Jika kita sudah menempuh pendidikan di Kota Metro, kita pun harus menyumbangkan tenaga dan pemikiran untuk pembangunan Kota Metro,” tutupnya.

Sementara Ketua Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma Indonesia (KMHDI) Kota Metro I Putu Setiawan berharap diskusi publik tersebut juga mampu menjaga silaturahmi mahasiswa. Sehingga tidak ada lagi pengkotak-kotakan antar mahasiswa.

“Lupakan soal jas kuning, biru, atau merah. Mahasiswa adalah satu. Hidup mahasiswa,” serunya.

Hari ini dimana mahasiswa hari? Hari ini mahasiswa berdiskusi disini, lanjut dia, mahasiswa adalah orang yang paling pintar. Dimana pun mahasiswa di lempar, dia dapat menjadi apa saja di daerah itu.

“Mahasiswa adalah mitra kritisnya pemerintah. Bukan oposisi. Jadi kalau ada yang salah dengan keputusan pemerintah maka mahasiswa berdiskusi dan turun ke jalan untuk mengkritik itu,” jelasnya.

Dan hari ini di Kota Metro hanya beberapa mahasiwa yang mau memikirkan dan mengkritisi kebijakan pemerintah. Sisanya hanya mau mengikuti kegiatan seremonial saja. Dan saat ini mahasiswa terbungkam dengan dana hibah yang diberikan oleh pemeritah. Padahal itu uang rakyat yang kita berikan untuk menjalankan suatu daerah.

 

“Saya tanya saat ini mana OKP yang bergerak saat rupiah melemah dan harga BBM naik? Tidak ada. Seperti inilah kondisinya mahasiswa saat ini. Setelah diberikan dana hibah bungkam,” kata dia.

Sementara Ketua PC IMM Kota Metro Harbi Gameli Putra mengatakan, proses menjadi mahasiswa adalah pilihan. Mahasiswa punya peran dimana subtansialnya mengapa saat ini gerakanya tidak diminati. Justru saat ini malah meminati game-gamenya yang membuat nalar kita tumpul.

“Berapa banyak saat ini yang lulus SMA tenaga dan pikiranya bisa menghasilkan materi. Tetapi kenapa saat kita masuk ke universitas ilmu kita hanya menguap di meja kuliah. Kita sebagai OKP yang mencetak generasi intelektual di politik dan pemerintahan. Coba seberapa banyak kita diskusi isu kebangsaan saat ini? Kami berencana pada 28 Oktober yang bertepatan dengan hari sumpah pemuda akan menggelar aksi turun ke jalan dan diskus dengan menghadirkan Wali Kota Metro. Wacana ini bentuk kongkrit dari diskusi publik malam ini,” tutupnya.

Usai para pemateri memaparkan gagasan atas tema diskusi publik, moderator membuka dua termin pertanyaan. Dimana setiap termin dipersilahkan enam orang bertanya kepada pemateri terkait tema atau pemaparan yang sudah disampaikan. (Arby)