Kotabumi– Aksi kepedulian dan dukungan terhadap pengungkapan kasus kematian almarhum Yogi Andika (32) yang diduga meninggal dengan tidak wajar mulai berdatangan. Gerakan Masyarakat Peduli Lampung Utara (GMPLU) misalnya, melakukan orasi dan doa bersama untuk almarhum di kawasan Tugu Payan Mas Kotabumi, Senin (26/3) lalu.
”Aksi ini merupakan bentuk keprihatinan kami terhadap apa yang dialami oleh almarhum Yogi dan keluarganya,” terang koordinator aksi, Sandi Fernanda.
Aksi yang dilakukan ini juga merupakan bentuk dukungan mereka kepada pihak kepolisian yang saat ini sedang berusaha keras mendalami dan mengungkap kasus tersebut.
”Ini bentuk dukungan kami pada aparat kepolisian yang sedang bekerja untuk mengungkap siapa aktor utama di balik meninggalnya Yogi,” tegasnya.
Ia mengaku mereka akan terus mengawal jalannya proses penyelidikan kasus kematian almarhum yang belakangan ini menjadi perbincangan hangat sejumlah warga. Kendati demikian, ia meyakini bahwa aparat kepolisian akan bekerja secara profesional dan proporsional dalam penanganan kasus kematian almarhum Yogi.
“Tapi kalau kasus ini tidak berjalan prosesnya, kami akan melakukan aksi yang lebih besar,” ancam Sandi.
Sebelumnya, Kepolisian Resor Lampung Utara (Polres Lampura) mengaku masih mendalami laporan FH (56) untuk mengungkap misteri penyebab di balik tewasnya Yogi Andika (32) pada Juli 2017 silam. Almarhum sendiri dikabarkan pernah bekerja sebagai supir orang ‘penting’ di Lampung Utara.
Berdasarkan laporan FH dengan nomor laporan : LP/237/III/Polda Lampung/SPKT Res Lam-Ut pada tanggal 20 Maret 2018, anaknya itu diduga meninggal dunia akibat penganiayaan yang diterimanya. Sayangnya, baik ia dan kuasa hukumnya memilih bungkam saat ditanya seputar laporan tersebut.
Namun, seperti yang dikutip dari media Sinarlampung.com, FH sedikit menceritakan kronologis peristiwa yang dialami anaknya. Peristiwa nahas itu terjadi sekitar 7 (tujuh) bulan yang lalu. Ketika itu, anaknya, Yogi Andhika pulang ke rumah dengan sekujur tubuh penuh luka dan memar. Kepala bagian belakangnya pecah. Di punggungnya penuh dengan luka semacam sundutan api rokok.
“Bahkan ketika itu, anak saya sempat mengeluarkan muntah dengan darah yang mengental,” tutur FH.(teraslampung.co)