METRO -� Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Kota Metro menyuarakan aspirasi dukungan pemilu damai melalui dialog publik dengan mengusung tema ‘Menolak Takut dan Hoax Menuju Pemilu 2019’, berlangsung di Kedai Ungu Kota Metro, Sabtu (13/04/2019).

Kegiatan dialog publik dimulai dengan perform Gubuk Kosmik yang melantunkan lagu bergendre Pop khas pemuda milenial.

Usai dibuka dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Mars PMII, Maya Septi Cahyani selaku moderator mulai menggiring audiences untuk semakin penasaran mengenai isu yang tengah berkembang di sosial media, dan semakin hari semakin memanas sehingga sulit untuk difilter.

“Banyak berita yang muncul di media sosial baik yang tertulis maupun melalui video pendek dengan mengusung isu yang tidak bisa dipertanggungjawabkan sumbernya. Seperti viralnya isu tujuh kontainer berisi kertas suara sudah di coblos atau isu terkait server KPU Pusat, seolah di setting untuk memenangkan paslon tertentu,” tutur Maya Septi.

Isu Hoax yang menyebar bak virus itulah membuat publik resah dan was-was menjelang hari H pemungutan suara, pada 17 April 2019 mendatang. Meski demikian KPU tetap menyambut baik hajat nasional tersebut. Menurut komisioner KPU divisi teknis, Toni Wijaya tak perlu ada yang ditakuti jelang pemilihan nanti.

“Bahwa adanya proses pergantian pemerintahan ataupun penggantian penguasa itu sudah terjadi sejak zaman dahulu, dengan berbagai metode. Saat ini, bangsa Indonesia memilih dengan memberikan suara mereka secara langsung, satu cara yang paling damai maka dari itu, budaya pemilu harus kita lestarikan,� ucap Toni Wijaya dalam giat dialog tersebut.�

Sementara, mewakili Dinas Kominfo Kota Metro, Yudha Yunianto mengatakan bahwa hoax adalah suatu berita yang salah dan dikemas sedemikian rupa sehingga dianggap sebagai kebenaran oleh mayoritas masyarakat.

“Dengan menggunakan berbagai tekhnologi dan strategi. Terdapat sekitar 43 ribu sumber pers yang ada di Indonesia, banyaknya kran informasi ini juga berdampak negatif, bermodal pada kelihaian mengolah info dengan dikemas secara apik namun faktanya berisi hoaks semata. Pesan saya, cerdaslah mengakses situs dengan memperhatikan sumber yang terverivikasi,” ujar Yudha.

Selain itu, Bawaslu Kota Metro yang turut serta dalam kegiatan itu juga menyoroti peran mahasiswa dalam pengawasan Pemilu memberikan persepsi tentang analisis-analisis kerawanan hoax yang terjadi agar kalangan mahasiswa dan masyarakat tidak terprovokasi terhadap isu hoax menjelang Pemilu serentak 2019.

“Jika kontennya pemilu, maka ini adalah sebuah proses memilih pemimpin, lalu jika muncul konten bernuasa provokatif apakah itu sebuah pelanggaran? tentu tidak. Bersandar pada UU yang mengatur diperbolehkannya seseorang menjabat selama dua periode,” tandas Kordiv PHL Bawaslu Metro Hendro Edi Saputro. (Arby)