BANDARLAMPUNG � Seorang Praja wanita asal Lampung, Dhea Rahma Amanda, yang sedang mengikuti pendidikan di Kampus IPDN Kota Semarang, Jawa Tengah, Minggu (1/1) pagi mendadak dikabarkan meninggal� dunia.

Kemarin (2/1), jenazah Dhea tiba di rumah duka Jalan Untung Suropati, No 33b, Kelurahan Labuhan Ratu Raya, Kecamatan Kedaton, Bandar Lampung, sekitar pukul 10.30, Senin (2/10).

Jenazah diantar oleh petinggi Polri atas nama IPDN. Seperti perwakilan dari Lemdikpol yakni Brigjen Pol Zakhlin Leter, dan Karo Administrasi Keprajaan dan Kemahasiswaan IPDN Andi Ony.

Ketika jenazah diturunkan dari mobil ambulanc kemudian sejenak disemayamkan di dalam rumah dan peti sempat dibuka karena keluarga besar ingin melihat Dhea untuk terakhir kalinya.

Acara dilanjutkan dengan upacara penyerahan jenazah dan pakaian dinas dari IPDN kepada pihak keluarga yang diserahkan Karo Administrasi Keprajaan dan Kemahasiswaan IPDN dan diterima perwakilan keluarga, Burhanudin.

Usai upacara, jenazah dibawa ke Masjid Nurul Yakin yang tidak jauh dari rumah duka, untuk disalatkan dan langsung dibawa ke pemakamanan keluarga.

Nampak para alumnus IPDN Provinsi Lampung berkaian putih putih mengiringi kedatangan dan pelepasan jenazah. Hadir pula para pelayat yang menggunakan batik korpri dari Pemprov Lampung. Kapolresta Bandar Lampung Kombes Murbani Budi Pitono.

Gadis kelahiran 9 Oktober 1999 ini meninggal mendadak usai lari pagi di Semarang, Minggu (1/10).

Putri dari Edi Hanafiah (51) dan Isnaini (48) ini hampir satu bulan menjalani Pendidikan Dasar (Diksar) IPDN. Ia menjalani Diksar bareng dengan Akademi Kepolisian (Akpol) di Semarang. Rombongan IPDN awalnya berjumlah 55 orang. Namun, di pertengahan perjalanan ada tiga orang mengundurkan diri hingga menyisakan 52 orang.

Praja IPDN berangkat dari Jatinagor menjalani Diksar pada 7 September 2017 dan berakhir 7 Oktober 2017 mendatang. Praja IPDN yang lulus akan dikukuhkan di Jatinagor pada 17 Oktober 2017 mendatang. “Sedih, sama-sama berasal dari Lampung,” kata Jhon, orangtua rekan Dhea, satu angkatan Praja IPDN.

John mengatakan saat Diksar memang Praja IPDN tidak diperkenankan untuk dijenguk. Nantinya usai pengukuhan, Praja IPDN akan kuliah sebagaimana mestinya di Jatinagor. “Semoga tidak ada kejadian seperti ini lagi,” kata John.

Putri� sulung dari� tiga bersaudara pasangan Edi Hanafiah dan Isnaini ini dikabarkan meninggal dunia usai mengikuti Diklaksar yang diselengggarakan pihak kampus IPDN. Dhea�dinyatakan meninggal dunia akibat kelelahan usai�menjalani long march atau jalan jauh yang menjadi tradisi di kampus milik pemerintah tersebut.

Menurut orangtua korban, Edi Hanafiah, putri sulungnya itu sempat memberikan kabar pada minggu subuh tentang kondisi kesehatannya selama dua bulan mengikuti pendidikan dasar di IPDN. Namun pada Minggu pagi keluarga kembali dihubungi oleh pihak kampus IPDN yang menyatakan putrinya sudah meningaal dunia usai mengikuti kegiatan di kampus.

Mendapat kabar tentang kematian putrinya, keluarga menaruh curiga,�lantaran putrinya itu sempat menelpon dan menyatakan dalam kondisi sehat. Begitu pula dengan adik korban yang sempat dihubungi oleh sang kakak, yang menyatakan kondisinya dalam keadaan sehat.

Sementara paman almarhumah, Hernianto (57), mengatakan, sejauh ini sudah mengikhlaskan kepergian Dhea. Kata dia, pihak keluarga pun membatalkan rencana untuk melakukan outopsi. �Nggak jadi, kasihan kalau diautopsi,” katanya, Senin (2/1).

Dia menegaskan pihak keluarga sudah menerima keadaan jenazah. “Karena sakit. Sudah menerima. Belum saya tanyakan. Adik saya nelpon istirahat di hotel. Lihat di rumah sakit gak ada apa-apa (kekerasan, ed). Dulu ada pernah sesak napas,” tandasnya. (lpr/sbc)