TANGGAMUS — Pasca cuaca ektrims dan air laut pasang, berimbas hasil tangkapan ikan laut yang dilelang di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Kota Agung, Tanggamus menurun drastis hingga mencapai 80 persen.
Hal tersebut dikarenakan para nelayan enggan melaut karena khawatir cuaca dan ombak yang tidak bersahabat. Apalagi diketahui saat ini memang hasil tangkapan sangat minim.
Menurut Budiman, salah seorang pengurus Koperasi Mina Teluk Semangka yang mengelola TPI Kota Agung mendampimgi Ketua TPI Joni Madasik, disaat ini ikan tangkapan nelayan memang sangat minim, karena cuaca yang masih tidak stabil.
Sehingga melihat kondisi seperti ini, yang turun melaut mayoritas nelayan kapal payang, sedangkan nelayan kapal bagan, tidak turun melaut.
“Nelayan payang tetap turun, walaupun sedang tidak musim ikan karena faktor alam, nelayan payang ini mencari ikan tidak menetap, istilah mencari, jadi walaupun minim tetap ada dapetnya. Sedangkan nelayan bagan saat ini kebanyakan tidak turun, karena sifatnya menetap satu tempat saat dilaut, jadi kemungkinan hasil tangkapan nihil sangat besar. Sehingga lebih baik mereka memperbaiki peralatan seperti jaring dan kapal dipantai,” katanya, Jumat (11/01/2019).
Budiman menerangkan, aktifitas transaksi lelang ikan tentu saja terimbas dengan kondisi cuaca dan faktor alam diperairan laut Teluk Semangka ini. Sebab nelayan yang bertransaksi ikan di TPI tersebut adalah nelayan Teluk Semangka, imbasnya adalah minimnya lelang ikan, seperti saat ini hanya nelayan payang paling banyak membawa hasil tangkapan 20 cucuk ikan tongkol campur.
“Kalau normalnya dan saat stabil panen ikan, satu kapal nelayan payang bisa mendapatkan hasil satu grobak atau kisaran 100 cucuk ikan tongkol rinciannya 1 cucuk itu 10 ikan. Jadi diperkirakan berkurang sekitar 80 persen hasil tangkapan ikan para nelayan ini, ” terangnya.
Sementara itu Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Tanggamus Edi Narimo, SH, didampingi Kabid Tangkap Kukus Kusnadi membenarkan minimya tangkapan ikan laut saat ini.
Adapun penyebabnya adalah pengaruh cuaca, dan perubahan iklim, yang berakibat ikan bermigrasi. Kemudian juga cuaca berupa angin kencang yang melanda perairan Teluk Semangka, membuat nelayan tidak berani melaut.
Adapun siklus migrasi ikan laut tidak bisa diprediksi, bisa saja karens faktor fenomena alam ataupun faktor makanan ikan tersebut.
“Untuk Teluk Semangka masih dominan ikan tongkol, juga ada selar, nah ikan-ikan ada masa bermigrasi keperairan lain. Dan dari pengamatan kami, memang fase awal dan akhir tahun, kurang ikan laut yang beredar di Teluk kita ini. Kemudian akhir akhir ini cuaca masih tidak stabil, bahkan dari BNKG menyatakan kecepatan angin capsi 18 knot biasanya paling tinggi 12 knot, faktor ini bisa juga berpengaruh dengan migrasi ikan, ” katanya.
Edi Narimo mengharapkan cuaca kembali normal, namun nelayan harus tetap waspada, jika terlihat cuaca atau ombak tidak stabil segera minggir atau merapat kepantai, untuk menghindari hal yang tidak diinginkan.
“Kami saat ini juga fokus indentifikasi paska bencana tsunami, data kerusakan kita indentisifikasi perahu katingting rusak parah 71 unit, milik 70 orang nelayan. Milik mayoritas nelayan Pekon Kiluan Negeri, Kelumbayan, yang terdampak paling parah, akan kami laporkan ke Pusat, ” terangnya. (Ahmad/Heri)