LAMPUNG � �Harga beras di Indonesia, termasuk di Lampung diperkirakan akan naik hingga Februari 2022 mendatang.

Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso mengatakan, kenaikan harga beras dipicu beberapa faktor, seperti bencana hidrometeorologi di awal 2022 dan tingginya permintaan beras.

“Program pemerintah yang didistribusikan pada akhir tahun 2021 menyebabkan tingginya peredaran uang di masyarakat dan tingginya permintaan beras yang mendorong tingginya harga beras,” kata pria yang karib� disapa Buwas ini dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi IV DPR RI, Senin (17/1) kemarin.

Buwas menegaskan dengan jumlah stok akhir beras pada 2021 yang mencapai 1.002.771 ton, terdiri dari stok CBP (cadangan beras pemerintah) sebanyak 997.157 ton dan stok komersial sebanyak 5.614 ton.

“Kami menjamin stok tersebut lebih dari cukup untuk melakukan kegiatan stabilisasi pasokan dan harga hingga awal 2022,” ungkap dia.

Sementara itu, total realisasi penyaluran beras selama 2021 mencapai 1.465.624 ton yang terdiri dari penyaluran beras CBP sebanyak 1.153.698 ton.

Pada 2022, kata Buwas, Bulog akan berkonsentrasi menyerap hasil petani atau petani dalam negeri secara optimal, terutama pada saat produksi mengalami surplus. Hal ini bertujuan untuk stabilisasi harga gabah untuk beras yang berlebihan di tingkat hulu pada saat panen.

Berdasarkan olahan data BPS (Badan Pusat Statistik) dan pengamatan Bulog di lapangan, produksi beras diperkirakan terjadi pada periode Februari sampai Maret 2022, dengan asumsi surplus produksi sasaran utama penyerapan Bulog.

“Maka potensi penyerapan pada kuartal I-2022 sebanyak 4,14 juta ton beras. Jumlah tersebut ideal untuk memenuhi kebutuhan menjaga ketersediaan stok sebanyak 1,5 juta ton beras. Provinsi Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, Sumatra Selatan, dan Sulawesi Selatan diperkirakan menjadi produsen beras selama Januari sampai Maret 2022,” tuturnya. (lpc)