SEKRETARIS Jendral (Sekjen) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Ahmad Helmy Faishal Zaini beberapa waktu lalu mengungkapkan beberapa kriteria memilih pemimpin. Kriteria mengacu sifat Rasulullah. Yakni, siddiq, amanah, tabligh dan fathonah. Jika keempat hal ini dimiliki calon pemimpin, maka tidak ada alasan menghalanginya.

Hal itu juga berlaku pada Pemilihan Gubernur (Pilgub) Lampung. Dimana dia menghimbau agar umat dapat mencari dan memilih pemimpin yang mengerti tentang keagamaan dan dekat para ulama. Sehingga para pemimpin bisa bersih dari perilaku yang merusak agama dan bangsa.

Tentunya apa yang disampaikan Sekjen PBNU ini harus menjadi renungan kita bersama. Bahwa dalam memilih pemimpin khususnya di Lampung, rakyat harus benar-benar selektif dan super hati-hati.

Tidak hanya terhadap sosok calonnya. Tapi juga siapa partai pengusungnya. Sudahkah “kedua”nya benar-benar telah membela kepentingan umat dan ulama. Atau justru malah sebaliknya. Sudah “keduanya” independen. Tidak terpengaruh atau dikendalikan sesuatu “kekuatan” (baca pengusaha dll) dalam memimpin nantinya.

Mengapa ? Karena sebagaimana diungkapkan oleh Dr. (Cand) Yusdianto, S.H., M.H.,  staf pengajar Ilmu Hukum Tata Negara Fakultas Hukum (FH) Universitas Lampung (Unila) yang menilai demokrasi yang sedang dibangun bukan murahan. Tapi sangat mahal. Untuk itu mari dijaga dan dibangun demokrasi ini hanya dari untuk dan oleh rakyat dari campur tangan siapapun apalagi campur tangan cukong dan kacung politik.

Untuk itu penting, sekali lagi penting guna memahami track-record baik calon ataupun partai pengusung-nya. Ini semata agar tidak ada penyesalan. Dan lebih penting agar Lampung dikarunia pemimpin yang amanah.

Pemimpin yang peduli dengan kepentingan “kita” (baca umat-ulama dan semua golongan) daripada kepentingan segelintir “mereka”.(wassalam)