BANDARLAMPUNG – Pengamat kebijakan publik Nizwar Affandi angkat terkait adanya pujian setinggi langit atas pertumbuhan “q to q” Lampung pada Tri Wulan II Tahun 2022. Menurutnya belum ada yang pantas dibanggakan selama Lampung dipimpin Gubernur Arinal Djunaidi.

Dipaparkan Affan dari data Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Provinsi Lampung,�Provinsi Sumatera Utara (Sumut) dan Sumatera Selatan (Sumsel) terlihat jelas kedua provinsi tersebut relatif lebih stabil.

Provinsi Sumsel tidak pernah naik sampai 6%. Apalagi 9%. Tetapi juga tidak pernah turun lebih dari 3%. Lalu Provinsi Sumut juga begitu. Hanya pernah tertekan keras pada Tri Wulan II Tahun 2020 sebesar -4,77%. Namun setelah itu cepat kembali stabil.

Berbeda dengan yang terjadi di Lampung. Menurutnya kondisi pertumbuhan ekonomi seperti roller coaster. Kurvanya terus naik, namun bisa turun secara ekstrim. Sewaktu-waktu bisa naik 6%, bahkan Tri Wulan II kemarin sampai 9,12%. Tetapi selalu berulang kemudian anjlok sampai ke -8,42%, -8,27% dan -6 %.

�Sederhananya analoginya, ibarat di�gedung, jika turun ke bawah sampai ke basement 8 tingkat di bawah tanah, tentu anda harus naik minimal 8 tingkat juga jika ingin kembali melihat matahari. Lucunya yang selalu dihebohkan jika angkanya sedang naik. Tahun lalu juga sama seperti sekarang, puja-pujinya meluber pada waktu Tri Wulan II Tahun 2021 yang sempat naik 6,66%.�Begitu anjlok�Tri Wulan IV sampai ke -6,37%, semuanya diam membisu kecuali saya,� paparnya.

Dlanjutkannya, yang pantas lebih layak dicermati adalah di mana posisi Provinsi Lampung sekarang setelah turun dan naik. Bukan malah membanggakan berapa tingkat kenaikannya dan mengabaikan berapa tingkat penurunannya.

�Ternyata, walaupun tiga bulan lalu sudah naik 9 lantai sehingga merasakan ilusi sudah berada di tempat paling tinggi, faktanya kita masih berada di lantai 4. Posisi Lampung walaupun selama April-Juni itu naik 9,12% ternyata masih berada di 4,07%,” tegas Affan yang juga merupakan kader Partai Golkar Lampung.

Affan menduga kenaikan pada Tri Wulan II kemarin terjadi hanya karena didorong oleh pembayaran termin awal proyek-proyek pemerintah, kenaikan konsumsi selama Ramadhan dan THR Idul Fitri.

Misalnya dari THR, jumlah pekerja formalnya saja di Lampung ada sekitar 1,2 juta dengan UMP Rp2,4 juta rupiah.�Kalau diasumsikan semua dapat THR senilai UMP kemudian dibelanjakan, itu saja sudah mencapai angka Rp2,9 T.

“Sudah lebih dari 3% nya PDRB Lampung Tri Wulan I yang cuma Rp95 T. Belum THR pekerja informalnya. Kalau naiknya hanya karena itu, Lampung nggak punya gubernur pun, ya tetap naik pertumbuhan ekonominya,� sindirnya.

Secara kumulatif, laju pertumbuhan ekonomi Lampung sampai semester I tahun 2022 ini masih di angka 4,07% dan berada di posisi ke-7 dari 10 provinsi di Sumatera. Serta ke-21 dari 34 Provinsi se-Indonesia, masih di bawah rata-rata Sumatera dan Nasional.

�Jadi belum pantas dibanggakan mengingat pada tahun-tahun sebelum Lampung dipimpin Gubernur Arinal, Lampung selalu berada di posisi ke-2 atau ke-3 di Sumatera dan selalu berada di atas rata-rata Sumatera maupun Nasional. Saya menduga kenaikan pada Tri Wulan II terjadi hanya karena didorong pembayaran termin awal proyek pemerintah, kenaikan konsumsi selama Ramadhan dan THR Idul Fitri,� tutupnya.(red/net)