SUDAH hampir dua pekan ini, publik Lampung dipenuhi hiruk-pikuk berita sosok Ketua RT bernama Wawan Kurniawan. Nama Wawan “viral” setelah ditetapkan tersangka dan ditahan di kasus pelarangan dan pembubaran ibadah jemaat Gereja Kristen Kemah Daud (GKKD) di Rajabasa, Lampung.
Banyak tokoh “turun tangan”. Menaruh harapan dan mohon Kapolda Lampung, Irjen. Pol. Akhmad Wiyagus memberikan penangguhan penahanan terhadap Wawan. Bila perlu menempuh langkah restorative justice.
Mereka siap menjadi penjamin. Sebut saja, ada Kepala Kakanwil Kemenag Lampung, Puji Raharjo beserta Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) dan Tokoh Lintas Agama. Lalu Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Lampung, Prof. Dr. H. Moch. Mukri, M.Ag dan Ketua Forum Komunikasi Pondok Pesantren (FKPP) Kota Bandarlampung, H. Ismail Zulkarnain. Serta masih banyak lagi.
Puncaknya hari ini, Selasa 28 Maret 2023. Ada ratusan massa menggelar aksi di Kejati Lampung dan Polda Lampung sebagai bentuk dukungan dan rasa solidaritas atas nasib yang dialami Wawan Kurniawan.
Saya yakin, bukannya “level” Irjen Pol. Akhmad Wiyagus mencari “tenar” dalam perkara ini. Hingga hebohnya sangat terasa meski di Bulan Ramadan. Bulan penuh berkah, bulan penuh kasih sayang, bulan penuh pengampunan, bulan penuh kemenangan, bulan penuh pembelajaran dan bulan dimana setiap ibadah selalu dilipatgandakan.
Kelasnya beliau, sudah sangat tinggi. Sebelum menjabat Kapolda Lampung, sosoknya sudah “menasional”. Dia terkenal dengan sederet prestasi, pengalaman dan jabatan yang pernah diemban. Mulai pernah menjadi penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), dipercaya sebagai Direktur Pengaduan Masyarakat KPK, diberi amanah sebagai Direktur Tindak Pidana Korupri (Dirtipikor) Bareskrim Polri, kemudian lanjut sebagai Kapolda Gorontalo dan beberapa jabatannya.
Puncaknya Irjen Pol. Akhmad Wiyagus dianugrahi penghargaan Hoegeng Awards 2022 kategori Polisi Berintegritas yang diserahkan langsung oleh Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo. Ini menyisihkan ribuan kontestan atau calon lainnya.
Seperti diketahui inspirasi lahirnya program ini berlandaskan pada keyakinan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo bahwa masih banyak anggota Polri yang memiliki jiwa keteladanan seperti Hoegeng. Program ini juga sejalan dengan semangat Presisi (prediktif, responsibilitas, transparansi, dan berkeadilan) yang diusungnya.
Untuk kategori Polisi Berintegritas sendiri penekanannya adalah pada kejujuran dan profesionalitas dari seorang anggota polisi. Sikap sepenuhnya melayani masyarakat tanpa pandang bulu, tanpa membedakan status sosial menjadi poin kunci. Selain itu, ada kriteria lain yang tak kalah penting seperti kewajaran harta, sikap antigratifikasi dan juga profesionalitas dalam bertugas.
Jadi sekali lagi, saya yakin seyakin-yakinnya, tidak ada “kebanggaan” didiri Irjen Pol. Akhmad Wiyagus dalam menyikapi kuatnya gelombang aksi dan himbauan berbagai tokoh masyarakat Lampung agar tersangka Wawan Kurniawan “dibebaskan”. Tidak ada motif lain. Selain hanya dalam rangka penegakan hukum, mengapa tersangka Wawan Kurniawan masih ditahan di Mapolda Lampung.
Jadi kita tunggu saja bagaimana sikap Kapolda Lampung Irjen Pol. Akhmad Wiyagus kedepan. Sebab, seperti yang pernah saya sampaikan bahwa menjadi polisi, apalagi menjadi pimpinan sekelas POLDA Lampung adalah hal sulit. Selain keterampilan ilmu kepolisian, disana harus ada kematangan, kearifan, kebijaksanaan, dan pengalaman mensikapi berbagai peristiwa yang terjadi di masyarakat.
Kematangan, kearifan, kebijaksanaan, dan pengalaman itulah yang saat ini sedang diuji. Doa saya, semoga “Sang Jenderal” selalu mendapat hidayah dalam menjalankan tugas. Sebab bagaimanapun, andaikan benar di setiap mengambil tindakan, belum tentu beliau mendapat pujian. Apalagi jika yang terjadi adalah kekhilafan.
Semoga selalu ada jalan bagi beliau, untuk selalu memberikan yang terbaik bagi masyarakat Lampung tercinta. Tentunya, tidak hanya dalam perkara atas nama tersangka Wawan Kurniawan. Wassalam (bukhori muzzammil)