PERISTIWA dibakarnya hidup-hidup seorang pria lantaran dituduh telah mencuri sebuah amplifier dari Mushala Al-Hidayah di Babelan, Kabupaten Bekasi, Provinsi Jawa Barat beberapa hari lalu, membuat hati saya miris. Tanpa sadar saya menangis. Hati saya tidak kuat saat melihat di channel Youtube, bagaimana detik-detik pelaku pencurian ini meregang nyawa. Mulai dari diseret, dipukuli, ditendang, diinjak-injak hingga akhirnya dibakar hidup-hidup.

Spontan saya merenung. Benarkah yang berbuat kekejian itu adalah yang namanya manusia ? Dimanakah hati nuraninya ?Tidakkah mereka dalam keadaan sadar dan waras saat beraksi kejam tersebut, �yang hewan pun mungkin tidak sanggup untuk melakukannya ?

Sebenarnya masih beribu pertanyaan yang berkecamuk dan berputar-putar di kepala saya menyikapi aksi yang sangat tidak manusiawi ini. Namun meski otak saya bekerja keras, tapi entah mengapa saya justru tidak mampu untuk berpikir. Saya merasa seperti orang linglung yang kehilangan ingatan.

Apapun dalihnya, tindakan mencuri memang tidak dapat dibenarkan. Sebab ini bisa merusak diri sendiri, masyarakat dan negara. Namun demikian melakukan pembalasan dengan melampiaskan emosi dan dendam sehingga memukuli serta membakar pelaku pencurian, ini merupkan aksi biadab yang justru lebih-lebih tidak bisa dimaafkan. Ini merupakan perbuatan super keji yang sangat-sangat tidak manusiawi dan tidak bisa dibenarkan.

Bagaimana pun pelaku pencurian adalah manusia. Dia makhluk ciptaan TUHAN YME yang sangat tinggi derajatnya. Apalagi yang bersangkutan memiliki keluarga. Memiliki tanggungan anak/istri yang harus selalu dinafkahi. Memiliki orang-orang dekat yang selalu dikasihi dan mengasihi.

Karenanya, saya hanya bisa berdoa. Semoga aparat penegak hukum Kepolisian Republik Indonesia dapat segera menangkap pelaku aksi massa pembakaran hidup-hidup terhadap pelaku pencurian tersebut. Dan kepada jaksa penuntut umum serta majelis hakim nantinya, tuntutlah dan jatuhilah hukuman semaksimal mungkin dan seberat-beratnya terhadap mereka. Mengapa ini perlu saya tekankan, harapannya agar kejadian ini bisa menjadi efek jera. Supaya peristiwa serupa tidak terulang lagi. Sebab di negeri ini, tidak bisa dan tidak ada yang boleh mengklaim bahwa dirinya atau kelompoknya merasa paling benar. Sehingga merasa berhak untuk menjadi malaikat pencabut nyawa bagi orang lain. Meskipun itu pencuri sekalipun.(wassalam)