Jakarta�- Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA menilai rentetan kasus terorisme yang melanda Indonesia dapat memengaruhi elektabilitas Jokowi Widodo (Jokowi) menjelang Pilpres 2019. Hal itu berkaitan dengan persepsi publik terhadap kepemimpinan Jokowi sebagai Presiden RI.

“Ini nanti akan menyangkut dengan persepsi publik terhadap kepemimpinan Pak Jokowi. Apakah kepemimpinan Pak Jokowi dianggap kuat atau lemah,” ujar peneliti LSI Denny JA, Adjie Alfaraby, di kantornya, Rawamangun, Jakarta Timur, Senin (14/5/2018).

 

Jika kasus terorisme ini terus berkembang hingga Pilpres 2019, menurut Adjie, elektabilitas Jokowi pasti akan dirugikan. Jokowi sebagai pemimpin dinilai tidak mampu menjaga stabilitas keamanan negara.

“Ini kan termasuk isu keamanan yang juga sensitif. Beberapa waktu terakhir yang kita survei isu ekonomi yang menjadi isu sensitif, isu keamanan belum menjadi dominan. Kalau kemudian kasus Mako Brimob, kasus bom di Surabaya, lalu di Sidoarjo dan bom di Polresta Surabaya ini naik, maka akan ada kekhawatiran yang meluas di publik terhadap isu keamanan,” tuturnya.

Dengan demikian, kata Adjie, pemilih akan lari ke figur-figur capres lain yang menjadi harapan.

“Angka pastinya kita tentu harus lakukan survei seberapa defisit elektoral Jokowi pasca-bom kemarin, tapi kami menduga dengan persepsi personal bahwa Jokowi tidak terlalu kuat meyakinkan publik bahwa dia sanggup menjaga stabilitas keamanan maka ini bisa merugikan elektabilitas Pak Jokowi,” kata Adjie.

Seperti diketahui, rentetan ledakan bom terjadi dalam kurun kurang-lebih 25 jam di Jawa Timur. Sampai saat ini, ada lima ledakan yang terjadi di Surabaya dan Sidoarjo.

Peristiwa biadab itu terjadi sejak Minggu (13/5) kemarin pukul 07.13 WIB di Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela di Jalan Ngagel Madya. Menyusul kemudian ledakan di Gereja Pantekosta Pusat Surabaya Jemaat Sawahan di Jalan Arjuno serta di Gereja Kristen Indonesia Diponegoro 146 di Jalan Raya Diponegoro. Tiga lokasi itu berada di Surabaya.

Pada malam harinya, pukul 21.20 WIB, ledakan bom lain terjadi di sebuah rusunawa di kawasan Wonocolo, Sidoarjo. Dalam peristiwa itu, 3 terduga pelaku teror tewas, yaitu terduga pelaku teroris bernama Anton (47) beserta istrinya, Puspita Sari (47), serta anak pertamanya, LAR (17).

Kemudian ledakan terjadi lagi pada Senin (14/5) pukul 08.50 WIB di Polrestabes Surabaya. Bom meledak di pos pemeriksaan depan Polrestabes.(net)