Jakarta�- Cawapres�Joko Widodo,�Ma’ruf Amin, menyinggung kubu�belah sono�tidak mendengarkan rekomendasi�Ijtimak Ulama. Apa respons cawapres�Prabowo Subianto,�Sandiaga Uno?
“Pak Kiai Ma’ruf Amin itu guru saya, kiai saya. Kalau ketemu dia, saya cium tangan bolak-balik empat kali. Hormat sekali saya sama dia,” ujar Sandiaga di kediamannya, Jalan Galuh II, Selong, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Kubu ‘belah sono’ yang disinggung Ma’ruf mengarah pada kubu Prabowo-Sandi meski ia tak menyebut secara lugas. Sandi berlatar belakang sebagai pengusaha dan bukan ulama. Lebih lanjut Sandiaga berbicara mengenai ekonomi syariah.
“Ekonomi syariah itu ekonomi yang berkeadilan. Saya yakin dengan adanya Pak Kiai, ini jadi diskusi yang menarik bagaimana adanya keadilan ekonomi, membuka lapangan kerja, dan keadilan bagi pekerja dan pemilik usaha,” kata Sandiaga.
Sandiaga juga menaruh hormat kepada Ma’ruf. Ia menganggap Ma’ruf sebagai panutannya, khususnya terkait ekonomi syariah. “Dia guru, kiai saya, dan dengan beliau bergabung, ada mungkin diskursus tentang ekonomi syariah. Dia guru saya di ekonomi syariah, pengetahuannya sangat mendalam. Indonesia beruntung, orang seperti Kiai ikut bergabung dalam pilpres,” ujarnya.
Disisi lain, sindiran KH. Ma’ruf Amin yang mengatakan kubu Prabowo Subianto tidak menggubris hasil Ijtima Ulama GNPF ternyata dinilai tidak patut disampaikan sekelas ketua umum MUI. Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, Arief Poyuono mengatakan, seharusnya Ma’ruf sebagai seorang ulama besar tidak perlu mengurusi kompetitor.
“Aneh juga, seharusnya Ma’ruf sebagai ulama besar tidak perlu ngurusi pihak kita dong,” kata dia dalam pesan elektronik kepada wartawan.
Arief pun meluruskan tudingan Ma’ruf itu. Bahwa terpilihnya Sandiaga Uno untuk sebagai cawapres Prabowo lantaran yang direkomendasikan yaitu Abdul Somad dan Salim Assegaf Al-Jufri, keduanya menolak.
“UAS kan menolak maju dan ingin tetap menjadi ustad, kemudian Salim Assegaf pun juga memberikan jalan pada anak muda yang mumpuni seperti Sandiaga Uno,” tutur Arief.
Dengan demikian, Prabowo tidak pernah mengabaikan rekomendasi ijtima ulama tersebut.� Dia menyarankan Ma’ruf untuk menjaga perkataan yang justru dapat merugikan dirinya sebagai seorang ulama besar. “Apalagi sekarang Ma’ruf sudah jadi politisi juga sekaligus ulama dan sudah jadi cawapres,” demikian Arief.
Sebelumnya, Ma’ruf menyinggung kubu sebelah yang tidak mendengarkan hasil rekomendasi Ijtimak Ulama. Ijtimak Ulama sendiri merekomendasikan Ketua Majelis Syuro PKS Salim Segaf Aljufri atau Ustaz Abdul Somad sebagai cawapres Prabowo. Namun pada akhirnya Sandiaga yang dipilih.
“Ada�belah sono�ngomong�ya menghargai ulama, menghargai ulama tapi hasil Ijtimak Ulama nggak�didengerin, malah wakilnya bukan ulama,” ujar Ma’ruf di kantor PPP, Jalan Diponegoro, Jakarta.�(net)