BANDAR LAMPUNG — Caleg DPR RI daerah pemilihan (dapil) Lampung I dari Partai Golongan Karya (Golkar) nomor urut 4,�M. Alzier Dianis Thabranie, terus bersosialisasi selama masa kampanye yang dinilai sejak 28 November 2023 lalu.
Masyarakat Lampung, pejuang dan pemrakarsa/Ketua Umum Panitia Persiapan Pemekaran Kabupaten Pesawaran (P3KP) ini terus menyapa, menjaring, dan bertekad memperjuangkan aspirasi rakyat dapilnya jika ia duduk sebagai wakil rakyat di Senayan.
Dapil Lampung I yang meliputi Kabupaten Lampung Selatan, Kota Bandarlampung, Kabupaten Pesawaran, Kabupaten Pringsewu, Kabupaten Tanggamus, Kabupaten Pesisir Barat, Kabupaten Lampung Barat, Kota Metro.
Seperti terlihat kasat mata, puluhan ribu alat peraga kampanye caleg latar politisi cum pengusaha, juga tokoh masyarakat adat, pengampu gelar �Sang Putra Fajar� berian 100�Punyimbang Adat se-Makhga Way Lima�Lampung ini bertebaran seantero dapilnya.
Nampaknya hoki serba kebetulan, nomor urut Bang Alzier sapaannya, sama dengan nomor urut Partai Golkar, partai politik pengaju pencalonan dia, nomor urut 4.
Eks Ketua DPC PDI Perjuangan Lampung Selatan, calon bupati setempat pada Pilbup tahun 2000 ini terpantau relatif tak terkendala upayanya menghidupkan dan menggerakkan kembali mesin politik pemenangan elektoral dia. Yang relatif terjejaring, terjaga pula.
Menganut prinsip kesohor, serius tapi santai alias ‘sersan’, Ketua Umum Pusat Koperasi Unit Desa (PUSKUD) Saburai Lampung sejak warsa 2001�saat ini, juga tiga periode Ketua DPD Partai Golkar Lampung kurun�2004�2009, lanjut�2009�2014, dan�2014�2016�itu relatif lebih�smooth, dan senyap pergerakan lapangan kinerja pemenangannya, sependek amatan sependek pengetahuan, sejauh ini.
Kendati demikian, ‘memungut’ istilah salah satu warga Kabupaten Pringsewu, tokoh informal pengagum Alzier yang mewanti jangan sesekali mengecilkan kerja-kerja politik Alzier, menyebut bila Alzier bekerja sungguh luar biasa dalam kesunyian.
“Bunyi dalam sunyi, itulah Bang Alzier. Kalau dalam hukum gerak itu�kan�bang, diam�aja�terhitung gerak, ya�kan. Bang Alzier ini, dia�diem aja�tapi timnya gerak kemana-mana,” ulas sang tokoh, mengaku tak bisa lupakan jasa Alzier saat proses menahun berujung suksesnya perjuangan pemekaran wilayah Kabupaten Pringsewu dari kabupaten induk, Tanggamus, berbasis UU Nomor�48/2008, 15 warsa silam.
Pendapat tersebut tak sepenuhnya salah. Sejumlah simpatisan asal Kecamatan Palas, Lampung Selatan misalnya, yang pernah redaksi temui secara tak sengaja di salah satu rumah makan bilangan Kalianda Oktober lalu, mengaku tanpa disuruh, kontan bersiap diri bentuk tim kecil demi mendengar kabar Alzier positif maju.
“Lihat situs KPU�kan, ada nama beliau. Sudah, cocok,” celoteh Andi, salah satu dari mereka, kala itu. Buka riwayat, dia bilang saat itu pun mereka ikut berjuang memenangkan Alzier saat mencalon anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI dapil Lampung 2019 silam.
Pengingat, saat itu Alzier meraih sekitar 150 ribuan suara, usai bersaing dengan 24 peserta dapil Lampung lainnya, bagian dari 807 calon perseorangan peserta Pemilu Anggota DPD RI 2019, terdiri dari 671 calon senator laki-laki dan 136 perempuan, di 34 dapil provinsi.
Dites nomor urut jagoannya itu saat itu, kompak dan benar ingatan. “37, ingat lah,” mereka, pun redaksi terpancing, terbahak.
Ulah daya dukung kecakapan dan kecukupan personal yang relatif telah selesai, telah bisa bin mampu berdamai dengan diri sendiri (kapabilitas), keterkenalan (popularitas), tingkat rerata penerimaan calon pemilih (akseptabilitas), syarat material buah dari seperempat abad lebih leliku perjalanan karir ekonomi politik dirinya.
Sehingga kemudian dalam pada bersamaan, sekaligus menggenapi orisinalitas personal yang secara alamiah dikenal otentik, turut pula membentuk persepsi publik terhadap citra diri bersangkutan yang lantas kini dikenal dikenang orang sebagai sosok pemberani, supel, dermawan, cerdas, acap�out of the box, juga visioner, selain ulung bin piawai.
Alzier, yang pernah didapuk sebagai Ketua Dewan Penasihat Dewan Pimpinan Daerah (Depidar) Sentral Organisasi Karyawan Swadiri Indonesia (SOKSI) Lampung kurun�2007�2012,�kini tercatat pula sebagai Wakil Ketua Umum Depinas SOKSI�2022�2027�ini diprediksi berpotensi besar banjir dukungan, saat bersamaan dibayangi pula kian ketatnya preferensi keterpilihan.
Pasalnya, telah menjadi (manifes) sekaligus dia pahami betul kadar risikonya terberat sekali pun, bahwa dengan mengambil jalan berkubang di dapil Lampung I yang sejak gelaran hajat Pemilu demokratis pertama pascareformasi: Pemilu 1999, hingga kini terlanjur dicap basah sebagai dapil neraka.
Dimana, Alzier, anak Lampung rasa Jogja, kelahiran Yogyakarta 8 November 1958 ini, di internal partai, membersamai sebut satu nama saja, pesohor beringin, Sekjen Partai Golkar Letjen TNI Purn Lodewijk Frederick Paulus, caleg petahana DPR RI 2024 dapil Lampung I nomor urut 1.
Lalu di eksternal partai, suami Imelda Liana Sari dan ayah tujuh putra-putri ini, harus pula bersaing ketat dengan sejumlah pesohor caleg petahana lainnya pun pendatang baru yang tak kalah kesohornya.
Gentar-kah Alzier? Bukan lantaran sekadar hapal lagu Maju Tak Gentar, namun alumnus SD Negeri 2 Rawalaut Tanjungkarang 1970, SMP Cikini Jakarta Pusat tahun 1972, MTs Al Munawwir tahun 1975, S1 Fakultas Ekonomi Universitas Timbul Nusantara, Jakarta Barat tahun 2007 ini sayangnya tak punya kata itu dalam kamus matematika politiknya.
Bukan koar alih-alih sesumbar, namun mantan calon gubernur (Cagub) Lampung pemenang Pilgub 2002 duet dengan pasangannya (kala itu Ketua DPD PDI Perjuangan Lampung, kini almarhum) Ansory Yunus nun per detik ini tak pernah dilantik ulah campur tangan penguasa saat itu, juga mantan Cagub Lampung Pilgub 2008 duet dengan Cawagub Mayjen TNI Purn Bambang Sudibyo (Alzier-Bambang) namun kalah, dan mantan Cagub Lampung Pilgub 2014 berduet dengan Cawagub Lukman Hakim (Alzier-Lukman, AMAN) nun lelagi kalah itu, sekali tempo pernah bilang.
Bahwa tolok ukur politik paling rasional bagi dirinya ialah, secara target raihan suara sah pemilih Pileg 2024 sebagai tiket menuju Senayan, maka Sekjen Partai Golkar Lodewijk Frederick Paulus dan juga dirinya, M. Alzier Dianis Thabranie, harus menang terpilih.
Artinya, di “dapil neraka” tersebut, dirinya juga partainya sebisa mungkin berjibaku keras demi untuk dapat meraup dua kursi. Bukan dangkal, demikian besar optimisme politik Alzier telah betul-betul disandarkan pada basis pijakan yang relatif masuk akal.
�Sebagai kader Golkar, prioritas partai gimana agar pak Lodewijk dapat terpilih kembali. Lebih baik saya tidak jadi asalkan Lodewijk terpilih. Tetapi jika dia terpilih, saya juga harus terpilih. Pemilu kemarin�aja, saya tak bergerak dapat kurang lebih 150 ribu suara,� demikian Alzier menjawab pers, sekira Oktober lalu.
Politisi nahdliyin, putra dari HM Thabrani Daud, mantan Walikota Bandarlampung keempat periode�1969�1976�yang namanya diabadikan oleh mantan walikota ke-10 Herman HN� menjadi nama salah satu jalan protokol dalam kota, tepatnya pengganti nama Jl. Perintis Kemerdekaan, Kelurahan Kotabaru, Kecamatan Tanjungkarang Timur, Bandarlampung, pada 9 Februari 2018 silam ini, membalur besaran optimismenya tersebut dengan ‘catatan dinding’.
Bahwa, segenap jejaring pemenangan dan potensi ceruk suara apatah lagi lumbung suara elektoral di basis-basis massanya, diyakini betul terus terjaga terpelihara, minim bocor terkavling-kavling.
Anggota Musytasyar Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Lampung masa khidmat�2018�2023�ini secara transedental bahkan�haiqqul yaqin, andai kelak dia menang terpilih terlantik anggota DPR/MPR RI�2024�2029, selain buah ikhtiar politik dan totalitas perjuangan di lapangan, itu juga semata merupakan rezeki dari Allah seutuhnya.
Muhammad Alzier Dianis Thabranie (ADT), nama panjangnya, memang dikenal bergaya bicara khas�ceplas-ceplos�nun egaliter.
Alzier yang masuk dan duduk Wakil Ketua Umum II DPP Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI) versi ketua umum M. Jumhur Hidayat periode�2022�2027�dan terakhir didaulat pula jadi Ketua DPD KSPSI Lampung pengganti Jazuli Isa yang wafat ini, misalnya mengaku�eneg�dengan perilaku elit politik yang ‘adigang adigung adiguno’.
Walau gaek politik, ternyata sekaliber Alzier sekali pun pernah mengalami diri berada pada fase jenuh politik juga�lho. Nah! Beruntungnya, usai berkontemplasi renungkan�countdown�jibaku politiknya memperjuangkan suara hati banyak orang, Alzier lantas urungkan niat pensiun dini politik.
“Saya diamanati memimpin organisasi serikat buruh/pekerja, kontemplasi lagi saya, dan akhirnya berangkat dari pemikiran di sisa umur ini saya harus bermanfaat bagi orang lain, perjuangkan nasib buruh, pekerja, petani, orang miskin, lansia, dan sebagainya, saya urung. Kita hidup tak boleh egois�mikirin�diri sendiri. Sebisa mungkin�gimana�caranya agar kita bisa bermanfaat bagi orang lain,” tuturnya
Sebagai informasi, jika saat maju jadi calon gubernur pada Pilgub 2008 silam, Alzier selain punya program kerja unggulan jika menang terpilih terlantik saat itu, yakni “pelunasan hutang PNS”, juga program unggulan lainnya yakni “bank tani untuk petani, bank nelayan untuk nelayan”.
Kini, salah satu program kerja unggulan gagasannya melalui legislatif andai nanti menang terpilih terlantik anggota DPR/MPR�2024-2029�yakni “bank buruh nasional”.
Sedikit bocorannya, bank buruh dimaksud yakni lembaga keuangan sebagaimana diatur dalam Pasal 5 ayat (1), Pasal 20 ayat (1), Pasal 23, dan Pasal 33 UUD 1945; UU Nomor�13/1968�tentang Bank Sentral; UU Nomor�7/1992�tentang Perbankan; dan PP Nomor�7/1992�tentang Perbankan, yang khusus menyelenggarakan kegiatan perbankan dan kegiatan industri jasa keuangan lainnya sesuai beleid OJK RI dengan target nasabah buruh/pekerja dengan mekanisme kewajiban bagi perusahaan untuk menyimpan dana pembayaran upah/gaji buruh/pekerjanya di bank bersangkutan sehingga akses kredit pinjaman bank bagi buruh/pekerja tersebut atau perusahaan yang akan bangkrut sekali pun, dapat turut ditanggulangi sesuai beleid.
Dasar kritis, Alzier yang kini advokat dan jadi Ketua Umum LSM Forum Pemantauan Pembangunan Lampung (FPPL) diriannya, kerap tak segan melancarkan kritik pedas kadang berapi-api namun konstruktif, bila mendapati perilaku bejat pejabat korup.
“Maling,” misal, jadi satu diksi pilihan tokoh yang juga pembina kecabangan organisasi kewartawanan, Pengurus Daerah (Pengda) Jaringan Media Siber Indonesia (JMSI) Lampung itu, demi menyebut sesiapa pun oknum penyelenggara negara yang lantas diketahuinya kemudian terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan malapraktik tindak pidana korupsi dan pencucian uang.
Dan kini memasuki 45 hari masa kampanye tersisa, akankah Alzier membikin sesuatu gebrakan kampanye politik tematik tertentu semisal taja rekreatif lomba memancing beberapa bulan lalu, sebagai wujud kejutan berwarna bagi rakyat dapil Lampung I basis massa calon pemilih dia di TPS 14 Februari 2024 mendatang?
Sebelum penghujung, sebagai�disclaimer, artikel ini sama sekali bukan pesan sponsor nun hadir tersusun dari hasil amatan dan telaahan redaksi.
Hidup dan kehidupan Alzier, serasa takdir, memang telah publik politik temukenali, sarat kejutan. Apalagi untuk sesuatu hal yang dirinya kuat yakini: kesertaan kepemiluan dia kali ini, bagian dari jalan merebut kekuasaan secara konstitusional, demi untuk dapat berbuat lebih dan mengabdi pada rakyat, dengan tekad juang bela rakyat sekeras batu.
Tampaknya, dengan belajar banyak dari pengalaman demi pengalaman pribadi, sekali ini, pelafal fasih kata-kata “mainkan, lajukan, tuntaskan” ini: Alzier, enggan nadir.
Dia, caleg DPR RI dapil Lampung I dari Partai Golkar nomor urut 4, hadir.� (Muzzamil/Clickinfo)