BANDARLAMPUNG � Mantan Bupati Tulang Bawang (Tuba), Hanan A. Razak, dipergoki Panitia Pemilihan Kecamatan (Panwascam) mengumpulkan kepala kampung (kakam) se-Tulang Bawang Barat (Tubaba), Jumat (18/5). Pertemuan ini digelar secara tertutup di kediaman Hanan di Menggala.

�Kami menduga pertemuan dilakukan guna sosialisasi Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Lampung, Arinal Djunaidi dan Chusnunia. Jika benar ini jelas pelanggaran karena di luar jadwal. Namun oleh Hanan A. Razak dijelaskan pertemuan dilakukan guna mengenalkan dia sebagai calon anggota DPR RI dari DAPIL II Lampung dari Partai Golkar,� �tutur salahsatu anggota Panwascam Menggala.

�Saat ini semua bukti dokumen foto dan lain-lain, sedang kami kumpulkan guna kami laporkan ke Panwas Kabupaten Tuba,� tegasnya lagi.

Dihubungi terpisah, Hanan A. Razak membenarkan pertemuan ini. �Tapi saya mengundang tokoh masyarakat, saya tidak tahu kalau ada kepala kampung. Tidak ada kaitan dengan Cagub Arinal. Bodoh sekali saya jika sosialisasi Cagub. Saya hanya mengenalkan diri sebagai Calon Anggota DPR RI DAPIL II dari Partai Golkar,� jelas Hanan via ponselnya.

Sebelumnya diketahui, terkait pencalonan paslon Gubernur dan Wakil Gubernur Lampung nomor urut tiga, Arinal Djunaidi-Chusnunia, LSM Humanika minta Bawaslu Lampung memanggil Purwanti Lee, Bos PT. Sugar Group Companies (SGC). Ini terkait dugaan telah mensponsori paslon tersebut. Sebagai saksi Humanika mengajukan nama Supriyadi Alfian sebagai Ketua PWI Provinsi Lampung.

Alasannya, LSM Humanika tak yakin Arinal Djunaidi mampu membiayai kampanye yang terbilang spektakuler. Yakni dua kampanye akbar, 60 kampanye terbatas dan 456 kampanye dialogis. �Dimana setiap kampanye membutuhkan atribut seperti kaos, APK, door price, biaya tim pemenangan, biaya relawan, dan biaya lain,� kata Ketua LSM Humanika Basuki. Belum lagi, kata Basuki, kampanye Arinal-Nuniek beberapa kali mengundang artis terkenal dan ustad kondang, seperti Dewi Persik, Via Vallen, dan Ustadz Solmed.

Ketua Dewan Pertimbangan DPD Partai Golkar Lampung, Alzier Dianis Thabranie sendiri mengajak semua pihak mengkritisi momen Pilkada serentak 2018. Caranya mengawasi track-rekord dan rekam-jejak Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Lampung yang beberapa waktu mendaftar di KPU, setempat. Yang tak kalah penting mengawasi kinerja penyelenggara, KPU-Bawaslu agar bersikap netral dan tidak menjadikan ajang pilkada untuk memperkaya diri sendiri atau kelompok dengan mendukung atau berafliasi terhadap paslon tertentu.

Misalnya menurut Alzier, KPU-Bawaslu harus berani meneliti dan memeriksa secara mendalam Laporan Harta Kekayaan para paslon. Termasuk meneliti dan mengkaji pajak yang mereka bayarkan kekas negara.

�Termasuk paslon yang mengikuti tax amnesti. Periksa benar pembayaran pajaknya. Bila KPU-Bawaslu tidak paham, tanya kepetugas pajak. Jangan malah terkesan pura-pura dan main mata dengan paslon. KPU-Bawaslu harus berani membuka kepublik biar bisa transparan semua dan tidak menimbulkan tandatanya di masyarakat,� tutur Alzier.

Menurut Alzier, dia setuju saran Dr. Suwondo M.A. Dimana Sekretaris Program Pasca Sarjana Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisip) Universitas Lampung (Unila) minta penyelenggara pemilu baik KPU-Bwaslu dapat melakukan tugas dan pengawasan secara maksimal. Termasuk sosialisasi paslon yang sudah dilakukan secara massif dan terang-terangan didukung pihak perusahaan atau terindikasi menggunakan uang negara.

�KPU-Bawaslu harus berani. Rakyat itu tidak buta. Mereka tahu mana kandidat yang disokong taipan. Masa ada mantan pensiunan PNS, bisa menyewa helikopter kalau tidak ada yang menyewakan. Catat, ini tidak benar. Rakyat saja tahu, masak KPU-Bawaslu diam saja,� tegas Alzier.

Diuraikannya kini ini rakyat Lampung masih banyak yang hidup susah. Mereka betul-betul hidup melarat.

�Karenanya KPU-Bawaslu mesti menjalankan tugas dan fungsi maksimal. Sehingga pilkada bisa benar-benar menghasilkan pemimpin amanah. Jangan membiarkan praktek yang tidak benar. Seperti bagi uang, sembako, gelar berbagai acara dengan hadiah mobil dan lain yang tak ada manfaat buat masyarakat dalam jangka panjang.

�Bila praktek ini dibiarkan KPU-Bawaslu, akibatnya pemimpin yang terpilih justru malah gubernur yang cupel, pelit dan tidak memikirkan nasib serta masa depan rakyat lantaran hanya berpikir mengembalikan modal pilkada dan menjadi kaki tangan taipan yang mendukungnya,� tutup Alzier.

Disisi lain, Alzier menegaskan meski dibantu pihak perusahaan, tapi peluang menang Arinal Djunaidi cukup kecil. �Ini lantaran situasi dan kondisi masyarakat Lampung sudah sangat jauh berbeda dibandingkan beberapa tahun yang silam. Dimana tingkat kecerdasan, daya kritis, dan kemampuan menelaah serta mengkaji berbagai informasi yang ada ditengah masyarakat, kini sudah semakin baik. �Jadi saya jamin Arinal Djunaidi tidak akan menang karena kualitas sumber manusianya,� jelas Alzier.

Meskipun menggandeng Bupati Lampung Timur (Lamtim) Chusnunia alias Nunik sebagai Cawagub Lampung, menurut Alzier hal ini tidak akan berpengaruh mengangkat perolehan suara Arinal Djunaidi. �Nunik itukan anak baru kemarin. Saya yakin tidak akan menang, saya jujur-jujur saja,� yakinnya.

Bukankah Arinal Djunaidi merupakan sosok yang memiliki kemampuan mumpuni dimana pernah menjabat sebagai Sekretaris Provinsi Lampung ? Alzier kembali menegaskan bahwa hal ini tidak akan terlalu berpengaruh dalam menarik respon positif masyarakat untuk memilihnya. Sebab sumber daya manusia (SDM) itu bukan hanya karena kepintaran dia sebagai sarjana atau apa. Tapi juga harus dilihat dari cara komunikasi, dedikasi, loyalitas, �dan lain-lain.

�Jadi rakyat sekarang tidak buta. Mereka mengetahui mana kandidat yang disokong taipan. Masa ada mantan pensiunan, bisa menyewa helikopter kalau tidak ada yang menyewakan. Bawaslu ini yang tidak benar. Harusnya dari awal sudah ada pengawasan. Kalau Bawaslu tegas, pasti bisa, dan sekarang orang seluruh dunia tahu, masa mata masyarakat harus ditutup, ini yang harus dihitung oleh Arinal,� papar Alzier.

�Sekarang ini rakyat Lampung masih banyak yang susah, betul-betul hidup melarat, kasihanilah mereka, jika nanti gubernurnya cupel, pelit dan tidak memikirkan nasib serta masa depan mereka, bisa mati mereka semua,� tutup Alzier. (red)