BANDAR LAMPUNG – �Meledaknya kerusuhan dan laporan terhadap Ustad Abdul Somad (UAS) yang dipicu masalah SARA membuat banyak elemen masyarakat prihatin. Salah satu yang menyesalkan masalah ini adalah Wakil Ketua Umum Perkumpulan Advocaten Indonesia (PAI) H. Darussalam, SH.

“Apa tidak ada jalan lain menyelesaikan konflik semacam itu kecuali lewat amuk massa dan kepolisian?” katanya.

Menurut Darussalam, di dalam hukum, ada upaya hukum lain, yakni berupa mediasi agar kedua pihak yang berselisih dapat menyelesaikan persoalannya dengan cara dialog.

“Bukan dengan cara saling hujat, adu domba, dan sebentar-sebentar lapor polisi,” kata Darussalam, Kamis (22/8).

Menurut dia, saling hujat terkait perbedaan SARA berdampak buruk terhadap kehidupan berbangsa. “Betapa mirisnya kita sesama anak bangsa saling caci dan bantai,” ujarnya.

Menurut dia, sudah saatnya Bangsa Indonesia bangkit dengan tidak memperdebatkan persoalan suku dan lain sebagainya.

Darussalam menambahkan pembangunan memang tak cukup fisik tapi juga mentalitas sumber daya manusia (SDM) juga harus dibangun agar paralel dengan pembangunan infrastruktur.

Di daerah, persoalan begitu kompleks mulai dari kesenjangan ekonomi dan sosial, mentalitas korup para oknum penyelenggara negara, dan hedonisme yang telah mencengkram bangsa ini, katanya.

Sudah saatnya, kata dia, bangsa ini mengedepankan upaya -upaya musyawarah dan mufakat terhadap persoalan yang bersifat perbedaan pandangan, utamanya terkait perbedaan pandangan SARA.

PAI, sebagai perkumpulan advocat, selalu siap mengedukasi masyarakat di seluruh Indonesia tentunya dalam hal pemberdayaan masyarakat agar pinter terkait berbagai permasalahan sosial dan hukum.(rmc)