JELANG Pilgub Lampung 2018 aksi dukung-mendukung makin asyik untuk dinikmati baik di group medsos atau ruang diskusi ngopi Mie Aceh. Satu kelompok memaparkan prestasi jagonya. Satu lagi membuka cerita lama tentang kekeliruan atau kekhilafan, baca ringannya aib sang calon lawan. Terus kita atau saya dimana ????
”Jangan Baper (bawa perasaaan). Toh siapapun yang menang kita biasa saja,” tulis saya mengingatkan teman-teman yang masuk dalam tim pemenangan calon. “Jangan lupakan masa susah bersama dulu saat kuliah, jangan hanya karena berbeda pilihan sekarang kita akan berkelahi,” tambah saya.
“Boleh baper, kalo cagubnya perempuan. Kalau sama-sama laki-laki, amie-amit dunk baper..he.he..,” pesan saya lagi.

Disadari atau tidak, jelang politik pemilihan pemimpin bebas seperti ini memang menimbulkan perpecahan di masyarakat. Apalagi sekelas pilgub. Dimana kharisma dan popularitas para tokoh kontestan dapat menarik dan menyihir aksi fanatik para pendukungnya. Tinggal sekarang yang terpenting kedewasaan sikap para figur tokoh konstestan tersebut yang harus arif dan bijaksana.

Caranya dengan “memanage” dan menghimbau kepada para pendukungnya untuk menciptakan pilkada damai. Tentunya untuk Lampung tercinta. Sedapat mungkin hindarkan aksi saling menyindir atau menghujat antara kandidat sehingga tidak memicu keresahan di bawah. Apalagi saling bertengkar dan caci maki.

Dan saya yakin figur tokoh konstestan yang akan bertarung dalam pilgub nanti adalah para pemimpin yang tingkat kedewasaan dan kearifannya cukup mumpuni. Tak mungkin mereka akan menggunakan isu SARA, atau Pornografi dan lainnya untuk memenangkan pencalonnnya.
Mengapa ??? Karena saya yakin jika itu terjadi, sikap Jajaran Polda Lampung jelas. Mereka tidak akan segan-segan menangkap dan menindak siapapun yang akan menciptakan keresahan atau kekacauan di Bumi Lampung tercinta ini. Siapapun orangnya siapapun tokohnya, meskipun katanya massa pengikut yang bersangkutan berlimpah. (wassallam)