BANDARLAMPUNG – DPD Partai Golkar Lampung, Sabtu (6/8/2022) menggelar bakti sosial membagikan sembako kemasyarakat di Lapangan Bola Sawah Brebes, Bandarlampung. Menariknya di kesempatan itu, teriakan yang hampir mirip kampanye agar Arinal Djunaidi kembali menjadi gubernur periode kedua dan Ketua Umum DPP Golkar, Airlangga Hartarto menjadi Presiden RI �menggema�.
�Partai Golkar hadir di tengah masyarakat, ibu-ibu mau bersama Golkar ? Golkar Indonesia, Indonesia Golkar. Airlangga Presiden, Arinal Djunaidi Gubernur dua periode,� teriak Sekretaris DPD Partai Golkar Lampung, Ismet Roni di depan ratusan warga yang menunggu pembagian sembako.
Lantas apa komentar tokoh masyarakat Lampung sekaligus Mustasyar Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PW-NU) Provinsi Lampung, M. Alzier Dianis Thabranie melihat fenomena ini ?
�Semoga masyarakat Lampung tidak kehilangan objektifitas dan rasionalitas dalam menilai kinerja para pemimpinnya, termasuk Gubernur Lampung saat ini, Arinal Djunaidi,� ajak Alzier.
Misalnya dalam menilai 33 janji kerja rakyat Lampung Berjaya sebagaimana yang dicanangkan Arinal Djunaidi saat mencalonkan diri sebagai Gubernur.
�Coba lihat faktanya. Jalan rusak bertambah. Angka kemiskinan, pengangguran termasuk tinggi. Kondisi petani, nelayan dan lain terpuruk. Belum lagi terjadi dugaan praktek Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) dalam pemerintahan. Untuk itu saya mengajak, belajarlah dari pengalaman. Saya mohon semua elemen masyarakat Lampung, seperti tokoh adat, tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh pemuda hingga tokoh pers, para akademisi dan lainnya agar tidak kehilangan objektifitas dan rasionalitas menilai kinerja para pemimpin di Lampung, termasuk Gubernur Lampung,� tutur Alzier.
Mengapa ? Karena, sikap objektifitas dan rasionalitas sangat penting dikedepankan. Terutama saat menilai realitas di masyarakat. Lalu penting sebagai tolak ukur menilai pencapaian dan tujuan yang telah diraih. Jangan sampai karena kepentingan pribadi terpenuhi, atau mohon maaf karena telah mendapat �kue proyek� atau �kue iklan�, langsung kehilangan daya kritis. Tidak mampu lagi bersikap objektif dan rasional melakukan penilaian kinerja, apakah telah sesuai janji- saat berkampanye atau tidak. Padahal di lapangan, jelas dijumpai banyak rakyat yang sangat kesulitan memenuhi kebutuhan ekonomi dan kebutuhan lainnya. Jauh dari kata sejahtera.
�Ambil contoh satu saja. Kita mungkin masih ingat viralnya pemberitaan seorang warga Lampung yang nekat bersembunyi di kolong bus. Pria itu terpaksa melakukannya, rela mempertaruhkan nyawa lantaran ingin pulang kampung, tapi tak punya uang. Ini jadi bukti masih adanya warga yang masih sangat susah dan melarat di daerah ini,� katanya.
Kejadian ini harusnya mestinya menjadi tamparan keras bagi pemimpin daerah ini. �Jika saya gubernur, bupati, kemana wajah saya, malulah muka saya ini. Pejabatnya naik mobil bagus-bagus, belagak-lagak, rakyatnya sampai sebegitunya itu, malu nggak?� ujarnya.
Alzier pun menegaskan apa yang disampaikan ini merupakan kritik membangun, agar Provinsi Lampung kedepan bisa lebih maju.
�Sebagai umat beragama, kita semua diperintahkan mengatakan bahwa yang benar itu benar dan yang salah itu salah. Apa yang saya sampaikan tidak ada karena kebencian. Namun murni karena kecintaan agar Provinsi Lampung dapat lebih maju. Tidak terus menerus menjadi salahsatu provinsi termiskin di Indonesia,� pungkas mantan Ketua DPD Partai Golkar Lampung ini.(red)