BANDARLAMPUNG � Jelang Musyawarah Nasional (Munas) awal Desember, membuat kondisi internal di Partai Golkar memanas. Ini menyusul adanya langkah sekelompok kader yang terkesan memaksakan untuk dilakukan aklamasi di pemilihan ketua Umum Partai Golkar. Mensikapi ini mantan Ketua DPD Partai Golkar Provinsi Lampung, M. Alzier Dianis Thabranie, bersikeras menolaknya.
Mengapa ? �Sebab yang namanya aklamasi dalam penentuan pemilihan ketua umum, bukan merupakan tradisi Partai Golkar,� tegasnya.
Dia pun berharap di munas nanti, pemilihan ketua umum Partai Golkar dilakukan voting tertutup secara bebas dan rahasia. Mau 5 atau�6 calon yang akan maju berkompetisi, dipersilakan saja. Tujuannya agar ada perubahan kepemimpinan Partai Golkar kedepan.
�Jadi kader golkar bisa menentukan sikap, tanpa ada tekanan. Kalau aklamasi tak ada rumusnya terciptanya pemilihan yang fair dan demokratis. Yang ada justru memicu perpecahan di antara kader Partai Golkar. Biarlah diputuskan voting tertutup. Ini demi menjaga kerahasiaan dan nilai demokrastis. Biarkan semua kader yang memilih dan menentukan pemimpinnya kedepan, tanpa harus ada tekanan dan paksaan,� tutur Alzier.
Sebelumnya Ketua MPR RI, Bambang Soesatyo berharap tak ada upaya memaksakan untuk aklamasi di pemilihan ketua umum Partai Golkar.
�Pemilihan aklamasi hanya akan membuat internal Partai Golkar runyam. Kita ingat sejarah Golkar kenapa sempat pecah, Ancol dan Bali, itu karena aklamasi. Bukan tidak mungkin kalau aklamasi yang kita paksakan nanti bisa berbuah yang sama,� kata Bambang dalam acara diskusi bertajuk Golkar Mencari Nahkoda Baru yang digelar Posbakum Golkar di Jakarta, Selasa (12/11).
Pria yang biasa disapa Bamsoet berharap munas menghasilkan ketua umum baru yang bisa mengayomi semua pihak. Pemimpin yang bisa merangkul, bukan yang suka memukul.
�Mudah-mudahan tiga minggu ini bisa selesai dan lalui dengan baik. Siapa pun yang menjadi Ketua Umum Partai Golkar yang baru memiliki kesadaran bahwa memimpin itu merangkul. Bukan memukul, mudah-mudahan pemimpin yang baru dapat beri pencerahan,� tutur Bamsoet.
Alzier sendiri, secara terang-terangan menyatakan mendukung majunya Bamsoet sebagai calon ketua umum Golkar dalam munas mendatang.
�Harus diakui Bamsoet saat ini kader terbaik Golkar. Dia mampu menjadi Ketua DPR-RI. Bahkan kini dipercaya sebagai Ketua MPR-RI. Jadi dengan memimpin Golkar, sudah dipastikan bisa mempersatukan semua potensi sehingga kedepan Partai Golkar akan maju dan berjaya di kancah perpolitikan baik ditingkat daerah, nasional maupun internasional,� tegas Alzier.
Tidak dengan saat Partai Golkar dipimpin Airlangga Hartarto. Dimana di Pileg, April lalu perolehan suara Golkar terpuruk diposisi tiga. Dibawah perolehan suara PDI-Perjuangan dan Partai Gerindra.
�Jadi apa prestasi Airlangga Hartarto yang membanggakan hingga didorong maju lagi di munas dan melanjutkan kepemimpinan masa bakti 2019-2024. Harusnya yang bersangkutan dan tim suksesnya mengukur diri. Belum lagi masih ada persoalan hukum yang �membayangi��Airlangga di kasus dugaan suap proyek pembangunan�PLTU Riau pada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Termasuk juga tentang janji bantuan saksi baik di Pilkada maupun Pileg yang tidak ditepati. Jangan sampai persoalan ini malah menjadi beban dan merusak citra partai sehingga membuat perolehan suara partai terpuruk,� lanjut Alzier.(red/net)