BANDARLAMPUNG � Pengamat Politik dan Pembangunan Provinsi Lampung, Nizwar Affandi minta kepada Gubernur Lampung, Arinal Djunaidi agar tidak menyampaikan informasi yang keliru. Terutama soal masalah pertumbuhan ekonomi Lampung tahun 2022. Alasannya hal ini sangat berpotensi menyesatkan persepsi publik.
�Gubernur Arinal harus ingat sebagai pejabat publik yang telah disumpah, beliau tidak boleh menyebarluaskan informasi yang keliru dan berpotensi menyesatkan persepsi publik,� tutur Nizwar Affandi yang merupakan mantan Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Lampung (Unila) dalam keterangan tertulisnya yang disampaikan Rabu, 8 Maret 2023.
Menurut Nizwar Affandi, soal pertumbuhan ekonomi Lampung tahun 2022, Lampung berada di urutan ke-29 nasional atau ke-9 di Sumatera dan berada di bawah rata-rata nasional.
Sementara soal produktifitas padi dan beras di tahun 2022, Lampung luas panen padi berada urutan ke-5, separuhnya Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) yang berada di urutan ke-4. Produktivitas padi ini ada diurutan ke-9, di bawah rata-rata produktivitas nasional.
Jumlah produksi padi urutan ke-6 nasional dan ke-2 di Sumatera. Masih kalah dengan Sumatera Selatan (Sumsel) yang luas panennya lebih sedikit dari Lampung. Jumlah Produksi Beras juga sama. Masih di urutan ke-6 nasional dan ke-2 di Sumatera.
�Kapan saja dan di mana saja, dengan senang hati saya siap dikonfrontir untuk saling menunjukkan data yang menjadi rujukan,� tegas Nizwar Affandi.
Dilanjutkan Nizwar Affandi, Gubernur Arinal harus ingat sebagai pejabat publik yang telah disumpah, beliau tidak boleh menyebarluaskan informasi yang keliru dan berpotensi menyesatkan persepsi publik. Karenanya dia menghimbau di sisa masa jabatan yang hanya tinggal 274 hari kalender lagi, Gubernur Arinal mestinya justru berikhtiar lebih sungguh-sungguh untuk menunaikan janji yang sudah diikat oleh Sumpah Jabatan. Atau setidaknya mempersiapkan serangkaian kalimat permohonan ma�af yg tulus kepada masyarakat Lampung jika pada akhirnya tidak juga mampu memenuhi janji.
�Ikhtiar itu hanya bisa dilakukan dan dimulai dengan keberanian untuk bersikap dan berkata jujur, sekalipun secara personal tentu tidak menyenangkan dan dalam perspektif politik elektoral juga tidak menguntungkan dirinya. Tabik,� pungkas Nizwar Affandi.(red/rls)